Liputan6.com, Jakarta - Stephen Hawking dikenal sebagai ilmuwan cerdas yang mampu menelurkan berbagai riset di bidang fisika. Meski menderita penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS) dan harus menghabiskan hidupnya duduk di kursi roda, Hawking ternyata masih mampu mendulang kekayaan yang tidak sedikit.
Dilansir dari Inverse.com, Rabu (14/3/2018), ilmuwan satu ini memiliki kekayaan mencapai US$ 20 juta atau setara Rp 273 miliar. Kekayaan tersebut sebagian besar dihasilkan dari hasil diversifikasi pendapatan Hawking sepanjang hidupnya.
Pria 72 tahun ini memiliki sumber pendapatan yang beragam. Stephen Hawking merupakan direktur di lembaga riset ternama Center for Theoretical Cosmology at the University of Cambridge. Tentu, posisi prestigius itu pun bisa memberi Hawking gaji yang tidak sedikit.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, ia juga merupakan penulis berbagai buku laris. Buku terlarisnya, A Brief History of Time, mampu menduduki puncak buku paling laris koran Sunday Times di Inggris selama lebih dari empat tahun.
Sosok Hawking juga telah menginspirasi banyak produser untuk membuat acara televisi dan film yang berkisah tentang dirinya. Film Theory of Everything yang dibintangi oleh Eddy Redmayne sukses mencetak keuntungan tak sedikit di Box Office.
Pada tahun 2012, Hawking mendapat hadiah US$ 3 juta karena memenangi penghargaan Fundamental Physics Prize. Penghargaan tersebut diberikan oleh miliarder Rusia Yuri Milner.
Meski memiliki harta berlimpah, tidak ada keraguan Stephen Hawking telah menggunakan kekayaannya untuk membantu meningkatkan profilnya, serta memperluas pengaruhnya, baik di dunia ilmiah maupun ranah publik.
Tutup Usia
Berita dukacita turut mewarnai media sosial hari ini (14/3/2018). Pasalnya, seorang ilmuwan besar di bidang kosmologi dan fisika teoritis, yakni Stephen Hawking, berpulang di usia 76 tahun pada Rabu (14/3/2018).
Meskipun mengidap penyakit yang melumpuhkan tubuhnya sejak usia 21 tahun, kecerdasan Stephen Hawking mengenai galaksi, lubang hitam, dan teori reativitas mampu membawanya pada jabatan akademis terhormat di banyak universitas ternama.
Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS merupakan profesor Lucasian dalam bidang Matematika di Universitas Cambridge dan anggota dari Gonville and Caius College, Cambridge.
Dia juga dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama teori-teorinya seputar kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi Hawking.
Di usianya yang masih muda, energik, dan haus-hausnya menimba ilmu, dokter mendiagnosis Stephen Hawking terkena ALS pada tahun 1963. Lebih sedih lagi, dokter mengatakan umur Hawking tinggal 2 tahun lagi. Artinya, ia akan meninggal pada tahun 1965.
ALS merupakan penyakit neuron motorik. Itu sebabnya dokter memprediksi Stephen Hawking hanya punya sisa umur 2 tahun lagi. Tapi nyatanya Stephen Hawking berhasil mematahkan prediksi dokter. Dia berhasil bertahan selama kurang lebih 50 tahun dan tutup usia ketika menginjak 76 tahun. Boleh jadi itu karena kiprahnya akan membawa perubahan besar dan berarti untuk dunia.
Advertisement