Belum Hitung Kerugian, Menteri Susi Yakin Dampak Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan Besar

Hasil investigasi Polda Kaltim mengungkapkan, tumpahan minyak tersebut berasal dari pipa bawah laut milik Pertamina dari Terminal Lawe-lawe, Penajam Paser Utara.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Apr 2018, 17:27 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2018, 17:27 WIB
Menteri Susi Jelaskan Proses Penangkapan Kapal Buronan Interpol
Menteri KKP Susi Pudjiastuti menjelaskan penangkapan kapal buronan interpol, Jakarta, Sabtu (7/4). Tim gabungan dari TNI AL, KKP, dan Polri dibawah koordinasi Satgas 115 ‎berhasil menangkap kapal buronan Interpol STS-50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ikut angkat bicara terkait peristiwa tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.

Menurut dia dampak negatif yang ditimbulkan amat buruk. "Kerusakan sangat jelek sekali," ujar dia di Kediamannya di Widya Candra Jakarta, Sabtu (7/4/2018).

Lebih jauh, Susi mengatakan bahwa tumpahan minyak itu telah membawa dampak kemana-mana, terutama ekosistem laut dan lingkungan pesisir pantai.

"Itu luas tebal, banyak, sampai ke Mangrove, dan lain sebagainya. Berapa besar (kerugian)-nya kita belum tahu," jelas Susi.

"Nelayan banyak dirugikan ada yang meninggal juga kan?," lanjut dia.

Meskipun demikian, menurut dia wewenang penegakan hukum, termasuk meminta keterangan dari PT Pertamina, sepenuhnya berada di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

"Kalau lari ke penegakkan hukum, itu inisiatif harus dari mereka KLHK. Kalau kita menghitung kerugian peta laut, kerugian stakeholder nelayan kita, pembudidaya, kerugian habitat laut, baik karang, pantai," tandasnya.

Reporter: Wilfridus

Sumber: Merdeka.com

Insiden Tumpahan Minyak Disebut Akibat Kualitas Navigasi Laut RI Buruk

Pantauan Udara Tumpahan Minyak di Pantai Balikpapan
Gambar dari udara tumpahan minyak di Pantai Benua Patra, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (2/4). Tumpahan minyak disebabkan oleh pipa bawah laut Pertamina yang pecah. (AFP)

Pengamat maritim yang juga Direktur National Maritime Institute (Namarin), Siswanto Rusdi mengungkapkan, insiden tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur akibat buruknya kualitas peta navigasi laut.

Diketahui, hasil investigasi Polda Kaltim mengungkapkan, tumpahan minyak tersebut berasal dari pipa bawah laut milik Pertamina dari Terminal Lawe-lawe, Penajam Paser Utara menuju Kilang RU V di Balikapapan yang putus. Diduga pipa terseret dan putus karena terkena jangkar kapal.

"Bagi saya mengungkapkan bahwa peta navigasi kita sangat bermasalah. Untuk daerah sepadat Balikpapan. Operasi pelayaran bahwa peta itu mutakhir. Dengan perairan yang padat dengan pipa minyak. Kenapa kapten melempar jangkar karena tidak ada di peta," ungkapnya dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (7/3/2018).

Lebih jauh, dia mengatakan bahwa insiden yang disebabkan buruknya kualitas peta navigasi bukan baru kali ini saja terjadi.

"Saya ingat seperti Raja Ampat yang tiba-tiba menghancurkan terumbu karang. Ini dua kejadian yang sama dimana peta navigasi tidak termutakhirkan," jelas dia.

Karena itu, peta navigasi laut perlu diperbaiki, terutama di daerah-daerah yang padat serta memiliki aset-aset vital bawah laut, seperti di Balikpapan.

"Paling tidak peta laut mutakhir, kemudian daerah yang sensitif dari manuver pelayaran. Artinya kita akan selalu menemukan kapal tersangkut, kapal tertubruk," tegasnya.

 

Tonton Video Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya