Ingin Jadi Presiden AS, Politikus Ini Haramkan Donasi dari Miliarder

Kandidat capres ini terkenal anti miliarder.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Nov 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2019, 07:00 WIB
Senator Vermont, Bernie Sanders
Senator Vermont, Bernie Sanders (Fortune)

Liputan6.com, Washington D.C. - Senator Bernie Sanders menegaskan dirinya menolak eksistensi miliarder. Dalam usahanya agar terpilih menjadi capres Partai Demokrat Amerika Serikat (AS), wacana pajak kekayaan pun ia buat agar para miliarder membayar pajak ekstra.

Jika wacana pajak kekayaan itu terwujud, maka orang terkaya di dunia Jeff Bezos harus membayar pajak hingga USD 9 miliar atau sekitar Rp 126,9 triliun. Tak pelak kalangan miliarder mulai gerah dengan rencana Bernie.

Oposisi Bernie Sanders terhadap miliarder pun turut ia banggakan selama kampanye. Terkini, Forbes melaporkan kubu Bernie mengembalikan sumbangan dana kampanye dari seorang wanita yang menikahi miliarder.

Kubu Bernie mengembalikan uang itu setelah ditanya Forbes soal respons terkait sumbangan seorang donatur yang merupakan istri miliarder. Pihak donatur adalah Marta Hall (67) yang menikah dengan seorang miliarder.

"Terima kasih. Kami akan mengembalikan kontribusi dari Ms. Hall," ujar tim kampanye Bernie. Donasi yang dikembalikan adalah sebesar USD 470 (Rp 6,6 juta).

Marta pun merasa kecewa karena sumbangannya dikembalikan. Padahal, ia mendukung Bernie karena sang senator berani tegas kepada Presiden Donald Trump.

"Saya pikir hal ini mengecewakan. Saya tidak paham mengapa mereka melakukan hal itu. Itu konyol," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Ironis

Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump
Donald Trump saat mengumumkan hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris di Gedung Putih (1/6/2017) (AP Photo/Andrew Harnik)

Ironisnya, Marta Hall justru sangat pro Partai Demokrat yang dipilih Bernie Sanders untuk menjadikannya sebagai presiden. Marta pun juga anti dengan Presiden Donald Trump.

Beragam donasi pun sudah ia sumbangkan ke beragam kandidat capres Partai Demokrat untuk pilpres tahun 2020.

Sumbangan-sumbangan yang ia berikan cenderung dalam porsi kecil. Ia mengirimkan Kamala Harris donasi sebesar USD 505 (Rp 7,1 juta) karena setuju pada pendirian Harris tentang hak reproduksi perempuan.

Ia juga mengirimkan sumbangan USD 685 (Rp 9,6 juta) kepada Beto O'Rourke karena mendukung upayanya dalam memperketat hukum kepemilikan senjata api. Beto sudah keluar sebagai kandidat capres Partai Demokrat.

Sesuai aturan UU Kampanye Pemilu federal (Federal Election Campaign Act), tiap kandidat capres hanya boleh mendapat total sumbangan USD 2.800 (Rp 39,2 juta) dari seorang pendukugnnya. Marta pun berjanji akan terus menyumbang sampai menyentuh batas.

Tetap Setia Mendukung Bernie

Dua Penembakan Massal di AS
Pemandangan bendera nasional AS yang berkibar setengah tiang di Gedung Putih, Washington DC, Minggu (4/8/2019). Presiden Donald Trump memerintahkan bendera dikibarkan setengah tiang selama lima hari sebagai simbol dukacita atas dua penembakan massal di El Paso, Texas, dan Ohio. (Eric BARADAT/AFP)

Meski sumbangannya ditolak secara membabi-buta, wanita ini tetap akan mendukung Bernie Sanders ketimbang Donald Trump.

"Saya akan memilih dia ketimbang Trump kapanpun," ucap Marta.

Wanita itu berkata kebijakan Trump yang membuat perang dagang merugikan bisnis. Selain itu, Marta juga setuju pada kenaikan pajak bagi keluarga kaya seperti dirinya.

Marta merupakan istri dari David Hall, CEO Velodyne Lidar. Perusahaan itu memproduksi sensor untuk mobil tanpa sopir.

Marta sendiri bekerja sebagai kepala pengembangan bisnis di Velodyne. Di sela kesibukannya, ia aktif sebagai pemahat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya