Memahami Istilah "Gestun" atau Gesek Tunai, Ini Pengertian, Risiko, dan Alternatif yang Lebih Aman

Pelajari arti gestun, risiko di baliknya, serta alternatif yang lebih aman. Pahami mengapa praktik ini dilarang dan bagaimana melindungi keuangan Anda.

oleh Shani Ramadhan Rasyid Diperbarui 18 Feb 2025, 06:22 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2025, 06:22 WIB
arti gestun
arti gestun ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Gestun atau gesek tunai merupakan istilah yang sering terdengar di kalangan pengguna kartu kredit. Meski terlihat sebagai solusi cepat untuk mendapatkan uang tunai, praktik ini sebenarnya mengandung banyak risiko dan bahkan dilarang oleh otoritas keuangan. Mari kita telusuri lebih dalam tentang arti gestun, mengapa dilarang, serta alternatif yang lebih aman.

Pengertian Gestun

Gestun, singkatan dari "gesek tunai", adalah praktik menggunakan kartu kredit untuk mendapatkan uang tunai melalui transaksi palsu di merchant tertentu. Dalam prosesnya, pemilik kartu kredit seolah-olah melakukan pembelian barang atau jasa, namun sebenarnya menerima uang tunai dengan potongan fee tertentu.

Beberapa karakteristik utama dari praktik gestun antara lain:

  • Dilakukan di merchant yang memiliki mesin EDC (Electronic Data Capture)
  • Transaksi dibuat seolah-olah pembelian barang/jasa
  • Pemilik kartu menerima uang tunai, bukan barang/jasa
  • Ada potongan fee yang dibebankan oleh merchant
  • Nominal penarikan bisa mencapai limit kartu kredit

Praktik ini berbeda dengan penarikan tunai resmi melalui ATM yang memang menjadi fitur kartu kredit. Gestun dilakukan melalui kerjasama dengan merchant tertentu dan dianggap sebagai penyalahgunaan fungsi kartu kredit.

Mengapa Gestun Dilarang?

Bank Indonesia telah secara tegas melarang praktik gestun melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/11/PBI/2009 yang kemudian diubah dengan PBI No.14/2/2012 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK). Beberapa alasan utama pelarangan ini antara lain:

1. Risiko Kredit Macet

Gestun berpotensi menjerat pemilik kartu kredit dalam pinjaman yang sulit dilunasi. Kemudahan mendapatkan uang tunai tanpa prosedur peminjaman resmi dapat mendorong perilaku konsumtif dan mengabaikan kemampuan membayar di kemudian hari. Akibatnya, risiko kredit macet meningkat baik bagi nasabah maupun bank penerbit kartu kredit.

2. Penyalahgunaan Fungsi Kartu Kredit

Kartu kredit pada dasarnya dirancang sebagai alat pembayaran, bukan fasilitas pinjaman tunai. Gestun mengubah fungsi ini dan dapat menimbulkan persepsi yang salah di masyarakat tentang penggunaan kartu kredit yang tepat.

3. Potensi Pencucian Uang

Praktik gestun membuka celah bagi aktivitas pencucian uang. Transaksi fiktif yang dibuat dapat digunakan untuk mengaburkan asal-usul dana ilegal, mempersulit upaya penegakan hukum dalam melacak aliran dana mencurigakan.

4. Kerugian bagi Industri Perbankan

Meningkatnya kredit macet akibat gestun dapat berdampak pada naiknya angka Non-Performing Loans (NPL) bank penerbit kartu kredit. Hal ini berpotensi mengganggu kesehatan keuangan bank dan stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan.

5. Risiko Keamanan Data

Transaksi gestun yang melibatkan pihak ketiga (merchant) meningkatkan risiko penyalahgunaan data kartu kredit. Informasi sensitif nasabah bisa jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab, membuka peluang terjadinya penipuan atau pencurian identitas.

Risiko Gestun bagi Pengguna Kartu Kredit

Selain alasan pelarangan oleh otoritas, gestun juga mengandung berbagai risiko bagi pengguna kartu kredit itu sendiri:

1. Beban Utang yang Membengkak

Kemudahan mendapatkan uang tunai melalui gestun dapat mendorong perilaku konsumtif berlebihan. Tanpa disadari, tagihan kartu kredit bisa membengkak dengan cepat, ditambah bunga dan biaya yang tinggi. Hal ini berpotensi menciptakan lingkaran utang yang sulit diputus.

2. Biaya Transaksi Tinggi

Meski terlihat lebih murah dibanding tarik tunai resmi, gestun sebenarnya membebankan biaya tersembunyi yang cukup tinggi. Fee merchant, bunga kartu kredit, hingga potensi denda keterlambatan pembayaran bisa menggerus nilai uang tunai yang diterima.

3. Dampak pada Skor Kredit

Ketidakmampuan melunasi tagihan akibat gestun dapat menurunkan skor kredit. Hal ini berdampak jangka panjang, mempersulit akses terhadap pinjaman atau fasilitas kredit lainnya di masa depan.

4. Risiko Penipuan

Melakukan gestun dengan pihak yang tidak terpercaya membuka peluang terjadinya penipuan. Data kartu kredit bisa disalahgunakan untuk transaksi ilegal lainnya tanpa sepengetahuan pemilik.

5. Sanksi dari Bank Penerbit

Jika terdeteksi melakukan gestun, pemilik kartu kredit berisiko mendapat sanksi dari bank penerbit. Sanksi dapat berupa pembekuan kartu, penurunan limit, hingga penutupan akun secara permanen.

Perbedaan Gestun dengan Tarik Tunai Resmi

Untuk lebih memahami mengapa gestun dilarang, penting untuk membedakannya dengan fasilitas tarik tunai resmi yang disediakan oleh penerbit kartu kredit:

Aspek Gestun Tarik Tunai Resmi
Legalitas Dilarang oleh Bank Indonesia Legal dan diatur oleh bank penerbit
Lokasi Transaksi Merchant dengan mesin EDC ATM atau bank
Limit Penarikan Bisa mencapai limit kartu kredit penuh Terbatas, biasanya 20-60% dari limit kartu
Biaya Fee merchant + bunga kartu kredit Biaya tarik tunai + bunga (lebih transparan)
Risiko Keamanan Data Tinggi (melibatkan pihak ketiga) Lebih rendah (transaksi langsung dengan bank)
Pencatatan Transaksi Tercatat sebagai pembelian barang/jasa Tercatat jelas sebagai penarikan tunai

Mengapa Orang Masih Tergoda Melakukan Gestun?

Meski dilarang dan berisiko, praktik gestun masih marak terjadi. Beberapa alasan yang sering mendasari hal ini antara lain:

1. Kebutuhan Dana Mendesak

Situasi darurat yang membutuhkan uang tunai cepat sering mendorong orang mencari jalan pintas melalui gestun. Prosedur pinjaman resmi yang dianggap rumit dan memakan waktu menjadi alasan utama.

2. Limit Penarikan Lebih Besar

Dibandingkan dengan tarik tunai resmi yang biasanya dibatasi, gestun memungkinkan penarikan hingga batas limit kartu kredit. Hal ini menarik bagi mereka yang membutuhkan dana besar dalam sekali transaksi.

3. Persepsi Biaya Lebih Murah

Meski sebenarnya tidak selalu demikian, banyak yang menganggap biaya gestun lebih rendah dibanding tarik tunai resmi. Potongan langsung yang terlihat kecil sering mengaburkan total biaya sebenarnya.

4. Kurangnya Pemahaman Risiko

Banyak pengguna kartu kredit belum sepenuhnya memahami risiko jangka panjang dari praktik gestun. Kemudahan saat ini sering mengalahkan pertimbangan dampak di masa depan.

5. Tawaran Menggiurkan dari Penyedia Jasa Gestun

Maraknya promosi dan tawaran menarik dari pihak-pihak yang menyediakan jasa gestun turut mendorong praktik ini. Iming-iming cashback atau diskon besar sering menjadi daya tarik utama.

Alternatif yang Lebih Aman dari Gestun

Alih-alih mengambil risiko dengan melakukan gestun, ada beberapa alternatif yang lebih aman untuk mendapatkan dana tunai:

1. Pinjaman Personal dari Bank

Mengajukan pinjaman personal ke bank menawarkan proses yang lebih transparan dan aman. Meski mungkin membutuhkan waktu lebih lama, risiko yang ditanggung jauh lebih kecil dibanding gestun.

2. Fasilitas Tarik Tunai Resmi Kartu Kredit

Jika memang harus menggunakan kartu kredit, lebih baik memanfaatkan fasilitas tarik tunai resmi yang disediakan bank penerbit. Biaya dan bunganya lebih jelas, serta tidak melanggar ketentuan yang berlaku.

3. Pinjaman Online Berizin OJK

Untuk kebutuhan dana cepat, pinjaman online dari lembaga yang terdaftar dan diawasi OJK bisa menjadi pilihan. Pastikan untuk memilih platform terpercaya dan memahami seluruh persyaratannya.

4. Dana Darurat

Membangun dana darurat sejak dini adalah langkah terbaik untuk menghindari kebutuhan gestun. Simpanan sebesar 3-6 kali pengeluaran bulanan dapat menjadi bantalan saat situasi mendesak.

5. Negosiasi dengan Kreditur

Jika kesulitan keuangan disebabkan oleh utang yang ada, cobalah bernegosiasi dengan kreditur untuk restrukturisasi atau keringanan pembayaran. Banyak lembaga keuangan menyediakan skema khusus untuk nasabah yang mengalami kesulitan.

Tips Menghindari Godaan Gestun

Berikut beberapa tips praktis untuk menghindari terjebak dalam praktik gestun:

  • Pahami dengan baik fungsi dan konsekuensi penggunaan kartu kredit
  • Buat anggaran bulanan dan patuhi limit belanja yang telah ditetapkan
  • Bangun dana darurat untuk mengantisipasi kebutuhan mendesak
  • Jangan mudah tergiur tawaran gesek tunai dari pihak manapun
  • Edukasi diri tentang risiko dan dampak hukum dari praktik gestun
  • Manfaatkan fasilitas perbankan resmi untuk kebutuhan dana tunai
  • Konsultasikan dengan pihak bank jika mengalami kesulitan keuangan

Peran Regulator dalam Mengatasi Praktik Gestun

Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi maraknya praktik gestun:

1. Pengetatan Regulasi

Selain melarang gestun melalui peraturan, regulator juga terus memperketat pengawasan terhadap transaksi kartu kredit yang mencurigakan.

2. Edukasi Masyarakat

Kampanye edukasi tentang penggunaan kartu kredit yang bijak dan risiko gestun terus digalakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

3. Sanksi Tegas

Penerapan sanksi tegas bagi pelaku gestun, baik merchant maupun pemilik kartu, untuk memberikan efek jera.

4. Kerjasama dengan Penegak Hukum

Kolaborasi dengan aparat penegak hukum untuk menindak praktik gestun yang berpotensi melanggar hukum pidana.

5. Inovasi Sistem Pembayaran

Mendorong inovasi sistem pembayaran yang lebih aman dan efisien untuk mengurangi ketergantungan pada kartu kredit.

Kesimpulan

Gestun atau gesek tunai mungkin terlihat sebagai solusi cepat untuk mendapatkan uang tunai, namun praktik ini mengandung banyak risiko dan secara tegas dilarang oleh otoritas keuangan. Pemahaman yang baik tentang arti gestun, risikonya, serta alternatif yang lebih aman sangat penting bagi setiap pengguna kartu kredit.

Alih-alih tergoda melakukan gestun, lebih baik memanfaatkan fasilitas perbankan resmi atau mencari alternatif pinjaman yang legal. Membangun kebiasaan keuangan yang sehat, termasuk menyiapkan dana darurat, juga krusial untuk menghindari situasi yang mendorong seseorang melakukan gestun.

Pada akhirnya, kesadaran dan edukasi masyarakat menjadi kunci utama dalam memberantas praktik gestun. Dengan pemahaman yang tepat tentang risiko dan alternatifnya, diharapkan praktik ini dapat dihindari, menciptakan ekosistem keuangan yang lebih sehat dan aman bagi semua pihak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya