Skandal Pencurian Data, Bos Facebook Minta Maaf Lewat Iklan di Surat Kabar

CEO Facebook Mark Zuckerberg meminta maaf atas nama Facebook terhadap skandal Cambridge Analytica kepada publik dalam bentuk iklan.

oleh Vina A Muliana diperbarui 26 Mar 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2018, 16:00 WIB
Iklan permintaan maaf Facebook di surat kabar (AP)
Iklan permintaan maaf Facebook di surat kabar (AP)

Liputan6.com, New York - Skandal pencurian data yang menimpa Facebook memaksa perusahaan ini untuk bertindak cepat demi mengurangi akibat masif yang mungkin saja terjadi. Salah satu cara Facebook agar bisa kembali mendapat simpati publik adalah dengan memajang permintaan maaf dalam bentuk iklan di berbagai surat kabar ternama Amerika Serikat dan Inggris.

Dilansir dari VOA, Senin (26/3/2018), CEO Facebook Mark Zuckerberg meminta maaf terhadap skandal Cambridge Analytica kepada publik dalam bentuk iklan. Iklan yang ditandatangani oleh Mark Zuckerberg itu mengatakan aplikasi kuis yang dibuat oleh peneliti Universitas Cambridge, membocorkan data jutaan pengguna Facebook empat tahun lalu.

“Ini pelanggaran kepercayaan, dan saya minta maaf karena kami tidak melakukan lebih banyak hal pada saat itu. Kini kami mengambil langkah-langkah untuk memastikan hal ini tidak terulang lagi,” tulis Zuckerberg dalam iklan tersebut.

Lebih lanjut, iklan itu juga menggaris bawahi keputusan Facebook untuk membatasi aplikasi data yang diterima ketika pengguna menggunakan media sosial itu. Facebook juga akan memeriksa setiap aplikasi yang bisa mengakses sejumlah besar data.

“Kami memperkirakan ada aplikasi lain. Dan kalau kami menemukannya, kami akan memblokir dan memberitahu semua orang yang telah terkena dampaknya,” kata iklan itu.

Janji Zuckerberg

Di bagian akhir iklan itu Zuckerberg berjanji untuk melakukan hal yang lebih baik bagi pengguna media sosialnya.

Skandal yang menimpa Facebook bisa dibilang paling buruk di sepanjang sejarah perusahaan. Bagaimana tidak, data yang disalahgunakan ternyata diperlukan untuk pemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Buntut dari skandal tersebut, para pengguna Facebook kadung kesal dan khawatir karena mereka bisa saja menjadi korban. Para pengguna pun berbondong-bondong menyerukan tagar #deletefacebook di Twitter.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya