7-Eleven Tutup Bukan Salah Pemerintah, Ini Penyebabnya

Modern ‎Internasional telah berupaya maksimal untuk mempertahankan operasi 7- Eleven.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Jul 2017, 15:18 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2017, 15:18 WIB
Sevel Tutup
Tulisan pengumanan terpampang di kaca gerai 7-Eleven di kawasan Jalan Kapten Tendean, Jakarta, Sabtu (24/6). Penutupan seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia akan dilakukan 30 Juni 2017. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta PT Modern Internasional Tbk tidak menyalahkan pemerintah atas penghentian operasi bisnis ritel 7-Eleven (sevel), meski salah satu penyebab tutupnya covenience store tersebut adalah pelarangan penjualan minuman beralkohol.

Komisaris Modern Internasional Donny Sutanto mengatakan, Modern ‎Internasional telah berupaya maksimal untuk mempertahankan operasi 7- Eleven. Namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Dengan terpaksa pada 30 Juni 2017, perseroan memutuskan untuk menghentikan operasional 7-Eleven.

"Kami menutup seluruh toko, dengan demikian bisnis sevel tidak bisa dilanjutkan oleh kami," kata Donny di Kantor Pusat Modern Internasional, Jakarta, Jumat (14/7/2017).

Donny mengakui, salah satu penyebab penutupan 7-Eleven adalah pelarangan penjualan minuman beralkohol di gerai minimarket yang efektif berlaku sejak April 2015. Pelarangan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2015.

"Kalau karena pelarangan penjualan minuman beralkohol, Iya. Tetapi itu tidak terlalu besar," ucap Donny.

Di kesempatan yang sama, Direktur Keuangan Modern Internasional Chandra Wijaya mengungkapkan, penghentian kegiatan operasional 7-Eleven yang telah berdiri sejak 2009 di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal.

Untuk saat ini penghentian operasional bisnis 7-Eleven merupakan pilihan terbaik bagi perseroan karena bisnis 7-Eleven mengalami kerugian yang signifikan dan terus menerus menggerus modal kerja perseroan.

"Manajemen menyadari bahwa keputusan ini merupakan salah satu resiko bisnis yang harus dihadapi," ucap dia.

Ditambah lagi dengan daya beli masyarakat yang melemah sejak 2015 , terus berkelanjutan pada 2016 dan 2017. Pertumbuhan bisnis retail yang melambat juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan bisnis 7 -Eleven.

Selain itu, persaingan bisnis retail, khususnya di bidang convenience store semakin lama semakin tinggi dan ketat dengan banyaknya pemain baru yang masuk.

"Persaingan bisnis yang sangat ketat ini bukan hanya dirasakan oleh bisnis 7-Eleven, tetapi juga banyak pemain ritel convenience store dengan merek kuat dari luar yang sudah terlebih dahulu melakukan penghentian operasi bisnis mereka," tutup Chandra.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya