Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga minyak didukung oleh rencana perpanjangan pengurangan produksi organisasi negar eksportir minyak (OPEC). Namun kenaikan harga minyak tak tinggi karena adanya tekanan dari tanda-tanda produksi di Amerika Serikat (AS) yang tinggi.
Mengutip Reuters, Rabu (22/11/2017), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga dunia naik 17 sen menjadi US$ 62,39 per barel. Sedangkan minyak mentah AS berada di US$ 56,72per barel atau naik 30 sen.
Analis menjelaskan bahwa Brent diperkirakan akan melaju dalam dua posisi atau terus mengalami fluktuasi dalam kisaran yang sempit antara US$ 61 per barel hingga US$ 63 per barel. Alasannya, pelaku pasar menunggu hasil pertemuan OPEC mengenai kelanjutan pembatasan produksi. OPEC akan melakukan pertemuan di akhir bulan ini.
Advertisement
Baca Juga
OPEC bersama dengan sejumlah produsen minyak non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia telah menahan produksi sepanjang tahun ini dalam upaya untuk mengakhiri kelebihan pasokan global yang mendorong penurunan harga minyak yang cukup dalam.
Pada pertemuan yang akan berlangsung pekan depan, OPEC dan beberapa negara non-OPEC tersebut diperkirakan akan terus melanjutkan pengenalian produksi lebih panjang dari rencana awal. Dalam perjanjian sebelumnya pengendalian produksi akan berakhir pada Maret 2018.
"Pelaku pasar hanya menunggu konfirmasi dari OPEC mengenai perpanjangan kesepakatan," jelas analis senior Saxo Bank Ole Hansen.
Tetapi luar itu juga ada keraguan dari beberapa pelaku pasar bahwa kesepakatan tersebut tak bakal terus berlanjut. Hal tersebut membuat kenaikan harga minyak terasa berat.
Rusia belum secara terang-terangan mengungkapkan ingin melanjutkan kesepakatan tersebut. Berbeda dengan Arab Saudi dan beberapa negara lain yang telah menyatakan minatnya untuk terus memperpanjang.
"Belum adanya komentar dari Rusia membuat beberapa pelaku pasar menunggu konfirmasi lebih dalam," lanjut Hansen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan kemarin
Pada perdagangan kemarin, harga minyak mentah dunia turun 0,8 persen jelang pertemuan OPEC berikutnya. Di sisi lain, Dolar melaju melumpuhkan harga komoditas. Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun 46 sen atau 0,8 persen menjadi US$ 56,09 per barel.
Sementara minyak mentah berjangka Brent turun 50 sen atau 0,8 persen menjadi US$ 62,22 per barel. Minyak telah mendapat tekanan selama dua minggu terakhir sejak harganya menguat pada awal November, di mana minyak mentah telah melemah 2,6 persen.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak, bersama dengan sekelompok produsen non-OPEC yang dipimpin Rusia telah mencoba menahan stok sejak awal tahun untuk mendorong harga minyak.
Kesepakatan tersebut akan berakhir pada Maret 2018. Rencananya pertemuan OPEC pada 30 November akan kembali membahas hal ini. Harapannya adalah agar kelompok tersebut kembali memperpanjang kesepakatan pemotongan di tahun depan.
"Orang-orang percaya bahwa OPEC bersama 10 negara non-OPEC akan kembali menaahan produksinya di 2018, meskipun Rusia memegang kartu," kata ahli strategi PVM Oil Associates Tamas Varga.
Advertisement