Pertumbuhan Investasi RI Tertinggal ketimbang Malaysia

Presiden Jokowi menyoroti perizinan dan aturan yang masih berbelit-belit sehingga pengaruhi investasi.

oleh Septian Deny diperbarui 23 Jan 2018, 18:45 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2018, 18:45 WIB
20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, pertumbuhan investasi Indonesia kalah jauh dibanding negara lain di Asia. Hal ini disebabkan oleh lamanya proses perizinan di dalam negeri.

Jokowi membandingkan, pertumbuhan investasi di Malaysia mencapai 51 persen pada 2017, Filipina sebesar 38 persen dan India 30 persen. Sedangkan, Indonesia hanya mampu tumbuh 10 persen.

‎"Dengan negara-negara pesaing terutama negara di dekat kita, kita blak-blakan saja, kita kalah kalah jauh. Data BKPM yang saya terima, India investasi naik 30 persen, Filipina naik 38 persen, Malaysia naik 51 persen, kita 10 persen, di 2017," ujar dia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (23/1/2018).

Jokowi mengaku heran, mengapa investasi di negara lain bisa tumbuh tinggi, sedangkan Indonesia hanya mampu 10 persen.

"Kemudian kita banding-bandingin negara lain ada apa? Kok mereka (investor) berbondong-bondong ke sana dan tidak ke kita. Itu yang kita cek secara detail," kata dia.

Ternyata, lanjut dia, yang masih menjadi masalah utama di Indonesia yaitu soal birokrasi yang berbelit-belit sehingga membuat proses perizinan investasi berjalan sangat lambat. Hal tersebut yang dinilai membuat investor tidak mau menanamkan modalnya di Indonesia.

"Alasan nomor satu kita akan bersaing, regulasi. Kita kebanyakan aturan-aturan, kebanyakan persyaratan-persyaratan, kebanyakan perizinan-perizinan yang masih berbelit-belit. Sampai detik ini masih," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Jokowi: Ribuan Investor Antre Ingin Investasi di RI

Kunjungan Kerja ke Palembang, Jokowi Bagikan 1.700 KIP dan 994 PKH
Presiden Jokowi menyampaikan keterangan dalam penyerahan KIP dan PKH di SMA Negeri 1 Palembang, Sumatra Selatan (22/1). Dalam kunjungan kerjanya tersebut Presiden Jokowi menyerahkan langsung kepada 1.700 penerima KIP. (Liputan6.com/Pool/Biro Setpres)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, ada ribuan investor mengantre untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Namun sayang, hal tersebut belum bisa dimanfaatkan dengan baik oleh negara ini karena berbagai masalah.

‎‎"Tapi problemnya adalah di dalam kita sendiri. Jadi saya sampaikan sering kali ini saya sampaikan di mana-mana kita ini kondisinya sehat, baik, asam urat enggak ada, kolesterol baik, jantung baik, paru-paru baik, ginjal baik, tapi kenapa enggak bisa lari cepet, kenapa enggak bisa lari kencang," ujar dia saat membuka Rapat Kerja Pemerintah di Istana Negara, Jakarta, Selasa 23 Januari 2018.

Menurut Jokowi, potensi investasi yang besar tersebut tidak optimal masuk ke Indonesia, salah satunya karena proses perizinan yang berjalan lambat, baik di tingkat pusat maupun daerah.

"Problemnya ada di investasi yang masih terhambat dan urusan-urusan perizinan. Problem-nya apa sih? Ternyata tidak sedikit, problemnya banyak sekali," kata dia.

Sebenarnya bukan perkara yang sulit untuk mempercepat proses perizinan investasi. Asalkan, ucap Jokowi, ada niat dari para kepala daerah untuk mengubah paradigma terkait birokrasi perizinan tersebut.

Jokowi mencontohkan, proses perizinan di BKPM yang sebelumnya membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan. Kondisi berubah sejak dua tahun terakhir, BKPM mampu mengeluarkan sembilan izin dalam waktu tiga jam.

"Waktu yang bertahun-tahun bisa kita lakukan, niat atau enggak niat, mau atau enggak mau, urusannya itu aja. Tapi di sini itu tidak hanya di urusan yang berkaitan dengan di BKPM, masih ada lagi di Kementerian, masih banyak lagi yang ada di daerah, inilah yang ingin kita selesaikan," tegas Jokowi.

Jika tidak ada kemauan untuk mempercepat proses perizinan tersebut, kata Jokowi, maka paket-paket kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah selama ini akan percuma.‎

"Jadi paket-paket kebijakan sudah kita keluarkan, tapi dalam implementasi pelaksanaan tidak kita ikuti, tidak kita tindak lanjuti, enggak ada artinya itu paket kebijakan," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya