Harga Cabai Turun Sambut Akhir Pekan

Meski harga cabai turun, tetapi pembeli masih sepi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 08 Feb 2019, 15:30 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2019, 15:30 WIB
Neni (33), pedagang sayuran di Pasar Grogol
Neni (33), pedagang sayuran di Pasar Grogol. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Penjual sayuran merasakan rezeki tambahan berkat Imlek 2019. Sayangnya, euforia hanya berlangsung sehari. Setelahnya omzet pedagang berkurang walau harga cabai turun serentak.

"Pemasukan berkurang saya. Sepi setelah Imlek, kalau menjelang Imlek ramai. Pas hari H ramai," ujar Neni (33) saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (8/2/2019) di Pasar Grogol, Jakarta Barat.

Neni menyatakan, penghasilannya berkurang 60 persen setelah Imlek. Berbeda ketika suasana Imlek masih kental ketika banyak pembeli yang tidak banyak menawar. "Nyonya-nyonya yang belanja. Mereka malah enggak nawar," ujar Neni.

Di tempatnya, cabai merah keriting dijual Rp 20 ribu per kilogram (kg), cabai rawit merah hanya Rp 24 ribu per kg, cabai hijau seharga Rp 24 ribu per kg, dan cabai merah besar Rp 30 ribu per kg.

Yang terpantau naik hanyalah bawang putih kating, yakni Rp 34 ribu per kg. Sementara bawang merah dan putih seharga Rp 28 ribu per kg.

"Sekarang harga murah-murah, cuma yang belinya enggak ada," tutur dia.

Hal serupa dirasakan Siti (42). Harga cabai dan bawang yang dijualnya juga turun serta tak jauh berbeda dari harga yang dipatok Neni. Hanya saja, pembeli terpantau sepi.

"Ramai (sewaktu Imlek), tapi cuma sehari doang," ujar dia.

Pemerintah Diminta Serap Produk Hortikultura Petani Seperti Cabai

Cabai di pasar tradisional. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Cabai di pasar tradisional. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Serikat Petani Indonesia (SPI) meminta pemerintah menyerap produk hortikultura strategis seperti cabai agar petani tidak lagi terbebani persoalan distribusi dan fluktuasi harga.

"Bukan hanya beras, tapi juga komoditas lainnya, misalnya produk holtikultura yang bernilai strategis," ujar Sekretaris Umum SPI, Agus Ruli Ardiansyah dikutip dari Antara, Selasa, 15 Januari 2019.

Menurutnya, kepastian daya serap pemerintah pada komoditas holtikultura seperti cabai menjadi penting, karena tingkat fluktuatif harga yang cukup tinggi. "Persoalan anjloknya harga, tanaman holtikultura lebih tinggi dibanding tanaman pangan," jelas dia.

Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan pelatihan kepada petani untuk mengatur pola tanam atau tidak terjadi produksi berlebih, yang menyebabkan jatuhnya harga.

Dengan upaya ini, Agus mengharapkan persoalan distribusi dan harga yang diduga menjadi penyebab terjadinya aksi demonstrasi petani cabai di Demak, Jateng, tidak terjadi lagi.

Terpisah, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan permasalahan yang terjadi akibat pembuangan atau demo petani cabai di Demak sudah selesai.

Dia mengatakan tidak ada persoalan distribusi yang menyebabkan kenaikan harga cabai dan kegaduhan di tingkat petani.

"Kemarin yang harganya bagus itu sudah Rp 18.000. Sudah senang semua. Barang sudah selesai, jangan heboh," ujarnya.

Suwandi mengakui komoditas hortikultura strategis seperti cabai memang rentan terhadap perubahan iklim dan harganya mudah bergejolak.

Namun, pemerintah sudah melakukan berbagai strategi untuk mengatasi stabilitas harga cabai mulai dari menyiapkan benih unggul, mengatur pola tanam, hingga pengolahan ketika stok berlebih.

"Walaupun kita sudah mengatur supaya pasokan tiap bulan itu 'flat' dengan pola tanam, tapi iklim, ada juga hujan, kemarau, dan kering," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya