4 Jurus Pemerintah Dongkrak Daya Saing Investasi Indonesia

Pemerintah menyiapkan empat kebijakan penting untuk mendorong daya saing investasi Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Sep 2020, 10:50 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 10:50 WIB
Airlangga Hartarto
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ditunjuk untuk menyampaikan hasil Sidang Kabinet Paripurna yang berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta Pusat pada Senin, 7 September 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah menyiapkan empat kebijakan penting untuk mendorong daya saing investasi Indonesia. Empat kebijakan tersebut diharapkan bisa membuat investasi Indonesia bisa lebih menarik dalam masa pandemi Virus Corona saat ini.

"Untuk mengatasi tantangan eksternal dan internal, pemerintah menyadari pentingnya peningkatan iklim invetasi dan daya saing Indonesia. Untuk itu pemerintah tengah mempersiapkan berbagai kebijakan," ujar Airlangga, Jakarta, Rabu (19/6).

Pertama, segera menyelesaikan pembahasan RUU Cipta Kerja dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal yang disasar adalah penciptaan lapangan kerja, peningkatan kompetensi pencari kerja, dan kesejahteraan pekerja sekaligus peningkatan produktivitas kerja serta peningkatan investasi.

"Transformasi ekonomi inipun diharapkan mampu melahirkan peluang baru agar Indonesia bisa keluar dari jebakan negara pendapatan menengah dan mencapai pendapatan indonesia maju di 2045 sebagai 5 besar ekonomi terkuat di dunia," jelas Airlangga.

Kedua, menyusun daftar prioritas investasi di mana tentu penyusunan ini tidak hanya dengan pendekatan picking the winners tapi juga mencakup bidang- bidang usaha yang akan diberikan fasilitas baik perpajakan, maupun non perpajakan.

"Dengan kriteria antara lain industri yang beroerientasi ekspor, substitusi impor, padat karya, padat modal hightech dan berbasis digital. Diharapkan dengan daftar prioritas investasi ini, dapat menarik investasi yang bukan hanya besar, juga berkualitas dan mampu menciptakan lapangan kerja," jelasnya.

Ketiga, dalam rangka penguatan pengembangan industri dan konektivitas transportasi dan logistik, pemerintah melakukan pengembangan koridor di sepanjang pulau Jawa bagian utara. Secara total koridor Jawa merupakan penyumbang 38,7 persen dari total PDB nasional dan 53,56 persen terhadap total sektor industri nasional.

"Dengan pengembangan koridor ekonomi di Jawa bagian utara, diharapkan dapat mendorong pemanfaatan kawasan peruntukan industri sebagai pusat pengungkit ekonomi baru guna mendukung investasi di sektor industri perdagangan dan jasa. Serta meningkatkan ekspor melalui peningkatan daya saing industri interkoneksi supply chain juga peningkatan value chain serta mengintegrasikan kawasan industri dengan sistem pengembangan infrastruktur transportasi dan logistik," paparnya.

Keempat, menyusun inisiatif pembangunan super hub sebagai sentra produksi perdagangan teknologi dan keuangan. Saat ini terdapat 5 potensi superhub di Indonesia, yakni koridor Bali Nusa Tenggara, koridor Sulawesi Utara, koridor Batam Bintan Karimun Tanjung Pinang, kawasan Ibu Kota negara di Kalimantan Timur, kawasan segitiga rebana di Jawa Barat.

"Pengembangan industri berbasis cluster melalui super hub di daerah-daerah tersebut diharapkan bisa meningkatkan pemerataan ekonomi antar daerah. Keyakinan bahwa ekonomi Indonesia melalui kebijakan konkrit dan tepat akan dapat mengatasi tantangan yang sedang dihadapi di 2020. Bersama kita harapkan, ke depannya, ekonomi Indonesia semakin kuat dan sukses," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

143 Perusahaan dari 5 Negara Siap Relokasi Investasi ke Indonesia, Siapa Saja?

20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, sebanyak 143 perusahaan memiliki rencana merelokasi investasike Indonesia. Perusahaan tersebut berasal dari 5 negara dengan potensi penyerapan tenaga kerja sebanyak 300 ribu.

"Saat ini terdapat 143 perusahaan yang memiliki rencana relokasi investasi ke Indonesia. Di antaranya dari Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, China atau Tiongkok dengan potensi penyerapan tenaga kerja lebih dari 300 ribu," ujar Airlangga, Jakarta, Rabu (16/9).

Airlangga mengatakan, pandemi Covid-19 dimulai dari China, yang merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. China merupakan negara importir sekaligus eksportir utama bagi banyak negara.

"Kebijakan yang diambil China untuk menekan penyebaran Virus Covid-19 menyebabkan global supply chain terguncang hebat. Operasi bisnis dalam skala global terhambat dan pendapatan menurun," kata Airlangga.

Dia melanjutkan, pandemi ini telah memberikan pelajaran berharga bahwa rantai pasok barang tidak dapat terpusat di satu negara karena terlalu berisiko. Untuk itu, banyak perusahaan multinasional yang mulai merelokasikan industrinya dari China ke negara asia lain terutama di kawasan asean.

"Hal ini dapat jadi kesempatan bagi Indonesia untuk menggantikan posisi China sebagai tujuan investasi dari hub rantai pasok global baru," jelas Airlangga.

Mantan Menteri Perindustrian tersebut menambahkan, pemerintah sangat menyadari, pada 2020 risiko ketidapastian masih sangat tinggi. Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan baik eksternal dan internal.

"Dari sisi eksternal, ketidakpastian global yang berakar pada pandemi Covid kondisinya mengakibatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang masih buruk. IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi negatif 4,9 persen pada laporan WEF Juni," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com 

Luhut Pastikan Pandemi Corona Tak Halangi Investasi Asing Masuk Indonesia

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengaku tidak khawatir investasi langsung bakal terganggu di tengah pandemi Covid-19.

Sebaliknya, meski perekonomian dunia tengah lesu, investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) di Indonesia masih tetap berjalan sesuai rencana.

"Di tengah pandemi FDI investasi masih masuk. Saya tidak lihat ada hal yang mengkhawatirkan," kata Luhut di acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom: Tranformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing, Jakarta, Selasa (15/9).

Luhut mengaku pernah menjalani wawancara dengan lembaga pemerintah dunia terkait hal investasi langsung di Indonesia. Dia menjelaskan tentang stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat lewat berbagai sektor.

Mendengar penjelasannya Moody's dan Fitch Rating memberikan apresiasi atas jawaban Luhut.

"Mereka apresiasi paparan kami bahwa stimulus kami, kalau ini bisa 80 persen sampai 90 persen (terealisasi)," kata dia.

Namun dia mengaku, untuk merealisasikan penyerapan anggaran PEN hingga 90 persen penuh dengan tantangan. Saat ini pun realisasi tersebut baru sekitar 40 persen.

" 90 persen ini sangat challenge untuk Indonesia. Kita sudahdh 40 persen berharap bisa 90persen," kata dia.

Luhut menambahkan, investasi langsung menjadi salah satu cara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Sebab tujuan dari investasi untuk meningkatkan nilai tambah. Dan peningkatan daya saing.

"(Termasuk) perbaiki CAD, pemertaan pembangunan," singkatnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya