Batu Bara Kokas Bakal Jadi Primadona Baru Adaro

Batu bara Kokas atau Cooking Coal digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baja.

oleh Irna Gustiawati diperbarui 02 Mei 2018, 10:20 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2018, 10:20 WIB
Garibaldi Thohir Adaro Energy
Presdir PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir bersama Direktur Coaltrade Services International Pte. Ltd (CTI) Pepen Handianto Danuatmadja dan GM International Marketing & Trade CTI Neil Litte di Singapura (28/4).

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan tambang PT Adaro Energy Tbk mulai menjalankan bisnis batu bara kokas. Bisnis batu bara kokas ini akan menjadi primadona baru Adaro yang menargetkan bisa menjadi 5 besar produsen batu bara kokas dunia.

Batu bara Kokas atau Cooking Coal digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baja. Adaro melihat kebutuhan industri baja dalam negeri dan dunia yang meningkat membuat kebutuhan semakin besar di masa depan.

"Kebutuhan batu bara kokas dalam negeri saat ini masih mengandalkan impor. Masuknya Adaro di industri batu bara Kokas bisa membantu memenuhi kebutuhan industri dalam negeri," kata Dirut PT Adaro Energy Tbk Boy Garibaldi Thohir disela kunjungan ke kantor Coaltrade Services International Pte Ltd (CTI) di Singapura 28 April 2018.

Untuk menjadi produsen batu bara kokas terbesar kelima dunia, menurut Boy panggilan akrab Garibaldi Thohir, Adaro juga melakukan akuisisi aset tambang batu bara kokas milik Rio Tinto di Australia.

Sebelumnya dalam memulai bisnis batu bara Kokas, Adaro terlebih dulu melakukan akuisisi tambang milik BHP Billiton di Kalimantan.

Jika saat ini produksi batu bara Kokas Adaro di Kalimantan 1 juta ton per tahun dan Australia 5,5 juta ton per tahun. Maka perusahaan akan memaksimalkan produksi batu bara Kokas dalam 5-10 tahun menjadi 5 juta ton di Indonesia dan 15 juta ton di Australia.

"Dengan produksi batu bara Kokas 20 juta ton per tahun, Adaro bisa menjadi 5 pemain besar dunia, setelah BHP Billiton (30 juta ton), Rio Tinto (25 juta ton), perusahaan Rusia (20 juta ton). Jadi kita bisa masuk ke urutan 4 atau 5," ujar Boy.

Menurut Boy, bisnis batu bara Kokas ini terbilang unik dan beda dengan power plant (pembangkit listrik) yang menggunakan thermal coal. Jika Thermal coal merupakan low calorie, maka cooking coal punya ukuran lain yang berbeda dengan kalori yang lebih tinggi.

Hingga saat ini menurut Boy belum ada perusahaan Indonesia yang masuk ke bisnis batu bara Kokas. Lalu apa alasan Adaro masuk ke Cooking Coal?

"Visi saya Indonesia dulu negara agraris, sekarang maritim, suatu saat menjadi negara industrialis yang perlu didukung dengan industri baja." jelas Boy.

Pemasaran Batu Bara

Boy Garibaldi Thohir Adaro Energy
Presdir PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir bersama Direktur Coaltrade Services International Pte. Ltd (CTI) Pepen Handianto Danuatmadja dan GM International Marketing & Trade CTI Neil Litte di Singapura (28/4).

Dalam kunjungannya ke kantor Coaltrade Services International Pte Ltd (CTI) di Singapura, Boy juga menjelaskan posisi strategis CTI buat perusahaan. CTI mendukung operasi jual beli batubara Adaro ke seluruh dunia.

"Karena punya direct contract yang ada di Singapura, posisi CTI sangat mendukung operasional jual beli di luar negeri," Boy.

Diharapkan dengan semakin banyaknya produksi Adaro, CTI menjadi kunci untuk kelancaran penjualan Adaro di luar negeri.

Menurut Direktur CTI Pepen Handianto Danuatmadja tahun 2017 penjualan batubara Adaro melalui CTI sebanyak 4,5 juta ton. Sementara penjualan total batubara Adaro tahun 2017 mencapai 51,8 juta. Tahun ini, Adaro menargetkan produksi batu bara sebesar 54 - 56 juta ton.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya