Siapa Sangka, Tanda Tangan Virtual Bikin Pria Jepang Jadi Miliarder Berharta Rp 14,9 T

CloudSign miliknya sangat diminati di Jepang, dengan pangsa pasar sekitar 80 persen. Ini yang membawanya menjadi miliarder.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 05 Okt 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi Miliarder. Don Unsplash
Ilustrasi Miliarder. Don Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Banyak cara bisa membuat seseorang jadi miliarder. Seperti saat pandemi ini, mengubah pola aktivitas seluruh masyarakat dunia.

Saat semua harus berdiam di rumah dan meninggalkan sistem kerja di kantor, fasilitas daring atau digital jadi pilihan. Salah satunya pemakaian sistem digital elektronik pada kebutuhan tanda tangan (e-sign) untuk keperluan surat menyurat. 

Kondisi ini menjadi berkah bagi Taichiro Motoe, pendiri Bengo4. Dilansir dari laman Forbes, Senin (5/10/2020), perusahaan raksasa seperti Toyota dan Nomura tercatat mendaftar untuk layanan tanda tangan elektronik dari Bengo4.com Inc.

Alhasil, saham perusahaan melonjak hingga 100 persen pada tahun ini. Lonjakan harga saham membuat Taichiro Motoe, menjadi miliarder di tengah pandemi.

Kekayaannya meningkat sebagian besar seiring lonjakan saham pada perusahaan yang terdaftar di Tokyo yang didirikannya pada 15 tahun lalu. Forbes memperkirakan kekayaan bersih Motoe lebih dari USD 1 miliar (Rp 14,9 triliun).

Investor antusias dengan layanan e-signature Bengo4, yang disebut CloudSign, di era Covid-19. Karena semakin banyak orang yang bekerja dari jarak jauh, sejumlah perusahaan di Jepang juga beralih menggunakan e-sign untuk mengautentikasi dokumen. “CloudSign mengubah budaya hanko tradisional,” kata Motoe.

Menurut Bengo4, CloudSign miliknya ini merupakan layanan tanda tangan elektronik yang dominan di Jepang, dengan pangsa pasar di negara tersebut sekitar 80 persen.

"Harga saham Bengo4.com telah meningkat tajam di tengah ekspektasi penetrasi yang lebih cepat dari layanan kontrak elektronik karena upaya yang dipimpin pemerintah untuk menghentikan penggunaan segel pribadi semakin meningkat sebagai tanggapan terhadap Covid-19," tulis analis JPMorgan Haruka Mori menulis dalam catatan penelitiannya.

Perusahaan melaporkan penjualan Bengo4 mencapai 1,16 miliar yen pada kuartal kedua 2020, naik 24 persen secara yoy. Pertumbuhan tersebut dipimpin bisnis CloudSign, yang penjualan kuartalannya meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 262 juta yen.

Bengo4 memperkirakan penjualan triwulanan CloudSign akan mencapai dua kali lipat lagi tahun depan menjadi sekitar 500 juta yen.

“Kami ingin mengembangkan bisnis Bengo4 menjadi USD 100 juta dalam penjualan selama empat sampai lima tahun kedepan,” kata Motoe.

Motoe melihat CloudSign masih memiliki ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut. "Saya melihat tanda tangan elektronik menjadi sangat populer di luar negeri dan percaya itu akan populer suatu hari nanti di Jepang juga. Perkirakan, persiapkan, lalu tunggu,” jelas dia.

Saksikan video di bawah ini:

Kenalin, Ini Dia Calon Miliarder Termuda AS

Pemuda 28 tahun bernama Thomas Healy akan menjadi miliarder termuda di Amerika. Yakni ketika pemegang saham Grup Akuisisi Tortoise yang diperdagangkan secara publik memberikan suara pada 28 September untuk mengakuisisi Hyliion, perusahaan truk listriknya.

Setelah itu, simbol Hyliion akan berubah dari SHLL menjadi HYLN, dan perusahaan akan mendapatkan uang tunai USD 560 juta (Rp 8,3 triliun) untuk membangun visi Healy di masa depan, yakni truk heavy-duty buatannya yang dialiri listrik.

Dilansir dari laman Forbes, Minggu (4/10/2020), juru bicara Tortoise bersikeras bahwa saham SHLL dengan harga USD 42 (Rp 627 ribu) ini telah naik empat kali lipat sejak bulan Juni.

Kapitalisasi pasar ekuitas tersirat dari Hyliion mencapai USD 6,7 miliar (Rp 100 triliun). Menurut pengajuan SEC, Healy akan menjadi pemegang saham terbesar, dengan 22,9 persen perusahaan atau 34,97 juta saham, senilai hampir USD 1,5 miliar (Rp 22 triliun).

Dia mungkin tidak secerdas truk listrik miliarder lainnya seperti Elon Musk atau mantan CEO Nikola Trevor Milton, tetapi Healy memiliki satu hal yang tidak ada di Tesla dan Nikola dalam hal membawa teknologi revolusioner.

Sejauh ini sudah ada 20 truk yang beroperasi dengan powertrains listrik Hyliion, yang dibangun melalui usaha bersama Dana Corp dan Volvo. Tesla mengatakan, tahun ini pihaknya menunda produksi Semi-nya hingga 2021. Sementara itu, saham Nikola telah jatuh dari USD 70-an menjadi kurang dari USD 20 di tengah tuduhan penipuan dan kepergian Milton.

Sebagai informasi, ia berasal dari Massachusetts. Dan saat remaja, Healy sibuk mengikuti kompetisi balap mobil dan go-kart tingkat nasional. Dia mempelajari mekanisme di balik mesin dan mulai merancang drivetrains listrik di kamar asramanya di Carnegie Mellon. Ia juga pernah menjadi pemain awal untuk tim sepak bola CMU Tartans.

"Saya seorang tukang roda gigi. Saya tumbuh di dunia balap," kata Healy.

Healy yang mempelajari teknik mesin telah mengembangkan "e-axle", sebuah gardan yang dialiri listrik, didukung oleh baterai lithium-ion yang dapat digabungkan ke dalam drivetrain truk jarak jauh Kelas 8 tradisional.

E-axle dapat dipasang ke truk lama atau dibangun menjadi yang baru. Manfaatnya, e-axle akan memberikan bantuan menambahkan tenaga dan torsi yang memungkinkan blok diesel bekerja lebih efisien sehingga meningkatkan jarak tempuh bahan bakar dan menurunkan emisi.

Sistem ini juga menangkap tenaga melalui pengereman regeneratif yang mengingat massa semi-truck jadi cukup besar. Baterai harus mampu menyerap daya 5 kilowatt-jam dari pengereman di tanjakan curam, kemudian berbalik dan memberi makan tenaga itu saat kembali ke drivetrain selama akselerasi.

Pada 2017 lalu, Forbes menunjuk Healy sebagai finalis dalam proyek 30 Under 30 tahunan. E-axle Healy pun berevolusi menjadi sistem drivetrain lengkap yang oleh Hyliion disebut Hypertruck ERX.

Pendekatan Healy kontras dengan penggerak pertama Tesla dan Nikola. Hal inilah yang membuat investor menaruh harap besar padanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya