Harga Cabai Rawit Merah Berangsur Turun di Pasar Pulo Gadung

Sementara komoditas yang harganya naik yakni tomat. Harganya naik hingga dua kali lipat dari Rp 8.000 per kg menjadi Rp 17 ribu per kg.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 14 Jan 2019, 15:36 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2019, 15:36 WIB
Harga-Cabai-dan-Bawang
Pedagang saat berjualan di pasar, Jakarta, Senin (20/2). Kementan tidak akan mengambil langkah untuk mengimpor cabe dan bawang. Walau pun saat ini, harga cabe dan bawang mengalami keniakan. (Liputan6.com/Angga Yunair)

Liputan6.com, Jakarta Setelah sempat melonjak di akhir tahun, harga komoditas sayuran kembali turun di Pasar Pulo Gadung, Jakarta pada Senin (14/1/2019). Komoditas yang harganya turun antara lain bawang merah dan cabai rawit merah.

Dari pantauan Liputan6.com, harga cabai rawit merah turun hampir setengah harga. Dari awalnya Rp 80 ribu per kilogram menjadi Rp 40 ribu per kg.

Demikian pula harga bawang merah turun menjadi Rp 25 ribu per kilogram (kg). "Baru turun kali ini, kemarin-kemarin mah naik. Ya baru 3 hari ini lah turun," ujar Larmi (52), pedagang di Pasar Pulo Gadung.

 

Namun khusus tomat, harganya justru naik hingga dua kali lipat dari Rp 8.000 per kg menjadi Rp 17 ribu per kg.

Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Hortikultura Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Yasid Taufik sebelumnya memastikan, selama ini pemerintah menjaga stabilitas pasokan dan permintaan, termasuk tidak melakukan impor cabai.

Kementan, kata dia, tidak merekomendasikan impor cabai, sebagaimana yang menjadi acuan impor dari pada Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).

"Iya benar, untuk cabai segar tidak ada impor. Sebab kita tidak mengeluarkan RIPH untuk cabai. Jadi dari mana dasarnya harga turun," katanya.

 

 

Inflasi

Awal Ramadan, Harga Cabai Mulai Meroket
Permintaan yang banyak untuk cabai di awal ramadan membuat harga cabai mengalami kenaikan, Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Jumat (19/6/2015). Harga Cabai Rawit naik dari harga Rp16 ribu menjadi Rp20 ribu/kg. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) pada minggu pertama Januari 2019 tercatat inflasi di angka 0,5 persen secara month to month. Sementara, secara year on year (yoy) di angka 0,03 persen.

"Inflasi relatif cukup bagus ya, cukup baik SPH minggu pertama itu sekitar 0,5 persen. Jadi jatuh di year on year 0,03 jadi bagus," kata Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, saat ditemui di Kompleks Masjid BI, Jakarta, Jumat (11/1/2019).

Dody menyatakan, dengan angka tersebut, menunjukkan bahwa inflasi semakin terjaga rendah dan stabil pada awal tahun. Sehingga inflasi pada akhir 2019 diproyeksikan masih akan berada di bawah 3,5 persen.

"Kita BI cukup optimistis artinya bahwa risiko inflasi 2019 itu tetap akan kita bisa konten perkirakaan kita juga jatuh di kisaran 3,5 plus 1 persen," katanya.

Meski cukup yakin, Dody mengaku risiko inflasi masih akan ada seandainya pemerintah melepas kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Artinya kemungkinan seandainya ada penyesuaian harga bbm domestik tetapi itu pun masig calculated di dalam proyeksi kita di mid untuk target inflasi 2019," jelasnya.

Adapun faktor penyumbang terjadinya inflasi pada minggu pertama Januari 2019 ini antara lain komoditas pangan, daging, telur, cabai, dan bawang.

"Itu kita melihat untuk tekanan inflasi dari pangan relatif stabil dibanding tekanan dari tahun lalu," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya