Mendag Bidik Ekspor Nonmigas Tumbuh 7,5 Persen pada 2019

Perlambatan ekonomi dunia membayangi kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada 2019.

oleh Bawono Yadika diperbarui 10 Jan 2019, 15:45 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2019, 15:45 WIB
Gaya Mendag Enggartiasto Lukita Saat Pemotretan
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat pemotretan dalam kunjungannya ke Kantor Liputan6 di SCTV Tower, Jakarta (4/5). Enggartiasto menjabat sebagai Menteri Perdagangan sejak 27 Juli 2016. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas mencapai 7,5 persen pada 2019.

Target tersebut turun sebesar 3,5 persen dari target ekspor nonmigas kementerian perdagangan (kemendag) sebesar 11 persen pada 2018.

"Di tengah perekonomian global yang kini sedang alami ketidakpastian serta tren perlambatan ekonomi dunia, kami targetkan pertumbuhan ekspor nonmigas mencapai 7,5 persen pada tahun ini," ucap dia di Gedung Kemendag, Kamis (10/1/2019).

Hingga November 2018, pertumbuhan ekspor nonmigas kemendag baru mencapai 7,5 persen.  Dia menuturkan, tidak tercapainya target pemerintah untuk pertumbuhan ekspor nonmigas tersebut disebabkan ketidakpastian perekonomian global. Itu terutama dengan tren perlambatan ekonomi dunia.

"Jadi memang ada varian lain yang tidak kami perhitungan pada saat itu (penetapan target ekspor non migas) yaitu adalah kondisi global yang terjadi. Itu seperti pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat. World Bank bahkan lebih pesimis dari IMF untuk pertumbuhan ekonomi di tahun ini," ujar dia.

Meski target pertumbuhan ekspor nonmigas kemendag belum memenuhi target 11 persen, persentase ini telah melampaui target rencana kerja pemerintah (RKP) yang ditargetkan sebesar 5 - 7 persen.

 

Ekonomi China Melambat, Ekspor RI Bakal Melambat pada 2019

Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Kapal mengangkut peti kemas dari JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekspor kuartal III/2018 mencapai 7,7 persen, berbanding jauh dengan kuartal III/2017 sebesar 17,26 persen. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani memperkirakan kinerja ekspor Indonesia mengalami perlambatan pada 2019. Hal tersebut dipengaruhi oleh perang dagang AS-Tiongkok.

"Memang kalau dilihat, ekspor kita ini masih paling besar bergantung pada China dan diperkirakan China ini pertumbuhan ekonominya akan melambat di tahun 2019 ini. Mungkin di sekitar 6,2 persen. Kita ini lebih sensitif perlambatan pertumbuhan ke China dibandingkan ke US. Karena ekspor kita ini banyak melibatkan kepada China," kata dia, saat ditemui, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin 7 Januari 2019.

Selain itu, kata Rosan, patut diakui kinerja ekspor Indonesia masih dipengaruhi oleh harga komoditas. Jika pada 2019 harga komoditas tak tinggi, kinerja ekspor berpotensi turun.

"Kalau kita urutkan lagi, ekspor kita akan lebih baik kalau harga komoditas tinggi. Nah pertama harga komoditas tidak terlalu tinggi, kedua dikhawatirkan apabila China perekonomian melemah ekspor kita ke China akan menurun. Oleh sebab itu, itu bisa berdampak kepada pertumbuhan perekonomian kita terutama ekspor kita," tutur Rosan.

Namun, dia mengatakan, secara umum ekonomi Indonesia akan lebih baik pada 2019. "Kalau kita melihatnya Indonesia akan jauh lebih baik, dibandingkan 2018 yang kurang lebih 5,1 persen. Kita melihatnya insya Allah pada 2019 ini kita bisa mencapai 5,2 persen sampai 5,3 persen," ujar dia.

Menurut dia, upaya peningkatan investasi akan sangat membantu naiknya pertumbuhan ekonomi domestik. Perang dagang juga membuka peluang bagi peningkatan investasi.

"Adanya perang dagang ini  yang tadinya investasi banyak yang masuk ke negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, Vietnam sekarang juga mulai masuk ke Indonesia karena kebijakan-kebijakan kita baik itu tax allowance, tax holiday kemudian OSS."

"Kemudian perbaikan dari segi perpajakan, perbaikan dari segi tenaga kerja itu cukup membantu walaupun tentunya kita harus senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan itu karena negara-negara tetangga kita juga terus melakukan reformasi di segala bidang," imbuhnya.

Selain itu, pertumbuhan konsumsi domestik serta sektor industri juga diharapkan memberi efek positif untuk mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019.

"Domestic consumtion kita kelihatannya cukup baik dan dari segi industri juga diharapkan kalau kita lihat pertumbuhan industri sampai 5,3-5,4 persen yang mana melebih pertumbuhan GDP kita. Karena biasanya pertumbuhan industri kita selalu di bawah GDP kita. Dengan itu diharapkan pertumbuhan kita akan jauh lebih baik pada tahun 2019 ini," ujar dia.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya