Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla memutuskan untuk mengimpor 2 juta ton beras sejak awal 2018.
Impor beras ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi persediaan beras dalam negeri dan kemampuan produksi beras hingga akhir tahun.
Namun, bagaimana jika pemerintah tidak melakukan impor beras?
Advertisement
Baca Juga
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, jika pemerintah tidak melakukan impor beras sejak awal tahun maka dapat menyebabkan kekurangan beras. Hal ini kemudian akan memunculkan masalah lain.
"Kalau tidak ada impor, tewas," ujar Menko Darmin singkat saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (22/10).
Dengan adanya impor beras, saat ini stok beras di Bulog telah mencapai 2,4 juta ton. Angka ini berasal dari produksi dalam negeri sebesar 600 ribu ton dan sekitar 1,8 juta ton impor.
"Begini, kita kan sudah impor. Di Bulog sekarang ada beras 2,4 juta ton. Impornya 1,8 juta ton tambah 600 ribu ton pembelian dalam negeri. (Aman) karena kita impor," jelasnya.
Terkait kebutuhan di 2019, Menko Darmin belum dapat memastikan Indonesia tak lagi ketergantungan impor beras. Dia meminta semua pihak tidak terburu-buru menyimpulkan.
"Heh, mana saya tahu. Tunggu saja nanti. Karena BPS itu tiap bulan akan menghasilkan data. Jadi, tunggu saja jangan buru-buru menyimpulkan apa-apa," tandasnya.
Â
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
BPS: Produksi Beras RI Hanya 32,4 Juta Ton di 2018
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah telah mendapat data produksi beras 2018 yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Produksi beras hingga akhir tahun dihitung hanya akan mencapai 32,4 juta ton.
"Produktivitas itu yang hitung BPS sendiri, saya enggak ingat angkanya. Tapi intinya adalah dengan luas panen dan produktivitas, hasil perhitungan BPS yang terakhir adalah total produksi berasnya adalah 32,4 juta ton," ujar Menko Darmin di Kantornya, Jakarta, Senin (22/10/2018).
Darmin mengatakan, prediksi ini telah menghitung seluruh luas baku lahan dan kemampuan panen lahan. Selain itu, beras sebesar 32,4 juta ton ini merupakan total produksi beras bersih setelah melalui proses gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG).
Baca Juga
"Itu sudah dihitung mulai beras dipanen, kemudian setelah dipanen dia jadi GKP kan. Dari GKP ke GKG susutnya, hilangnya berapa itu udah dihitung. Kemudian dari GKG itu sudah dihitung sama mereka. Semua konversinya sudah ada. Setelah dihitung konversinya dapatnya produksi kita 32,4 juta ton," jelasnya.
Sementara itu, konsumsi Indonesia hingga akhir tahun diperkirakan akan mencapai 29,6 juta ton. Dengan adanya produksi sebesar 32,4 juta ton, maka selisihnya dengan konsumsi mencapai 2,85 juta ton. Meski demikian angka ini tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan karena tidak semuanya digelontorkan oleh petani ke pasaran.
"Di pihak lain konsumsi kita terlalu rumit saya ceritakan satu satu. Totalnya tahun ini 29,6 juta ton. Jadi sebenarnya kalau produksi saja masih ada lebih 2,85 juta ton. Tetapi, kelebihan produksi sebesar itu jauh di bawah, kalau tadinya bisa 20 juta ton itu lebihnya sekarang 2,85 juta ton dan anda tahu petani kita berapa banyak? 4,5 juta keluarga mereka pasti menyimpan ya 5 kg 10 kg itu ada di sana," jelasnya.
Â
Advertisement