Liputan6.com, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) dompet digital DANA, Vincent Iswara mengatakan, proses warga Indonesia untuk mengenal dompet digital dan uang elektronik merupakan proses yang panjang.
Pria yang mengenyam pendidikan magister di Jepang ini mengungkapkan, Indonesia masih butuh banyak penyesuaian untuk mengadopsi perkembangan dompet digital yang produknya kini semakin menjamur.
"DANA memang baru resmi diluncurkan Desember tahun lalu, tapi ide atau benih DANA sendiri sebenarnya sudah ada sejak 2008 silam. Saya ingat sekali 2007 itu saya sudah mulai baca internet ketika orang-orang masih baca koran," tuturnya di Jakarta, Sabtu (6/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Vincent menjelaskan, Indonesia membutuhkan sejumlah proses untuk mengenal perkembangan teknologi. Itu seperti istilah dompet digital, coworking space hingga inkubasi yang kini marak dalam industri fintech.
Kendati begitu, ekosistem digital Indonesia kini menurutnya tidak ketinggalan dengan belahan dunia lain. Kata Vincent, infrastruktur digital Indonesia pun dinilai semakin membaik dari waktu ke waktu.
"Sudah semakin membaik ya, tapi tetap masih banyak tugas. Itu seperti market education, apakah dompet digital ini aman atau tidak, bisa lebih baik daripada cash atau tidak. Jadi harus diajarkan proteksinya. Jadi secara nasional, makin banyak pemain uang elektronik ini maka makin baik, karena mempercepat edukasi cashless," terangnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tidak Sekadar Promo, DANA Ingin Bangun Budaya Cashless di Indonesia
Tak dimungkiri, promo yang diberikan merupakan salah satu cara aplikasi pembayaran digital untuk menarik pengguna, tak terkecuali DANA.
Namun aplikasi dompet digital tersebut tidak hanya menggunakan promo sebagai cara menggaet pengguna, tapi membangun budaya cashless.
Menurut Chief Communication Officer DANA, Chrisma Albandjar, beragam promo yang ditawarkan DANA tidak sekadar menarik pengguna, melainkan juga bagian pembelajaran untuk para pengguna.
"Menjadi penting promo itu lebih dari sekadar promo. Jadi, mereka memiliki pengalaman menggunakan DANA, lalu ketika mendapatkan voucher lagi, dia akan memakainya, sehingga orang menjadi terbiasa," tuturnya saat bertemu awak media di Jakarta, Jumat (12/4/2019), kemarin.Â
BACA JUGA
Setelah terbiasa, menurut Chrisma, secara tidak langsung hal itu akan mendorong jumlah pengguna. Begitu jumlah pengguna naik, secara bersamaan jumlah merchant yang tertarik untuk memakai DANA akan ikut naik.
"Kalau DANA memang bukan dari jumlah merchant yang ada di mana-mana, tapi jumlah pengguna. Dengan orang lebih banyak yang memakai, merchant yang akan memakainya pun akan lebih banyak," ujar Chrisma menjelaskan.
Dengan begitu, budaya nontunai lambat laun akan terus terbangun di Indonesia. Terlebih, DANA memiliki fitur untuk menyimpan kartu debet atau kredit di aplikasi dan dapat langsung digunakan.
"Fitur ini jelas membuka kesempatan bagi pemilik merchant agar tidak kehilangan pemasukan. Maksudnya, saat pembeli kehabisan uang tunai, mereka dapat langsung menggunakan aplikasi DANA untuk pembayaran, tanpa perlu mesin EDC atau menarik uang tunai di ATM," tuturnya.
Konsep pembayaran ini juga berlaku tidak hanya untuk transaksi dalam toko besar. Chrisma menuturkan dengan konsep DANA yang terbuka, pelaku usaha kecil pun dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk mempermudah transaksi.
Advertisement