Kartu Debit Berlogo Garuda Meluncur, Gesek Bisa di ATM dan EDC Bank Mana pun

BI meluncurkan kartu ATM atau kartu debit berlogo Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mei 2018, 12:42 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2018, 12:42 WIB
Gubernur BI Agus Martowardojo bersama Menteri BUMN Rini Soemarno me-launching kartu debit GPN (Dok Foto: Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu)
Gubernur BI Agus Martowardojo bersama Menteri BUMN Rini Soemarno me-launching kartu debit GPN (Dok Foto: Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) meluncurkan kartu debit berlogo Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Saat ini, semua bank yang ada di Indonesia sudah resmi memiliki logo burung garuda di kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau kartu debit. 

Gubernur BI, Agus Martowardojo dalam sambutannya mengatakan, sistem pembayaran saat ini berkembang sangat pesat seiring perkembangan teknologi. Hal itu mendorong BI sebagai regulator untuk menciptakan sebuah terobosan di mana semua transaksi yang terjadi di dalam negeri bisa menjadi lebih cepat, efisien, dan aman.

Dengan adanya GPN, pembayaran yang dilakukan di dalam negeri bisa menjadi lebih efisien, sebab kartu berlogo GPN dapat digunakan secara penuh dan luas. Selain itu, semua proses routing juga dilakukan di dalam negeri.

"Berbagai inovasi terkait cara dan sarana pembayaran marak ditawarkan untuk mempermudah dan mempercepat transaksi. Dinamika itu perlu disikapi dengan cepat," kata Agus, di Gedung BI, Kamis (3/5).

Dengan menggunakan kartu Gerbang Pembayaran Nasional, nasabah bisa melakukan transaksi di mesin ATM atau EDC manapun. Sebelumnya, transaksi hanya bisa dilakukan di mesin keluaran bank penerbit kartu saja. Kini, masyarakat tidak perlu lagi memiliki banyak jenis kartu, sebab semua bank sudah saling terkoneksi.

"Bank enggak perlu berkompetisi sehingga dapat lebih luas dan fokus untuk meningkatkan kualitas layanan nasabah," ujarnya. 

Dalam kesempatan serupa, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana mengatakan bahwa GPN ini menyatukan seluruh bank di Indonesia.

"Ini cita-cita 15 tahun yang lalu, ini sudah terwujud. Akhirnya perbankan mau berbagi, enggak ada lagi bank besar dan kecil. Semua satu," ujarnya.

Heru menyatakan, OJK akan selalu mengawasi implementasi GPN tersebut.

"OJK akan dukung dan kawal implementasi dari waktu ke waktu (implementasi kartu debit berlogo GPN)," tukasnya. 

 

Reporter : Yayu Agustini Rahayu

Sumber : Merdeka.com

Uang Beredar di RI Capai Rp 5.394 Triliun

Rupiah
Rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) di Indonesia mencapai Rp 5.394,9 triliun untuk periode Maret 2018. Angka ini tumbuh 7,5 persen dibandingkan dengan periode Februari yang tumbuh 8,3 persen.

Dikutip dari laporan Bank Indonesia, Senin (30/4/2018), perlambatan pertumbuhan uang beredar terjadi pada seluruh komponen uang beredar. Komponen uang kuasai tercatat tumbuh 6,2 persen (year on year/yoy), melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,7 persen (yoy).

Sedangkan untuk komponen uang beredar dalam arti sempit tercatat tumbuh 11,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 13 persen.

"Komponen lainnya berupa surat berharga selain saham juga tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan," tulis laporan Bank Indonesia tersebut.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, perlambatan pertumbuhan uang beredar dalam arti luas dipengaruhi oleh operasi keuangan pemerintah dan aktiva luar negeri bersih.

Pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus) tercatat 5,9 persen (yoy) pada Maret 2018, turun dari 10,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Periode laporan pajak dan penerimaan dari penerbitan sukuk global turut mempengaruhi pertumbuhan. Untuk aktiva luar negeri bersih pada Maret 2018 tumbuh sebesar 9,3 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 13,6 persen (yoy).

Namun, perlambatan pertumbuhan uang beredar dalam arti luas tertahan oleh penyaluran kredit perbankan pada Maret 2018 yang tumbuh sebesar 8,5 persen (yoy) atau tercatat Rp 4.768,8 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Februari 2018 yang tumbuh 8,2 persen (yoy).

Suku bunga kredit dan simpanan berjangka kembali turun sejalan dengan berlanjutnya transmisi penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia.

Pada Maret 2018, rata-rata tertimbang suku bunga kredit perbankan tercatat 11,18 persen atau turun 9 basis poin dari bulan sebelumnya.

Suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 3 bulan tercatat 5,88 persen lebih rendah dibanding bulan sebelumnya 5,97 persen. Kemudian untuk bunga simpanan jangka waktu 6 bulan sebesar 6,29 persen lebih rendah dibanding periode sebelumnya 6,4 persen.

Untuk bunga simpanan 12 bulan 6,46 persen turun dibanding periode Februari 2018 6,56 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya