23 Kota Alami Deflasi pada Mei 2020

Dari 90 kota yang dipantau BPS, 67 kota mengalami inflasi, 23 kota mengalami deflasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jun 2020, 11:40 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2020, 11:40 WIB
BPS Sebut Inflasi Januari-November 2019 Turun
Seorang pedagang menata beras dagangannya di pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (2/12/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi sepanjang Januari-November 2019 sebesar 2,37 persen, lebih kecil ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar 2,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi dari 90 kota pada Mei 2020 sebesar 0,07 persen. Dengan angka ini maka inflasi tahun kalender dari Januari sampai dengan Mei 2020 juga sangat rendah yaitu sebesar 0,90 persen.

"Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota pada Mei 2020 terjadi inflasi sebesar 0,07 persen," ujar Kepala BPS, Suhariyanto, Jakarta, Selasa (2/6).

Sementara itu, inflasi tahun ke tahun adalah sebesar 2,19 persen. Dari 90 kota yang dipantau BPS, 67 kota mengalami inflasi, 23 kota mengalami deflasi.

"Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan yaitu sebesar 1,2 persen dan kalau dilihat penyebabnya karena disana ada kenaikan harga daging ayam ras, kenaikan bawang merah, kenaikan harga ikan," jelas Suhariyanto.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Deflasi Tertinggi

Akibat Covid-19, BPS Catat Inflasi Sebesar 0,08 Persen Pada April
Pedagang menata dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Deflasi terendah di Manado dan tertingginya itu terjadi di luwuk sekitar -0,3 persen. Adapun inflasi tahun ini turun sangat jauh dibanding periode yang sama tahun lalu, di mana pada tahun lalu saat Lebaran inflasi mencapai 0,55 persen dan di Mei 0,68 persen.

"Kita semua menyadari situasi Covid tidak pasti dan adanya kejadian itu yang menyebabkan pattern di bulan Ramadan kali ini sangat tidak biasa dan berbeda jauh dengan tahun tahun sebelumnya. Biasanya kalau Ramadan itu selalu tinggi karena permintaan tinggi tapi kali ini tidak," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya