Bidang Usaha
Selama berdiri, Perseroan memiliki bidang usaha yang sudah dijalankan, di antaranya:
1. Industri Pangan (Food)
Perusahaan memiliki kompetensi di bidang Pabrik Gula maupun perawatan pabrik gula. Selain Pabrik Gula, Barata Indonesia juga memiliki kapabilitas untuk membangun Pabrik Sagu, Pabrik Bioethanol serta Pabrik Kelapa Sawit.
2. Industri Energi (Energy)
Perseroan pun berperan dalam industri energi di Indonesia, salah satunya adalah di industri pembangkit listrik. Perseroan memiliki pengalaman dalam mengerjakan EPC project pembangkit listrik, seperti PLTU NTB 2x 25 MW, PLTG Belawan, PLTMH Walessi, PLTMH Kayu Aro, dll.
3. Industri Air (Water)
Peran Perseroan dalam bidang industri air di Indonesia terlihat dari beberapa bendungan yang telah dibuat oleh Barata Indonesia, seperti Hollow Cone Valve, berhasil masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai HCV terbesar di Indonesia. Selain itu, Barata Indonesia juga memiliki kemampuan di bidang energi terbarukan dengan beberapa produk di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
4. Industri Permesinan dan Komponen
Sebagai perusahaan Manfukatur, Barata Indonesia memiliki kemampuan manufaktur di berbagai bidang dan industri, mulai dari transportasi, peralatan pelabuhan (Crane), industri semen , sampai steel construction.
Material Handling
Rubber Tyred Gantry Crane (RTGC)
Rail Mounted Harbour Crane (RMHC)
Container Crane
Stacker Reclaimer
Conveyors
Rolling Stocks
Bogie
Truck Frame
Automatic Coupler
Axle Box
Kncukkle
Process Industry
Kiln
Electrostatic Precipator
Clnker Mill
Heat Exchanger & Pressure Vessel
Boiler
Cement Industry
Kin Shell
Mill Body
Classifier
Preheater
Selama Pandemi, Barata Indonesia Mampu Ekspor ke 3 Negara
PT Barata Indonesia (Persero) dalam kurun waktu empat bulan selama pandemi covid-19 terus menunjukan kualitas produksi. Perusahaan BUMN ini melakukan ekspor komponen pembangkit listrik ke tiga negara yaitu ke Armenia, Bahrain dan ke Jerman.
Melalui pabrik komponen turbin di Cilegon, Barata Indonesia melakukan ekspor komponen pembangkit listrik yakni LP Outer Casing and Condenser untuk Steam Turbine pada Herne 6 (1 x 600) MW Combined-Cycle Power Plant (CCPP) di Jerman.
Direktur Utama Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno menjelaskan, ekspor yang dilakukan Barata Indonesia selama tiga bulan terakhir di tengah pandemi Virus Covid -19 menjadi angin berita positif bagi industri manufaktur Indonesia, khususnya Barata Indonesia.
Sebab ditengah ketidakpastian ekonomi dunia yang menyebabkan permintaan produk-produk manufaktur dalam negeri menurun, produk – produk Barata Indonesia masih mendapat kepercayaan untuk berpartisipasi dalam proyek pembangkitan di berbagai negeri.
“Di tengah kondisi yang serba tidak pasti ini, kami masih bisa memainkan peran kami dengan baik di industri manufaktur dengan rutin melakukan ekspor untuk komponen pembangkit listrik maupun komponen kereta api,” katanya, Minggu (5/7/2020).
Lebih lanjut, Fajar menjelaskan selama tiga bulan ini total ekspor komponen pembangkit listrik yang dibukukan oleh pabrik komponen turbin Barata Indonesia, mencapai angka sekitar Rp 133 miliar.
Industri Kereta Api Dunia Bergantung pada Barata Indonesia
Kultur kereta api Jepang memang telah menjadi teladan di dunia, namun siapa sangka bahwa Indonesia menjadi salah satu penyokong dunia perkeretaapian dunia?
PT Barata Indonesia (Persero) merupakan salah satu dari sedikit pembuat bogie di dunia. Bogie merupakan komponen sistem kesatuan roda pada kereta api dan Barata menjadi pengekspor utamanya.
"DNA Barata ini kan manufaktur. Saya bersyukur Barata punya dua produk kebanggan ekspor. Satu komponen turbin, satu lagi di bogie, karena bogie ini uniknya yang produksi cuman tiga: India, China, dan Indonesia yang punya Barata," ujar Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Oksarlidady Arifin kepada Liputan6.com, Selasa (30/7/2019) di Cilegon.
Dua negara yang sudah menjadi pelanggan Barata Indonesia adalah Kanada dan Meksiko. Selain itu, gerbong yang diimpor PT Inka ke Bangladesh, Sri Lanka, dan Filipina juga menggunakan bogie dari Barata.
"Selama masih ada railway di dunia ini, ya cuman tiga yang bisa produksi di dunia. Dari tiga ini alhamdulilah Indonesia atau Barata mendapat porsi yang paling besar," jelas dirut yang akrab disapa Dady itu.
Dady tidak mengungkap berapa market share Indonesia dalam penjualan bogie, tetapi ia menyebut makin banyak pesanan ke Indonesia yang sebelumnya memilih pesan ke India. Beberapa faktor yang menurut Dady ikut berkontribusi adalah kualitas, delivery time, dan harga.
Pendapatan Barata Indonesia dari ekspor bogie pun cukup signifikan, yaitu hingga Rp 600 miliar. Produk bogie untuk kereta api ini pun dijadikan ikon bagi pabrik Barata di Gresik, sama halnya seperti komponen turbin yang menjadi ikon di pabrik Cilegon.
Berita Terbaru
Pesan Mendag Budi ke Pelaku Usaha: Inovasi Jadi Kunci Peningkatan Daya Saing Ekspor
Jelang Nataru 2025, ASDP Ketapang Siapkan 57 Armada Kapal
Badai Cedera Hantam Arsenal, Hadapi Laga Krusial Tanpa Kehadiran Bukayo Saka
Gelar Acara Pendidikan, Upaya Koperasi Karya Praja Sejahtera Cilegon Tingkatkan Kompetensi Anggota
Bangga, Pembalap Sepeda Indonesia Satu Race dengan Pembalap Legenda Dunia Mark Cavendish
Ridwan Kamil Ditemani Maruarar Sirait, Teken Pakta Integritas dengan Kelompok Multietnik Jakarta
Keluarga Tiga Eks-Bupati Tegal Bersatu Dukung Bima-Mujab, Hadiri Kampanye Akbar ‘Hajatan Bisa Dadi 1’
Pupuk Kaltim Andalkan SNI Demi Tingkatkan Daya Saing Global
Mendag Budi Lepas Ekspor Produk Furnitur Senilai USD70.000 ke AS dan Prancis
Portofolio Green Loan BNI Tumbuh Double Digit Sejak 2021
Anggota Kongres AS Sambut Baik Surat Penangkapan Benjamin Netanyahu, Biden Marah-Marah
DP3AP2KB Kota Cilegon Kumpulkan Calon Pengantin Sebagai Upaya Cegah Stunting Sejak Dini