Terowongan Bawah Laut Malaysia Tembus Sumatera Disebut Tak Untungkan RI

Pemerintah menganggap rencana Malaysia membangun terowongan bawah laut tembus ke Sumatera tidak akan menguntungkan Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Mar 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2018, 10:00 WIB
Jembatan Indah Sekaligus Terowongan Bawah Laut Denmark-Swedia
Sebuah jembatan yang menawan 'mendadak' menghujam ke laut dan menjadi terowongan.

Liputan6.com, Jakarta - Malaysia berencana membangun terowongan bawah laut yang menghubungkan dua wilayah di dua negara, yakni Bagan Datuk, Malaysia dan Sumatera, Indonesia. Sebelumnya, pemerintah Malaysia juga bernafsu ingin membangun jembatan dari Malaka ke Dumai, Riau.

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),Arie Setiadi Moerwanto mengungkapkan, pemerintah Indonesia khususnya Kementerian PUPR sejauh ini belum pernah membahas mengenai rencana tersebut. Pemerintah Malaysia pun diakui belum membicarakannya kepada pemerintah Indonesia.

"Kami belum pernah membahas tentang hal ini (rencana terowongan bawah laut Malaysia-Indonesia)," tegas Arie saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu (25/3/2018).

Dia mengatakan, pemerintah hanya pernah membahas soal rencana pembangunan jembatan Malaka-Dumai beberapa tahun lalu. Hasilnya dianggap rencana proyek itu tidak akan menguntungkan bagi Indonesia.

"Dulu, kami pernah membahas kemungkinan pembangunan jembatan (Malaka-Dumai). Tapi kami anggap, hal ini tidak menguntungkan bagi Indonesia," tegasnya.

Lebih jauh, Arie pun memandang hal yang sama mengenai rencana Malaysia membangun terowongan bawah laut dari Bagan Datuk tembus Sumatera, yakni tidak menguntungkan bagi Indonesia.

"Intuisi pribadi saya terowongan bawah laut ini juga sama (tidak menguntungkan bagi Indonesia)," katanya.

 

 


Hanya Jadi Pasar

terowonganlaut-1-131030.jpg
Karyawan bekerja di Terowongan Marmaray bawah laut Bosphorus di Istanbul. Marmaray adalah proyek transportasi kereta api Istambul, Turki. (AFP/Stringer/wwn)

Arie menggambarkan kondisi yang akan timbul apabila terowongan bawah laut dari Malaysia ke Indonesia benar-benar terwujud di tengah kondisi perekonomian nasional sekarang ini.

"Jika suatu wilayah atau negara yang ekonominya kuat digabung dengan yang lemah, maka yang akan lebih memanfaatkannya adalah yang ekonomi kuat, bukan yang lemah," Arie menerangkan.

Arie berpendapat, Indonesia lebih bersemangat membangun jembatan ke Timor Leste misalnya, ketimbang ke Malaysia karena ekonomi Indonesia lebih kuat.

"Kita akan jadi pasar (jika ada terowongan Malaysia-Indonesia). Sekarang saja kan kalau berobat ke rumah sakit, orang (Indonesia) cenderung ke Penang, Malaysia, dibanding di Jakarta. Karena selain jaraknya yang dekat, menurut teman-teman kualitas penanganan di sana lebih bagus," papar dia.

Dirinya lebih jauh menilai, pembangunan terowongan bawah laut Malaysia tembus ke Sumatera sebenarnya menarik apabila kekuatan ekonomi Indonesia dan Malaysia seimbang.

"Kalau (ekonomi) seimbang baru menarik. Tapi di ASEAN Highway Network memang ada jembatan dari Malaka-Dumai, rencananya. Tapi kapan dibangunnya, bikin ekonomi kita kuat dulu. Jangan sampai kita hanya dijadikan pasar," paparnya.

"Artinya, Arie bilang, untuk membangun konektivitas antara Indonesia dan Malaysia, termasuk negara-negara ASEAN, ekonomi nasional harus semakin kuat. Itu memang syaratnya," kata dia memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya