Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka naik tipis pada perdagangan hari Kamis. Meskipun alami kenaikan, harga minyak yang menjadi patokan di Amerika Serikat (AS) ditutup di bawah USD 69 per barel. Tertahannya kenaikan harga minyak ini karena surplus besar diperkirakan terjadi pada 2025.
Laporan bulanan Badan Energi Internasional menuliskan bahwa persediaan minyak mentah global diperkirakan akan melampaui permintaan lebih dari 1 juta barel per hari tahun depan yang dipimpin oleh pertumbuhan yang kuat di AS.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip CNBC, Jumat (15/11/2024), berikut ini harga energi penutupan perdagangan di bursa AS pada hari Kamis:
Advertisement
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember ditutup USD 68,70 per barel, naik 27 sen atau 0,39% dibanding sehari sebelumnya. Sejak awal tahun hingga saat ini harga WTI turun sekitar 4%.
Harga minyak Brent untuk kontrak Januari ditutup di angka USD 72,56 per barel, naik 28 sen atau 0,39%. Sejak awal tahun hingga saat ini harga patokan global turun hampir 6%.
Harga Bensin untuk kontrak Desember ditutup USD 1,9817 per galon, naik 0,84%. Tahun ini harga bensin telah turun hampir 6%.
Untuk harga gas alam kontrak Desember ditutup USD 2,785 per seribu kaki kubik, turun 6,64%. Tahun ini, harga gas telah naik hampir 11%.
UBS memangkas perkiraan harga untuk patokan global Brent menjadi hanya USD 80 per barel dari perkiraan sebelumnya di USD 87 karena melemahnya permintaan di Tiongkok yang merupakan negara importir minyak mentah terbesar di dunia.
OPEC pada hari Selasa memangkas perkiraan pertumbuhan permintaannya untuk bulan keempat berturut-turut awal minggu ini.
Harga minyak telah turun lebih dari 4% sejak Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS karena dolar telah melonjak. Dolar AS yang lebih kuat dapat menekan permintaan minyak di antara pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Perdagangan Sebelumnya
Harga minyak pulih pada Rabu karena aksi short-covering setelah harga minyak turun mendekati level terendah dua minggu pada sesi sebelumnya. Naiknya harga minyak ini akibat pemotongan proyeksi permintaan oleh OPEC, sementara dolar AS mencapai level tertinggi tujuh bulan yang membatasi kenaikan minyak.
Dikutip dari CNBC, Kamis (14/11/2024), futures minyak Brent naik 39 sen atau 0,54% dan ditutup pada USD 72,28 per barel, sementara futures minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik 31 sen atau 0,46% dan ditutup pada USD 68,43.
Kedua acuan harga tersebut ditutup pada level terendah hampir dua minggu pada Selasa setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024 dan 2025 karena kekhawatiran permintaan di China.
OPEC menyebutkan adanya pelemahan di China, India, dan beberapa wilayah lain sebagai alasan keputusan tersebut, yang menjadi revisi turun keempat berturut-turut untuk tahun 2024.
Advertisement
Prediksi Permintaan Dunia
Badan Energi Internasional (IEA), yang memiliki proyeksi pertumbuhan permintaan yang jauh lebih rendah dari OPEC, dijadwalkan merilis perkiraan terbarunya pada Kamis.
"Proyeksi ini jelas bearish, dan pasar masih mencernanya," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Namun, pasar kembali bangkit karena beberapa investor spekulatif berusaha menutup kerugian, tambah Yawger.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menekankan pentingnya melanjutkan “koordinasi erat” dalam kelompok produsen minyak OPEC+ selama percakapan telepon pada Rabu, menurut Kremlin.