Pemerintah Kantongi Penerimaan Perpajakan Rp 653,49 Triliun sampai Juni

Realisasi penerimaan perpajakan mencapai 40,84 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2018, 22:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2018, 22:00 WIB
Pajak
Ilustrasi Foto Pajak (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi penerimaan perpajakan sampai akhir Juni 2018 mencapai Rp 653,49 triliun. Jumlah tersebut, berasal dari pajak Rp 581,54 triliun dan kepabeanan serta cukai sebesar Rp 71,95 triliun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi penerimaan perpajakan mencapai 40,84 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.

"Hingga akhir Semester I tahun 2018, realisasi penerimaan pajak tumbuh positif sebesar 13,99 persen (yoy), didukung oleh kinerja positif seluruh jenis penerimaan pajak yang terdiri dari PPh non migas, PPh migas dan PPN," ujar dia di Jakarta, Selasa (17/6/2018).

Sri Mulyani mengatakan, untuk PPh non migas apabila dihitung tanpa tak amnesty, tercatat tumbuh 19,86 persen. Pajak dari PPh 21 tumbuh 22,26 persen, PPh 22 meningkat 28 persen, PPh badan tumbuh 23,81 persen.

"Untuk PPh migas hingga akhir Juni 2018 mampu tumbu positif sebesar 9,13 persen (yoy) atau mencapai 78,84 persen dari target. Pertumbuhan ini ditopang harga komoditas yang mendorong kenaikan harga Crude Oil Price (ICP)," jelasnya.

Untuk penerimaan PPN dan PPnBM hingga akhir Juni 2018 tercatat naik 13,63 persen (yoy) didorong pertumbuhan konsumsi dalam negeri dan kinerja impor. Sementara itu penerimaan PPnBM DN hingga akhir Juni 2018 tumbuh negatif 14,16 persen (yoy), sebagai akibat dari tagihan restitusi yang cukup signifikan.

Sedangkan realisasi penerimaan dari kepabeanan dan cukai, telah mencapai 37,07 persen dari target pada APBN 2018. "Kepabeanan dan cukai juga masih terus tumbuh hingga akhir Juni 2018 mencapai 16,66 persen (yoy), tren pertumbuhan positif kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai seperti bea masuk, bea keluar, dan cukai," tandasnya.

Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan positif penerimaan kepabeanan dan cukai hingga akhir semester I 2018 merupakan pertumbuhan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Adapun penerimaan bea masuk tumbuh 12,98 persen (yoy) dan bea keluar yang mencapai 93,75 persen (yoy).

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Pendapatan Negara Semester I 2018 Tertinggi dalam 3 Tahun

Ilustrasi APBN
Ilustrasi APBN

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi pendapatan negara hingga semester I 2018 mencapai Rp 833,4 triliun. Angka ini telah tercapai 44 persen dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp 1.894,7 triliun. 

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi pendapatan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian pada semester I 2017 sebesar Rp 718,2 triliun atau naik sekitar 16 persen.  

"Pendapatan negara realisasi semester I mencapai Rp 833,4 triliun itu artinya 44 persen dari target 2018. Kalau dibandingkan tahun lalu semester I yang kita mengumpulkan Rp 718,2 triliun kita meningkat 16 persen," ujar dia di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/7/2018).

Sri Mulyani mengatakan, realisasi pendapatan sebesar Rp 833,4 pada semester I 2018, tertinggi dalam tiga tahun terakhir jika dibandingkan dengan periode yang sama sebelumnya. 

Komponen pendapatan negara dari sisi pendapatan dalam negeri untuk perpajakan telah mengumpulkan Rp 653,5 triliun atau sekitar 40,4 persen. Tahun lalu perpajakan mengumpulkan Rp 571,9 triliun di semester I 2017.

"Itu artinya terjadi pertumbuhan penerimaan perpajakan sebesar 14,3 triliun. Tahun lalu growth semester I 2017 adalah 9,6 persen. Jadi ada kenaikan yang cukup signifikan hampir 5 persen di atas tahun lalu," ujar dia.

Sri Mulyani menambahkan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) telah mencapai Rp 176,8 triliun atau 64,2 persen dari total target penerimaan PNBP tahun ini. 

"Tahun lalu terkumpul Rp 146,1 triliun, untuk PNBP ini growth kita 21 persen. Meskipun dibandingkan tahun lalu yang tumbuh 30 persen, lebih rendah namun growth ini double digit dan di atas 20 ini luar biasa tinggi," kata dia. 

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya