Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, mengungkapkan jik penyebab turunnya jumlah penumpang di Bandara Internasional Adi Soemarmo, Solo akibat keberadaan transportasi jalur darat. Salah satunya seiring beroperasinya jalur Trans Jawa yang melewati kota Solo dan sekitarnya.
"Tapi yang saya dengar yang di Solo itu, sebagian penerbangan ke Surabaya tidak ada. karena Surabaya-Solo sekarang (waktu tempuhnya) 2 jam," jelas dia di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (25/2/2019).
Menhub Budi mengatakan, dengan dukungan jalur jarat tersebut secara otomatis juga akan menggeser pola transportasi masyarakat dari sebelumnya menggunakan moda transportasi udara menuju ke darat.
Advertisement
"Kalau dulu 6 jam. Jadi ya berita positif juga sebenarnya untuk segi kesempatan penumpang pakai fasilitas angkutan," imbuh dia.
Meski demikian, pihaknya memastikan akan terus berupaya mendorong peningkatan penerbangan udara melalui Bandara Internasional Adi Soemarmo. Sehingga, volume tingkat penumpang di Solo dapat kembali membaik.
Seperti diketahui, jumlah penumpang di Bandara Internasional Adi Soemarmo selama masa liburan Natal dan Tahun Baru turun hingga 34 persen. Jika tahun lalu tercatat 183.564 orang, tahun ini hanya 120.876 penumpang.
Berdasarkan data dari Posko terpadu di bandara, penurunan tak hanya terjadi pada jumlah penumpang. Namun juga diikuti penurunan jumlah kargo dan pergerakan pesawat.
"Untuk pergerakan pesawat turun 28 persen, tahun 2017 sebanyak 1.244 menjadi 893, untuk penumpang dari 183.564 menjadi 120.876 dan cargo turun 27 persen dari 437.024 menjadi 318.326," ujar Airport Operation and Services Department Head PT Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo, Iwan Novi H beberapa waktu lalu.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Menhub Akui Tak Bisa Intervensi terhadap Mahalnya Harga Tiket Pesawat
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kembali mengaku tak bisa mengintervensi keputusan beberapa maskapai yang belum menurunkan harga tiket pesawat.
"Saya melihatnya begini, bahwa apa yang terjadi saat ini adalah suatu kegiatan dari industri airlines. Saya tidak bisa melakukan suatu instruksi kepada mereka, karena mereka tidak melanggar," ucap dia di Jakarta, Minggu (24/2/2019).
Baca Juga
Adapun permintaan untuk menurunkan harga tiket pesawat mulai bertebaran lantaran PT Pertamina (Persero) telah mengecilkan harga avtur atau bahan bakar pesawat, dari sebelumnya Rp 8.210 per liter menjadi Rp 7.960 per liter.
Saat ini, avtur menjadi komponen tertinggi dalam biaya operasional pihak maskapai penerbangan, bahkan mencapai 40 persen.
Pasca adanya penurunan harga avtur tersebut, terpantau baru Garuda Indonesia saja yang menurunkan harga tiket pesawat di seluruh rute penerbangan sebesar 20 persen sejak 14 Februari 2019 lalu.
Oleh karenanya, Menhub Budi mengimbau kepada pihak perusahaan penerbangan lain untuk mau sedikit peka dengan kemampuan daya beli masyarakat terhadap tiket pesawat.
"Saya mengimbau kepada mereka agar sensitif terhadap kemampuan masyarakat, lakukan secara bertahap. Kita boleh melakukan bisnis, tapi juga tetap harus sensitif dengan kebutuhan masyarakat," ujar dia.
Advertisement