Pemerintah Kembali Evaluasi Penerapan Program B20

Implementasi B20 sejauh ini dinilai tidak ada masalah.

oleh Merdeka.com diperbarui 15 Nov 2018, 20:40 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2018, 20:40 WIB
(Foto:Liputan6.com/Ilyas I)
Peluncuran perluasan penerapan Biodiesel 20 persen (Foto:Liputan6.com/Ilyas I)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution kembali memimpin rapat koordinasi (rakor) membahas penggunaan biodisel sebesar 20 persen (B20). Rakor bertujuan mengevaluasi perkembangan perluasan B20 sejak diluncurkan pada 1 September 2018.

Hadir dalam rapat ini, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Djoko Siswanto, dan Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana.

"Tidak ada hal yang baru, cuma yang ada adalah evaluasi implementasi B20," kata Sofyan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Dia mengatakan, implementasi B20 sejauh ini tidak ada masalah. Namun pelaksanaannya di lapangan tetap harus dimonitoring. Ini untuk memastikan apa saja yang perlu dibenahi pemerintah.

"Tadi dievaluasi mana yang belum tercapai, apa kendalanya gitu loh. Intinya adalah bahwa supaya B20 itu efektif," jelas dia.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Djoko Siswanto menambahkan, dalam rapat tersebut juga dilakukan evaluasi terhadap pasokan minyak sawit fatty acid methyl esthers (FAME). Sebab, ada perselisihan harga solar dengan FAME.

"Sekarang kan harga FAME-nya itu lebih rendah dari harga solar jadi ngecek-ngecek gitu aja," dia menandaskan.

Penerapan B20 Hemat Impor Solar 4.000 Kl per Hari

(Foto:Liputan6.com/Ilyas I)
Peluncuran penerapan Biodiesel 20 persen (Foto:Liputan6.com/Ilyas I)

Penerapan Biodiesel 20 persen (B20) untuk PSO (Publik Service Obligation) dan non PSO telah berjalan selama dua bulan terakhir. Pemerintah pun mengklaim penerapan B20 sudah menghemat impor solar sebesar 4.000 Kiloliter (Kl) per hari.

"Tadi, saya lihat teman-teman di bea cukai bahwa impor harian turun 4.000 kl," ujar Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Rida Mulyana usai rakor B20 di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (9/11/2018).

Rida mengatakan, penurunan ini diperoleh setelah membandingkan konsumsi solar sebelum perluasan penerapan B20 dan setelah penerapan di 1 September 2018.

"Harian ya kalau dibandingkan antara 1 Januari sampai Agustus. Artinya per hari dibandingkan 1 September, kemarin sampai 7 November harian nya itu impornya turun 4.000 per hari," jelasnya.

Rida belum dapat memastikan berapa rincian realisasi penggunaan B20 masing-masing untuk PSO dan Non PSO. Meski demikian, sejauh ini penerapan untuk keduanya berjalan dengan baik.

"Untuk PSO ada lebih (realisasinya hingga 80 persen). Non PSO belum lah, kan baru dua bulan. Membaik lah intinya," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya