Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kembali melempar wacana pemindahan ibu kota. Kali ini nama Jonggol, Jawa Barat, disebut sebagai salah satu calonnya, meski Presiden Joko Widodo lebih memilih ibu kota pindah ke luar Jawa.
Pemindahan ibu kota memiliki beragam faktor, mulai dari faktor historis, hingga fakta bahwa Jakarta sudah terlalu ramai dan menghadapi masalah kemacetan dan banjir.
Advertisement
Baca Juga
Selain Jonggol, nama-nama kota di pulau Kalimantan juga sempat disebut. Salah satunya Palangka Raya yang sempat digagas Presiden Soekarno sebagai ibu kota baru.
Sebelum, Indonesia, ada beberapa negara yang melakukan pemindahan ibu kota. Beberapa di antaranya ada yang mencapai kesuksesan, meski ada pula yang gagal.
Berikut ulasan negara-negara yang pernah pindah ibu kota:
1. Jepang
Ibu kota Jepang dulunya adalah Kyoto, sampai kemudian keluarga kekaisaran berpindah ke Edo (Tokyo) pada pertengahan abad ke-19. Kaum oligarki juga mendukung perpindahan ibu kota atas pertimbangan dagang dan koneksi ke dunia Barat.
Secara tak langsung, kala itu Jepang memiliki dua ibu kota, yaitu Kyoto di Barat dan Edo di Timur.
Menurut Japan Info, Kyoto dipandang terlalu mengisolasikan diri dari pengaruh eksternal sehingga pertumbuhan pun tertahan. Dominasi Edo pun makin kuat dan modernisasi melesat sehingga menggeser Kyoto sebagai ibu kota.
Advertisement
2. Malaysia
Sama seperti ibu kota negara di Asia Tenggara lain, Kuala Lumpur harus berhadapan dengan masalah kemacetan dan kepadatan penduduk.
Pada 1999, Pemerintah Malaysia mengambil keputusan memindahkan pusat pemerintahan ke Putrajaya.
Putrajaya merupakan sebuah kota baru dan mandiri. Letaknya berada di Selatan Kuala Lumpur dan tak jauh dari sana.
Kantor Perdana Menteri dipindahkan ke Putrajaya. Namun, tidak demikian dengan Gedung Parlemen dan pusat perekonomian tetap berada di Kuala Lumpur.
3. Kazakhstan
Kazakhstan merupakan satu negara yang paling muda di dunia. Ia berdiri setelah Uni Soviet runtuh pada awal 1990-an.
Awalnya, ibu kota Kazakhstan adalah Almaty. Namun, Desember 1997, mereka memidahnya ke bagian utara negara tersebut, tepatnya di Kota Astana.
Menurut The Telegraph, alasan yang diambil pemerintah adalah Almaty sudah tidak bisa dikembangkan lagi. Kota ini juga rentan terhadap gempa. Selain itu, pertimbangan lain adalah letak Almaty sangat dekat dengan negara baru pecahan Uni Soviet lain.
Ditakutkan bila ada turbulensi politik di negara-negara tersebut maka bisa menular ke dalam Kazakhtsan.
Keputusan tersebut ternyata tepat. Sampai sekarang Kazakhstan merupakan negara sangat berkembang dan salah satu pusat ekonomi terbesar di kawasan Asia Tengah.
Â
Advertisement
4. Tanzania
Negara yang terletak di timur Afrika ini sempat memiliki ibu kota bernama Dodoma. Walau kota utama, nyatanya kehidupan di Dodoma jalan di tempat dan tidak ada perkembangan berarti.
Yang berkembang pesat justru kota Dar es Salaam. Kota tersebut jauhnya 450 kilometer dari Dodoma. Keputusan pemindahan akhirnya diambil pada era 1970-an. Tapi sampai sekarang, transisi masih belum sepenuhnya dilakukan.
Majelis Nasional Tanzania tetap berada di Dodoma. Sementara seluruh kedutaan asing dan kantor pemerintah telah berada di Dar es Salaam.
5. Brasil
Pada 1960, Presiden Brasil saat itu, Juscelino Kubitschek membuat keputuan besar. Ibu kota dipindah dari Rio de Janeiro ke Brasilia.
Alasan utama pemindahan itu untuk mengembangkan wilayah pedesaan yang terbelakang, menstimulasi pembangunan pertanian, penyebaran penduduk dan pendapatan. The Telegraph mencatat keberhasilan Brasil dalam memindahkan ibu kota menjadi inspirasi bagi banyak negara lainnya.
Advertisement
6. Myanmar
Pemindahan ibukota Myanmar, dari Yangoon ke Naypyidaw disebut-sebut sebagai peristiwa paling unik dalam sejarah.
The Telegraph mencatat, keputusan yang diambil pada November 2005 ini didasari keputusan pemimpin junta militer Jenderal Than Shwe. Tak ada penjelasan sama sekali mengapa ibu kota harus pindah.
7. Nigeria
Dahulunya, ibukota Nigeria terletak di Lagos. Namun, pada 1991 pemerintah negara dengan ekonomi terbesar di Afrika ini memutuskan memindahkan pusat pemerintahannya, ke Abuja.
The Telegraph menyebut perpindahan juga dipengaruhi oleh padatnya populasi di Lagos. Selain itu, Abuja juga dipandang netral dari segi kultural mengingat Nigeria memiliki banyak kelompok etnis dan agama.
Advertisement