BPH Migas Laporkan Penyaluran BBM Satu Harga di DPR RI

BPHS Migas melaporkan hingga 2019 kemarin, penyalur BBM Satu Harga bertambah sekitar 39, sehingga total penyalur di seluruh Indonesia ada sebanyak 170

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 12 Feb 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2020, 12:00 WIB
Tahun Ini, Pemerintah Targetkan BBM Satu Harga di 83 Titik
Pengendara motor melakukan pengisian baham bakar minyak (BBM) di SPBU, Jakarta, Rabu (5/2/2020). Kesiapan program tersebut didukung oleh komitmen bersama dari 70 Bupati terhadap perizinan pembangunan BBM Satu Harga di wilayah masing-masing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH) Migas pada hari ini mengunjungi Komisi VII DPR RI untuk melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait beberapa hal, salah satunya mengenai evaluasi penyaluran program BBM Satu Harga.

Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa menyampaikan beberapa capaian BBM Satu Harga sepanjang 2019. Pria yang akrab disapa Ifan ini mengatakan, masih banyak daerah yang belum memiliki penyalur, sehingga perlu ada pembangunan penyalur, sub penyalur dan mini SPBU.

"Data yang kami kordinasikan dengan Bappenas, dari total 2.352 kecamatan, yang belum ada penyalur 1.600 kecamatan lagi. Belum lagi level desa," ujar dia di Komisi VIII DPR RI, Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Ifan melaporkan, hingga 2019 kemarin, penyalur BBM Satu Harga bertambah sekitar 39, sehingga total penyalur di seluruh Indonesia ada sebanyak 170. Dengan rincian 160 lokasi dipegang oleh Pertamina, sementara sisa 10 lokasi dikelola PT AKR Corporindo Tbk.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kendala Penyaluran

Pertamax Cs Turun Harga
Petugas mengisi BBM pada sebuah motor di salah satu SPBU, Jakarta, Sabtu (5/1/2019). PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM non subsidi masing-masing Dexlite Rp 200 per liter, dan Dex Rp 100 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam RDP ini, ia juga memaparkan beberapa kendala yang dihadapi BPH Migas dalam penyaluran BBM Satu Harga. Diantaranya terkait faktor keamanan hingga kesulitan mendapat izin dari pemerintah daerah (pemda) setempat.

"Beberapa kendala seperti faktor keamanan di beberapa lokasi, keterbatasaan akses distribusi, kesulitan izin pembangunan pemda, sulitnya mendapatkan investor, ada juga kendala formula harga BBM subsidi," paparnya.

Dia juga menyatakan beberapa harapan ke depan agar penyaluran program BBM Satu Harga lebih efektif. Beberapa poin yang jadi perhatiannya yakni ketiadaan regulasi pemanfaatan bersama fasilitas pengangkutan dan penyimpanan BBM beserta cadangan nasionalnya.

"Belum ada regulasi pemanfaatan bersama fasilitas pengakutan dan penyimpanan BBM dan cadangan BBM nasional. Revisi jaringan induk distribusi gas nasional. Kami juga perlu sinergi untuk pengawasan di lapangan," tutur Ifan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya