Mau Untung Besar? Jadikan Emas Instrumen Investasi Kedua Anda

Investasi emas untuk jangka panjang diklaim sangat menguntungkan.

oleh Bawono Yadika diperbarui 11 Nov 2019, 20:30 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2019, 20:30 WIB
Temuan emas (1)
Ilustrasi emas batangan. (Sumber Twitter/@allthingsbus)

Liputan6.com, Jakarta - Berinvestasi di zaman sekarang tampaknya sangat mudah untuk dilakukan lewat berbagai platform. Satu komoditas yang tak pernah anjlok ialah emas.

CEO PT Sampoerna Gold Indonesia John Aryananda mengatakan, berinvestasi di emas jangan dijadikan portofolio investasi yang utama.

Alasanya, harga emas biasanya naik di saat data ekonomi memburuk atau ketidakpastian global sedang tinggi-tingginya di suatu negara.

Sebaliknya, jika data ekonomi menunjukan perbaikan, portofolio investasi seperti saham, properti, dan depositolah yang dipastikan lebih untung jika dibandingkan dengan berinvestasi di komoditas emas.

"Untuk tujuan investasi, emas jangan dijadikan investasi portofolio yang utama. emas jadi basis portofolio kalian akan tergerus. Meskipun emas menguntungkan kita, untuk jadi investasi utama, itu tidak sehat," ujarnya di Jakarta, Senin (11/11/2019).

John bahkan bilang, harga emas akan turun jika instrumen investasi membaik seperti saham ataupun properti.

"Jadi 20-30 persen portofolio investasi di emas. Kalau ekonomi melaju, harga emas akan turun. Kalau portofolionya 70 persen, nanti akan anjlok investasinya," kata dia.

Adapun sebagai informasi, portofolio merupakan kumpulan investasi yang dimiliki oleh institusi ataupun perorangan. Itu bisa berupa properti, deposito, saham, emas, obligasi, atau instrumen lainnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Usai Anjlok 3 Persen, Bagaimana Gerak Harga Emas Pekan Ini?

Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 666 Ribu per Gram
Penampakan emas batangan di gerai Butik Emas Antam di Jakarta, Jumat (5/10). Pada perdagangan Kamis 4 Oktober 2018, harga emas Antam berada di posisi Rp 665 ribu per gram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Harga emas diperkirakan akan kembali menguat pada perdagangan pekan ini. Hal ini terjadi karena pada pekan lalu harga emas telah mengalami tekanan yang cukup dalam. Namun memang penguatannya masih akan tertahan.

Mengutip Kitco, Senin (11/11/2019), harga emas telah mengalami tekanan yang cukup dalam pada pekan lalu. Harga emas melemah lebih dari 3 persen sepanjang pekan lalu yang merupakan kinerja mingguan terburuk dalam 2,5 tahun.

Beberapa analis memperkirakan tekanan jual tidak akan berlanjut pada pekan ini. Darin Newsom, president Darin Newsom Analysis, menjelaskan bahwa harga emas akan mengalami tekanan tetapi tidak akan sedalam pekan lalu.

"Jika dilihat secara teknikal harga emas akan mendapat dukungan," jelas dia. Kemungkinan besar harga emas akan berada di kisaran USD 1.407 per ounce.

Pada pekan ini, 13 analis bergabung dalam survei Kitco. Dari jumlah tersebut, empat analis atau 31 persen mengatakan bahwa harga emas akan naik.

Sedangkan delapan analis atau 61 persen memperkirakan harga emas akan jatuh. Sedangkan satu analis atau 8 peren melihat bahwa harga emas akan mendatar.

Responden Umum

20161115-Harga-emas-turun-Rp-2000gram-AY4
Pegawai menunjukan emas batangan di Jakarta, Selasa (15/11). Untuk harga emas Batik dengan corak Parang Barong dengan ukuran 10 gram, Antam menjualnya di harga Rp 6.040.000 atau Rp 604 ribu per gram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, 991 responden yang terdiri dari pelaku pasar yang mengambil bagian dalam jajak pendapat online. Sebanyak 482 pemilih, atau 49 persen memperkirakan harga emas akan naik.

Sebanyak 331 orang lainnya atau 33 persen memperkirakan emas akan jatuh. Sedangkan 177 pemilih yang tersisa atau 18 persen melihat pasar akan mendatar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya