Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memastikan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan Indonesia. Pelemahan rupiah masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan mata uang lain di kawasan Asia atau sesama negara berkembang.
Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan, pelemahan rupiah tidak memberi dampak buruk bagi penerimaan negara. Sebab, penerimaan negara dari sektor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) barang impor justru meningkat.
"Penerimaan, kalau kurs rupiah melemah malah PPN impornya naik sebenarnya. Positif sih ke penerimaan," ujar Robert saat ditemui Gedung Bank Tabungan Negara (BTN) di Jakarta, Senin (14/5/2018).
Advertisement
Baca Juga
Lebih lanjut, Robert menjelaskan, penerimaan pajak per Akhir April tumbuh sebesar 11 persen secara year on year (yoy). Angka tersebut meningkat cukup besar apabila dibandingkan dengan penerimaan pajak tahun lalu.
"Sampai dengan akhir April, cukup bagus pertumbuhan sekitar 11 persen year on year. Tetapi kalau kita keluarkan penerimaan tax amnesty penerimaan tahun lalu sehingga diukur sekarang base agak besar. Kita bandingkan apple to apple tumbuhnya 15 persen. Kita pikir cukup bagus untuk kondisi sekarang," jelasnya.
Robert berharap penerimaan negara dari sektor perpajakan dapat meningkat hingga akhir tahun. Mengingat Pajak Penghasilan (PPh) cenderung tumbuh positif.
"Mudah-mudahan dan bagusnya juga PPh pasal 29 badan dan koorporasi cenderung tumbuh positif menunjukkan pajak penghasilan kena pajak ada pertambahan labanya. Angsuran di Mei sampai akhir tahun harusnya lebih tinggi dari tahun lalu," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Rupiah Hari Ini
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin ini. Adanya aksi bom di beberapa wilayah Surabaya tidak membuat rupiah melemah.
Mengutip Bloomberg, Senin (14/5/2018), rupiah dibuka di angka 13.957 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.960 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.857 per dolar AS hingga 13.993 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 3,19 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.976 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 14.048 per dolar AS.
Dolar AS memang melemah terhadap sekeranjang mata uang utama karena ekspektasi investor akan rencana kenaikan suku bunga acuan sedikit mereda. Beberapa data ekonomi belum bisa mendorong ekspektasi rencana kenaikan suku bunga.
Adanya aksi teror bom di beberapa wilayah Surabaya tidak berdampak kepada nilai tukar. Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga), Adrian Panggabean menyatakan, aksi bom tidak akan membuat rupiah semakin tertekan.
"Kalau secara trajectory kita memang melemah tapi yang sudah-sudah rupiah tidak terganggu kok," tutur dia di Graha CIMB Niaga, Senin (14/5/2018).
Ia juga menambahkan ekonomi nasional tidak terganggu terkait insiden teror bom di Surabaya dan Sidoarjo. "Masalahnya ini bukan kali pertama, dan kita juga sudah sering sebetulnya menghadapi ini. Jadi saya rasa biasa-biasa aja, enggak akan terganggu sekali," kata dia.
Advertisement