Pensiun Dini Bikin Hidup Tak Bahagia, Ini Alasannya

Walaupun nampaknya mudah dilakukan, ternyata ada banyak hal yang bikin Anda tidak bahagia, seperti pensiun dini. Mengapa demikian?

oleh Athika Rahma diperbarui 22 Agu 2019, 08:30 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2019, 08:30 WIB
Ilustrasi Pensiun. Foto: www.express.co.uk
Ilustrasi Pensiun. Foto: www.express.co.uk

Liputan6.com, Jakarta - Nampaknya, kebahagiaan masih jadi hal yang sulit didapatkan orang. Bahkan, ada sebagian yang kedapatan mencari kata kunci "bagaimana agar bahagia" di mesin pencari Google.

Walaupun nampaknya mudah dilakukan, ternyata ada banyak hal yang bikin Anda tidak bahagia, salah satunya pensiun dini. Mengapa demikian?

Dikutip dari CNBC, Rabu (21/08/2019), pensiun dini berarti Anda tidak bekerja saat usia Anda masih produktif. Memang, nampaknya menyenangkan ketika Anda tidak harus bekerja saat orang lain banting tulang. Kebutuhan tercukupi, waktu bersenang-senang makin banyak.

Tapi, ternyata bekerja bikin Anda menikmati hidup. Di tempat kerja, Anda bisa berkumpul dengan teman, fokus mengasah kemampuan bahkan menurut riset tahun 2009 oleh Ruut Veenhoven, orang-orang yang bekerja hingga usia 65 tahun cenderung lebih bahagia daripada mereka yang pensiun di usia 30 hingga 50an.

Studi lainnya, Mental Retirement oleh Susann Rohwedder dan Robert J Willis, juga mengatakan hal serupa. Orang-orang yang pensiun dini tidak bisa mengasah kemampuan yang biasa diasah orang yang tiap hari bekerja, misalnya bangun pagi, berkomunikasi dengan orang-orang, memahami nilai dispilin dan lain sebagainya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jangan Jadi Pengacara

Hotman Paris (Liputan6.com/ IG/ https://www.instagram.com/p/Bzw8Ed3l-1Y/)
Hotman Paris (Liputan6.com/ IG/ https://www.instagram.com/p/Bzw8Ed3l-1Y/)

Ada juga fakta menarik lainnya yang mengatakan kalau Anda mau bahagia, jangan kerja jadi pengacara. Benarkah?

Studi tahun 1990 dari John Hopkins University menemukan kalau para pengacara cenderung stress 3,6 kali lipat dari profesi lainnya. Hal tersebut didukung fakta kalau pengacara harus selalu bersikap skeptis, pesimis dan mempertanyakan semua hal secara rinci demi menunjang kinerjanya.

Demikian pula dengan tekanan pekerjaan yang tinggi mulai dari klien hingga asosiasi, membuat pengacara lebih sering stress.

Plus, kompetisi sesama pengacara yang panas untuk membuktikan siapa yang terbaik supaya dipilih klien juga bikin para pengacara tidak bisa mengatur tingkat bahagianya.

Meski demikian, seluruh pekerjaan sebenarnya menimbulkan stress. Bahagia atau tidaknya tergantung kita sendiri, bagaimana bisa mengolah stress tersebut. Jadi jika Anda tetap ingin bekerja jadi pengacara, wujudkan saja mimpi itu!

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya