Liputan6.com, Jakarta - PT Barata Indonesia (Persero) menandatangani Memorandum Of Understanding (MOU) dengan PT Pertamina Gas (Pertagas), yang merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang khusus bergerak dalam usaha niaga, transportasi, pemrosesan, dan berbagai bisnis lain terkati gas alam.
MOU tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama PT Barata Indonesia, Silmy Karim serta Direktur Utama Pertagas Suko Hartono di IBD EXPO 2017, di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Kedua perusahaan tersebut sepakat untuk bersinergi di bidang fasilitas produksi industri minyak dan gas, dimana PT Barata Indonesia akan berkerjasama di bidang pembangunan infrastruktur gas bumi berupa pipa untuk Pertagas.
Advertisement
Baca Juga
Direktur Utama Barata Indonesia, Silmy Karim, mengatakan kerja sama ini merupakan langkah baik bagi PT Barata Indonesia untuk semakin memantapkan posisinya sebagai perusahaan yang memiliki kompetensi di bidang minyak dan gas.
“Sinergi ini merupakan upaya mendukung tumbuhnya industri nasional. Barata Indonesia memiliki pengalaman di bidang minyak dan gas, termasuk diantaranya pekerjaan pembangunan pipelines," kata Barata di JCC, Rabu (20/9/2019).
Bagi PT Barata Indonesia ini merupakan kesempatan dan peluang untuk semakin membuktikan kompetensi di bidang pembangunan fasilitas produksi minyak  dan gas.
Dalam bekerjasama dengan PT Pertagas, Barata Indonesia telah memiliki beberapa pengalaman sejenis, yaitu pembangunan pipelines, diantaranya di proyek pembangunan 102 km jalur pipa Cilamaya, pembangunan jalur pipa Tanjung Perak ke Juanda dan beberapa proyek serupa lainnya.
Silmy mengaku proyek yang akan dikerjakan oleh Barata ini akan memiliki nilai Rp 1 triliun. Hanya saja mengenai lokasinya, hal ini akan didetailkan setelah MoU ini dilaksanakan.
"Selama ini Pertagas untuk mengerjakan proyek yang sama ini ada perusahaan dari luar negeri dan dalam negeri. Kalau dengan kita, tentu keunggulannya harga lebih kompetitif," tegasnya.
Tidak hanya pembangunan pipa, Barata nantiny juga akan mengerjakan maintenance pipa-pipa baik yang akan dibangun maupun pipa yang saat ini sudah ada.
"Kita punya teknologi untuk menginvestigasi pipa-pipa yang butuh perawatan. Jadi kita nanti juga lakukan ini," tutup Silmy.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kontrak baru
Sepanjang semester I 2017 kemarin, Barata Indonesia meraih kontrak baru senilai Rp 1,5 triliun. Kontrak yang diraih ini lebih dari target perusahaan.
Silmy mengungkapkan, capaian itu tidak terlepas dari strategi perusahaan untuk meningkatkan produk dalam negeri, terutama bagian dari sinergi BUMN. "Perolehan kontrak kami telah mencapai lebih dari 100 persen. Sekarang kami sudah dapat kontrak Rp 1,5 triliun," kata dia.
Dengan strategi penggunaan komponen dalam negeri ini, membuat biaya produksi dan perawatan setiap produk menjadi lebih murah. Ini yang menjadi kekuatan Barata saat mengikuti tender.
Silmy menambahkan, saat ini banyak BUMN yang bersinggungan dengan Barata Indonesia yang memiliki kapasitas produksi belum maksimal. Tidak hanya itu, bahkan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), ada juga BUMN yang saat ini memiliki banyak teknisi. Hal inilah yang coba dimanfaatkan oleh Barata Indonesia.
"Kalau ada peralatan yang tidak punya, ngapain harus beli, orang saudara sendiri punya. Karyawan ada yang berlebih engineer-nya, ada yang kita tarik," tegas Silmy.
Terbaru, Barata Indonesia mendapatkan kontrak dari PT Indonesia Power yang notabene sebagai anak usaha dari PT PLN (Persero). PT Barata Indonesia menjadi partner penyedia komponen-komponen dan memberikan layanan maintenance pembangkit listrik di lingkungan PT Indonesia Power.
Advertisement