Liputan6.com, Westport - Miliarder Ray Dalio sepertinya bukan tipe orang yang tak suka dengan kritik. Malahan, ia mengaku cinta dengan kritikan.
Hal itu bermula pada tahun 1982, ketika Dalio yang bekerja di sektor keuangan memprediksi adanya kejatuhan pasar saham, ia pun mengabaikan kritik yang ia terima terkait prediksi itu. Alhasil, prediksinya salah dan membuatnya hampir bangkrut.
Advertisement
Baca Juga
Sang miliarder pun mengubah pola pikirnya dan justru gencar mencari rekan kerja yang tidak setuju dengannya. Tujuannya agar ia bisa memahami permasalahan secara menyeluruh lewat kritikan.
"Saya dulu jadi ingin mencari orang-orang terpintar yang bisa tidak setuju dengan saya, (kemudian) memahami penalaran mereka dan berusaha memecahkan permasalahan." ujar Dalio seperti dikutip CNBC, Rabu (28/8/2018).
Menurut Dalio, dalam bekerja lebih baik jika kritikan diucapkan saja dengan terbuka ketimbang dipendam. Jika tidak, maka kinerja bisa tidak efisien dan tidak produktif.
"Setiap orang yang bekerja dengan saya punya hak untuk mempertanyakan apa saja, serta hak untuk beropini," ujar sang miliarder.
Dalio merupakan pendiri Bridgewater Associates, firma pengelola dana (hedge fund) yang terbesar di dunia. Menurut Forbes, firma itu mengelola dana sebesar USD 160 miliar. Kekayaannya mencapai USD 18,2 miliar.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kisah David Steward: Anak Pemulung yang Jadi Miliarder
Banyak sekali kisah orang-orang yang beranjak dari serba kekurangan jadi miliarder dengan harta melimpah. Mereka semua memiliki jalan yang panjang dan berliku sebelum sampai pada kesuksesan.
Salah satunya adalah David Steward, miliarder pendiri perusahaan World Wide Technology Inc, salah satu perusahaan besar seantero Afrika dan Amerika.
Mengutip laman Coinnounce, Steward adalah anak dari pengepul sampah alias pemulung. Untuk menambah penghasilan, orang tuanya juga bekerja sebagai mekanik dan petugas kebersihan.
Hidup terpisah dari 7 saudara kandungnya, dia selalu dihadapkan dengan kasus rasisme. Miliarder ini memang keturunan kulit hitam, ras minoritas di negeri Paman Sam, sehingga segala kegiatannya selalu mendapat rintangan.
Advertisement
Merintis Bisnis
Â
Setelah lama bekerja di sana, Steward mendapat kesempatan untuk bekerja di perusahaan konsultan bisnis layanan transportasi khusus pengaudit tarif. Karena perekonomian saat itu sedang sulit, Steward memutuskan mendirikan World Wide Technology.
Dirinya yang pandai mengambil peluang akhirnya bisa mengembangkan bisnis karean dapat menawarkan layanan yang dibutuhkan pasar.
Di perusahaannya, Steward berhasil mempekerjakan 3 ribuan lebih karyawan dan meraup pendapatan hingga USD 7,4 miliar per tahun.
Sebagai informasi, World Wide Technology adalah perusahaan di sektor IT yang punya banyak klien seperti Eastman Kodak, Ford, Bell Atlantic, Boeing hingga pemerintah Amerika Serikat sendiri. Perusahaan ini menawarkan layanan e-bisnis, ahli ERP dan Java yang dibutuhkan perusahaan klien.