Liputan6.com, Banjarnegara - Pandangan mata Saidah nanar menyaksikan hamparan tanaman cabainya tak sesubur biasanya. Apa mau dikata, cabai yang dirawatnya baik-baik itu banyak yang membusuk, lantas mati.
Curah hujan tinggi ditengarai menjadi penyebab utama tanaman cabai di Kecamatan Purwanegara terserang berbagai penyakit. Terparah adalah busuk akar dan batang yang menyebabkan banyak tanaman sekarat.
Cabai layu, menguning. Pucuk daun dan bunga lantas berguguran dan tak bisa terselamatkan.
Advertisement
"Tidak bisa diapa-apain. Buahnya pada rontok," Saidah menuturkan.
Baca Juga
Produktivitas cabai di kebunnya rata-rata hanya 0,25 kilogram per batang pohon. Dalam kondisi normal produktivitas cabai mencapai satu kilogram per pohon.
Saidah menjelaskan, sejak awal pertumbuhan, cabai di kebunnya memang tidak bagus. Guyuran hujan tak henti menyebabkan cabainya tak bisa tumbuh optimal dan berakibat rentan terserang penyakit.
"Pertumbuhannya kurang bagus," ujar petani desa Pucungbedug ini, akhir Januari 2019.
Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, Saidah dan petani cabai lain di Banjarnegara semakin nestapa. Saat tanaman cabai tak berproduksi optimal, harga cabai malah jatuh.
Awalnya, harga cabai turun di kisaran harga Rp 7.000 per kilogram. Sementara, untuk menutup seluruh biaya pengeluaran, setidaknya cabai dihargai Rp 9.000 per kilogram.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Harga Tak Sebanding Biaya Bertanam Cabai
Itu pun, keuntungan petani sangat tipis. Istilahnya, hanya berada di titik impas. Meleset sedikit, petani merugi.
Banyak petani yang lantas berusaha menahan cabainya agar tak segera dipanen meski sudah usianya. Harapannya, ada perubahan harga lebih baik.
Namun, harapan tinggal harapan. Harga cabai justru semakin anjlok. Kini cabai hanya dihargai Rp 4.000 per kilogram di tingkat petani.
Kondisi yang sama dialami petani di Desa Karanganyar Kecamatan Purwanegara. Kebun cabai yang mestinya ramai lantaran memasuki panen raya, tampak masih lengang. Hanya ada satu dua petani di hamparan cabai yang telah menua.
Ribuan cabai siap panen tampak masih menggantung di pohonnya. Tangan-tangan terampil rupanya enggan menyapa cabai mulai matang ini.
Seorang petani cabai, Nardi mengaku tak mampu membayar buruh untuk memanen cabainya. Pasalnya, harga cabai benar-benar jatuh ke titik terendah. Makanya, ia memilih untuk memanen sendiri.
Tentu sebuah pekerjaan berat untuk memanen cabai di 4.000 pohon. Tak cukup satu dua hari untuk memanen semua cabainya.
Dalam kondisi normal, Nardi biasa mempekerjakan empat orang pemetik tiap kali panen. Namun, kini Nardi hanya dibantu oleh istrinya.
"Di atas Rp 15 ribu per kilogram, biasanya mempekerjakan empat orang untuk membantu memanen cabai," ucap Nardi.
Advertisement
Bazar Cabai, Efektifkah Dongkrak Harga?
Nardi telah berhitung, jika dalam sehari bisa memetik satu kuintal cabai dari kebunnya, ia baru memperoleh Rp 400 ribu. Tidak mungkin, dengan pendapatan serendah itu, ia berani menyewa empat tenaga kerja dengan upah harian masing-masing Rp 60 ribu.
Nardi mengemukakan, biasanya dalam kondisi normal, harga cabai berkisar Rp 15 ribu–Rp 20 ribu per kilogram. Dalam rentang harga itu, petani masih bisa untung. Pekerjaan pun bisa lebih ringan lantaran dibantu oleh buruh petik.
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara sebenarnya juga tak tinggal diam dengan kondisi ini. Pemkab, melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi dan Dinas Pertanian Banjarnegara menggelar bazar cabai 25 Januari 2019 lalu.
Sebanyak 500 kilogram cabai dari petani dipasarkan langsung di kompleks perkantoran Kabupaten Banjarnegara, Semampir. Staf Bagian Kesra Setda Banjarnegara, Anhar mengatakan bazar ini sebenarnya adalah pemantik agar masyarakat, utamanya Aparatur Sipil Negara (ASN) peduli dengan petani.
Wujud kepedulian itu adalah dengan membeli cabai langsung kepada petani, bukan pada tengkulak atau pedagang pasar. Pasalnya, rantai distribusi nan panjang membuat harga di tingkat petani murah.
"Ini sudah per hari ini, bazar perdana dijual lima kuintal lombok, di kompleks perkantoran Banjarnegara di Sumampir," kata Anhar, Jumat, 25 Januari 2019.
Di Bazar Cabai Banjarnegara, cabai merah dan rawit dijual dengan harga Rp 15 ribu per kilogram. Adapun harga cabai hijau dijual dengan harga Rp 12 ribu. Dia mengklaim, harga ini sama dengan harga eceran di pasaran.
Namun, bazar itu rupanya tak cukup efektif untuk menaikkan harga cabai. Pasalnya, di wilayah lain, panen cabai juga tengah berlangsung. Tingginya persediaan barang yang tak diikuti serapan menyebabkan harga turun.