Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog menyatakan stok beras yang dimilikinya saat ini mencapai 2,5 juta ton. Stok ini diperkirakan cukup hingga 17 bulan ke depan.
Kepala Pusat Riset dan Perencanaan Strategis Bulog, Sopran Kennedy, mengatakan rata-rata penyaluran beras yang dilakukan Bulog mencapai 200 ribu ton per bulan. Penyaluran ini masih di bawah panyaluran beras yang dilakukan distributor swasta.
"Ketersediaan beras hampir 2,5 juta ton di seluruh, bisa untuk kebutuhan Bulog. Kalau kebutuhan penyaluran 125 ribu-200 ribu ton per bulan, maka masih cukup sampai 15 bulan-17 bulan ke depan," ujar dia di Jakarta, Rabu (17/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sopran menuturkan, serapan yang dilakukan Bulog dari dalam negeri juga tidak stabil. Hal ini tergantung musim dan harga jual dari petani.
"Panen bulan-bulan tertentu, serapan gabah dan beras relatif lebih besar pada panen raya Februari-Juni. Itu memang serapan kita akan besar sehingga stok akan lebih besar,” ujar dia.
“Tapi pada bulan-bulan tertentu, musim panen kedua, September dan berikutnya, tidak bisa kita lakukan pembelian untuk cadangan beras pemerintah karena harganya memang jauh lebih tinggi dibanding HPP," tambah dia.
Sementara untuk impor, Sopran mengungkapkan, hal tersebut menjadi kebijakan pemerintah yang ditugaskan kepada Bulog. Dalam hal ini, Bulog bukan yang mengambil keputusan untuk impor, melainkan hanya menjalankan tugas yang diberikan pemerintah.
"Bagi kami keputusan importasi dari pemerintah, kami hanya operator saja. Saya enggak pegang data persis serapan atau impor. Yang saya tahu belum semuanya masuk. Sekarang mungkin realisasi impor sudah di atas 1 juta ton," kata dia.
Harga Beras Dipastikan Stabil hingga Akhir Tahun
Sebelumnya, Pemerintah memperkirakan harga beras terus stabil hingga akhir tahun ini. Stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga Senin (1/10) tercatat sebesar 2,8 juta ton. Angka ini mencakup stok dari serapan domestik sebanyak 1,5 juta ton.
Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar memastikan, stok yang nantinya disalurkan untuk operasi pasar (OP) akan mampu meredam potensi kenaikan harga beras sampai masa panen 2019.
"Harga beras sekarang masih aman, beberapa daerah masih sekitar Rp 8.500 per kg untuk medium. Kami juga masih bisa menyerap gabah dari petani seharga Rp 4.070 per kg, dan serapannya kuat terutama di Sulawesi," tegas Bachtiar dalam keterangannya, Selasa 2 Oktober 2018.
Di sisi lain, Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan padi dan Beras Soetarto Alimoeso mengatakan, harga Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan wajar lantaran masih adanya pasokan di tingkat petani.
"Harga GKP masih aman. Belum terlalu mengkhawatirkan. Memang naik, karena beberapa pekan lalu masih Rp 4.600 per kg, tetapi kenaikan itu disebabkan oleh mulai turunnya pasokan di beberapa tempat setelah masa panen usai," ujar Alimoeso.
Sebelumnya, Perum Bulog menyatakan hingga akhir tahun tidak akan impor beras. Hal tersebut lantaran stok beras milik BUMN tersebut masih melimpah.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan, saat ini stok beras di gudang Bulog mencapai 2,2 juta ton. Itu pun sudah tidak mampu tertampung di gudangnya sehingga harus meminjam gudang milik TNI.
"Bulog punya cadangan banyak. Di gudang 2,2 juta ton. Kemampuan gudang kita 3 juta ton, tapi ada yang rusak dan lain-lain. Makanya kita sewa, pinjam gudang TNI," ujar dia di Pasar Kramat Jati.
Dia menuturkan, selain di gudang Bulog, stok di pedagang beras masih cukup banyak. Jadi tidak ada alasan bagi Bulog untuk kembali melakukan impor.
"Sudah nyata kita bisa beras dalam negeri banyak. Masyarakat sendiri dapat suplai dari pedagang ini banyak. Kemarin operasi pasar kita Rp 8.700, kita bersaing dengan yang Rp 8.200 (milik pedagang)," kata dia.
Oleh sebab itu, kata Budi, hingga akhir tahun pihaknya belum berencana untuk melakukan impor beras. Meski begitu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) hingga saat ini telah menerbitkan izin impor hingga 2 juta ton.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement