Demi Diskon, Masyarakat Rela Antre di Debenhams Senayan City

Debenhmas di hari terakhirnya, pada Minggu (31/12/2017), memberikan diskon besar-besaran hingga lebih dari 70 persen.

oleh Septian Deny diperbarui 31 Des 2017, 17:15 WIB
Diterbitkan 31 Des 2017, 17:15 WIB
Tampak antrean masyarakat di Kasir Debenhms Senayan City. (Liputan6.com/Septian Deny)
Tampak antrean masyarakat di Kasir Debenhms Senayan City. (Liputan6.com/Septian Deny)

Liputan6.com, Jakarta Di hari terakhir 2017, antrean panjang terlihat di kasir pembayaran ritel Debenhams yang berlokasi di Senayan City, Jakarta. Ini karena masyarakat menyerbu ritel di bawah pengelolaan PT Mitra Adiperkasa tersebut untuk mencari barang yang mereka inginkan.

Debenhmas di hari terakhirnya, pada Minggu (31/12/2017), memberikan diskon besar-besaran hingga lebih dari 70 persen. 

"Ini cuma sampai hari ini saja. Kita masih buka sampai jam 10 malam nanti," ujar salah satu pramuniaga yang enggan disebutkan namanya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Sementara itu Ronald (36) salah satu pengunjung Debenhams mengatakan, dirinya rela antre untuk mendapatkan barang yang diinginkan. "Ya enggak apa-apa mengantre, kan bisa beli barang dengan harga yang murah," kata dia.

Menurut dia, dengan diskon harga yang ditawarkan seperti saat ini, tidak heran banyak masyarakat yang memborong barang-barang di gerai ini. Ronald mengaku sampai membeli lima kemeja dan dua celana jeans karena tergiur harga yang murah.

Namun dia menyayangkan kondisi gerai yang sudah berantakan akibat diserbu masyarakat. Selain itu, pendingin ruang di ritel ini juga tampaknya sudah dimatikan sehingga membuat suhu ruangan menjadi lebih panas.

"Ini sudah dimatikan kayanya AC-nya, makanya panas begini. Kasian juga yang antre, apalagi yang ibu-ibu," tandas dia.

5 Toko Ritel Modern yang Berguguran di 2017

Tahun 2017 terasa getir bagi beberapa ritel modern di Indonesia. Di tahun ini beberapa ritel modern akhirnya tutup akibat perubahan pola konsumsi dan penurunan daya beli masyarakat.

Mereka menutup gerai di pusat perbelanjaan. Bahkan ada yang menutup gerai ritel di pusat belanja yang legendaris. Sebut saja di Pasaraya Manggarai maupun Blok M.

Besarnya biaya operasional tidak dapat ditutupi dengan pendapatan. Akibat kerugian yang terus terjadi, tidak ada jalan lain kecuali mengurangi kerugian tersebut dengan menutup gerai.

Salah satu biang keladinya diduga adalah perubahan pola konsumsi masyarakat dari belanja langsung menjadi belanja online. Selain itu, faktor penuruan daya beli ikut mempengaruhi lesunya bisnis ritel modern.

Lesunya bisnis ritel modern cukup mengejutkan. Sebab di saat yang bersamaan pemerintah mengklaim tidak ada yang salah dengan kebijakan ekonomi, namun faktanya toko ritel modern mengalami kelesuan hingga menutup gerainya.

Riset HaloMoney.co.id, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) melansir industri ritel hanya mengantongi pertumbuhan di bawah lima persen sepanjang Januari-Juni 2017. Lesunya pasar ritel Indonesia juga tercermin dalam riset Global Retail Development Index yang dikeluarkan ATKearney, Juni lalu.

Tahun ini, Indonesia menempati posisi delapan atau turun tiga peringkat dari 2016. ATKearney menyebut penjualan ritel di Indonesia mencapai US$ 350 miliar tahun ini, atau hanya naik 8,02 persen dari tahun lalu.

Sekadar mengingatkan kamu, berikut ini lima brand ritel modern yang tutup sepanjang tahun 2017 ini, hasil riset HaloMoney.co.id:

Lotus

Lotus Departement Store menutup tiga gerai di Thamrin, Cibubur, dan Bekasi pada akhir Oktober 2017. Penutupan gerai Lotus ini dilakukan untuk memoles kinerja keuangan divisi department store PT Mitra Adi Perkasa (MAP) Tbk, induk usaha Lotus. Di tahun ini, Lotus mengalami kerugian terus menerus sehingga MAP memutuskan untuk menutupnya.

7-Eleven

PT Modern Internasional Tbk (MDRN) menutup seluruh gerai 7-Eleven mulai 30 Juni 2017. Penyebabnya ialah besarnya biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan mereka sehingga 7-Eleven mengalami kerugian besar.

Tercatat hingga Maret 2017, 7-Eleven mencatatkan rugi Rp 447,93 miliar. Padahal periode sama tahun sebelumnya untung Rp 21,31 miliar. Itulah lima retail modern yang ditutup selama 2017.

Penutupan gerai ini menjadi pelajaran buat kamu yang memiliki usaha agar selalu kreatif dan inovatif mengembangkan usaha sehingga terus menguntungkan.

Matahari

PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup gerai Matahari Departement Store di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M pada September 2017. Pada pertengahan November 2017, Matahari kembali menutup gerai di Taman Anggrek dan Lombok City Center.

Penutupan ini sebagian besar akibat buruknya kinerja perusahaan. Meski begitu, manajemen Matahari mengatakan masih akan ekspansi membuka gerai baru di tahun depan. 

Debenhams

Gerai ritel modern yang tutup ini juga milik PT Mitra Adi Perkasa Tbk. PT Mitra Adiperkasa Tbk gerai Debenhams di Senayan City pada akhir 2017. Di Senayan City, Debenhams membuka gerai di tiga lantai sekaligus.

Sebelumnya perusahaan ini telah menutup gerai Debenhams di Kemang Village dan Supermall Karawaci. Penutupan ini diyakini akibat perubahan pola konsumsi masyarakat dari belanja langsung ke belanja online.

Ramayana

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk menutup delapan gerai supermarketnya pada 28 Agustus 2017. Adapun toko yang tutup ialah R098 (Gresik), R030 (Banjarmasin), R115 (Bulukumba), R025 (Bogor), R057 (Pontianak), serta R008 (Sabang). Lalu ada 2 toko di Surabaya yakni R222 dan R214.

Mengutip penjelasan Ramayana ke sejumlah media, manajemen Ramayana mengatakan penutupan ini bersifat sementara karena perusahaan sedang mendisain ulang toko.

Disain ulang ini dilakukan sekaligus memanfaatkan waktu pada saat daya beli sedang lesu. Selain itu, redisain ini berlaku untuk gerai supermarket, bukan gerai yang menjual pakaian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya