Kendalikan Hama Tikus, Kementan Andalkan Burung Hantu

Sejumlah daerah kini coba mengubah strategi dalam pengendalian hama tikus yang lebih ramah lingkungan.

oleh Athika Rahma diperbarui 27 Agu 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2020, 18:00 WIB
Beberapa kelompok tani memanfaatkan burung hantu sebagai pemangsa hama tikus. (Dok Kementan)
Beberapa kelompok tani memanfaatkan burung hantu sebagai pemangsa hama tikus. (Dok Kementan)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini beredar kabar terjadi serangan tikus melanda sawah di berbagai daerah terlebih pada daerah yang mulai mendekati masa panen. Gerakan pengendalian hama tikus pun dilakukan kelompok tani di berbagai daerah dengan metode pengendalian yang beragam. Berbagai cara dilakukan untuk mengendalikan hama tikus di sawah. Ada yang menggunakan cara gopryokan, pengemposan, menggunakan anjing buru, dan racun tikus.

Tidak semua cara yang disebutkan di atas bersifat ramah lingkungan seperti halnya penggunaan racun tikus. Dalam jangka pendek mungkin penggunaan racun tikus terlihat memberikan hasil positif dalam pengendalian hama tikus, namun dalam penggunaan jangka panjang ternyata serangan hama tikus masih saja akan berulang terjadi juga memberikan efek negatif bagi pencemaran lingkungan.

Sejumlah daerah kini coba mengubah strategi dalam pengendalian hama tikus yang lebih ramah lingkungan serta efektif untuk pengendalian jangka panjang seperti trap barrier system dan pemanfaatan burung hantu sebagai predator atau musuh alami tikus dengan mendirikan rumah burung hantu (rubuha) di sawah.

Khusus terkait pendirian rubuha, salah satu provinsi yang gencar mencoba strategi yang lebih ramah lingkungan ini adalah Jawa Tengah. Kepala Balai Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah Herawati Prarastyanti mengungkapkan, tahun ini (2020 red.) kami mendapatkan bantuan untuk mendirikan rubuha sebesar 100 unit dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Kementan.

“Dengan adanya bantuan ini kami harap akan menjadi contoh sekaligus stimulus untuk mendorong petani agar mau secara swadaya mendirikan rubuha di lingkungan persawahan mereka,” ujarnya dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (27/8/2020).

Dengan mendirikan rubuha akan mengundang burung hantu yang berasal dari alam atau juga yang berasal dari penangkaran untuk hinggap dan menetap di lingkungan persawahan dan mulai secara rutin harian memangsa tikus terutama pada malam hari. Mengingat baik burung hantu dan tikus aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal).

Untuk satu ekor Burung hantu saja dapat memangsa 3 – 5 ekor tikus per malam dengan radius terbang 12 Km yang berarti jika dihitung per bulan dapat memangsa hingga kisaran 90 – 150 ekor. Hal tersebut tentunya sangat membantu petani dalam mengendalikan hama tikus di sawahnya sehingga pertanamannya dapat aman dari serangan tikus sampai panen,” ungkap Herawati.

Salah satu daerah di Jawa Tengah yang telah merasakan manfaat program rubuha adalah Kelompok Tani (Poktan) Adem Ayem I dan Adem Ayem II, Desa Karang Tengah, Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Pemalang Jawa Tengah. Berawal dari bantuan program rubuha dan burung hantu yang diterima dari beberapa tahun lalu, kini mereka telah merasakan manfaatnya berupa serangan hama tikus yang nyaris tak pernah terjadi lagi dibandingkan tahun tahun sebelum program rubuha.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

Swadaya

Burung Hantu
Ilustrasi burung hantu. (Liputan6/Pixabay)

Maryoto Ketua Poktan Adem Ayem I menuturkan, ”Dari 2 pasang burung hantu dan rubuha bantuan pemerintah, kini kami secara swadaya telah mendirikan 40 rubuha dengan biaya per rubuha sebesar 2,5 juta rupiah. Burung hantu pun yang awalnya hanya 2 pasang kini jumlahnya sudah berkembangbiak banyak hingga puluhan.”

“Sejak adanya rubuha di sawah kami nyaris sudah tidak ada serangan hama tikus menyerang. Bahkan 2 tahun terakhir ini tidak ada lagi serangan hama tikus di lahan sawah kami yang luasnya 79 hektar. Alhamdulillah tiap tahun kini panen kami selalu berlimpah,” tambah Mayoto.

Di tempat terpisah, Direktur Perlindungan Edy Purnawan menyambut baik suksesnya program rubuha yang diluncurkan Kementan. Kementan melalui Direktorat Perlindungan Tanaman telah mengucurkan bantuan rubuha tahun ini untuk 17 provinsi yang berpotensi rawan serangan hama tikus. Bantuan ini tentu sifatnya adalah stimulus untuk mendorong para petani di daerah untuk mulai mendirikan rubuha serta pengembangbiakkan burung hantu di area sawahnya secara mandiri / swadaya.

“Kami sangat mendukung penuh berbagai usaha pengendalian serangan OPT untuk pengamanan produksi pangan terlebih cara-cara yang bersifat ramah lingkungan”, ungkap Edy.

Dirjen Tanaman Pangan Suwandi menambahkan seluruh jajaran Kementan dari pusat sampai daerah harus bahu membahu untuk aktif turun membantu petani mengamankan produksi padi dari ancaman serangan hama tikus dan hama lainnya yang mengancam produksi pangan nasional.

“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo perintahkan jajaran Kementan dari pusat sampai daerah untuk terus aktif turun, mendampingi petani dan bersama stake holder lainnya terus giat melakukan pengendalian hama tersebut agar tidak mengancam produksi pangan kita,” tutup Suwandi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya