Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo menyatakan kecaman Indonesia atas pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron karena dianggap telah melukai perasaan umat islam di seluruh dunia.
Jokowi menyebut, pernyataan Macron dapat memecah belah persatuan antar umat beragama di dunia. Padahal, saat ini dunia tengah dilanda pandemi virus corona (Covid-19).
Sehubungan dengan ini, Pengamat Hubungan Internasional UI Shofwan Al Banna Choiruzzad menilai kecaman ini tak akan berdampak terlalu signifikan. Apalagi sampai mempengaruhi hubungan dagang kedua negara.
Advertisement
āSaya kita belum ada kecenderungan ke arah sana ya (hubungan dagang),ā ujar dia kepada Liputan6.com, Sabtu (31/10/2020).
Menurut Shofwan, Indonesia masih sekedar menyampaikan respon atas sikap Macron. āIndonesia masih menyampaikan concern-nya pada sikap Macron yang kurang sensitif dan memperumit masalah dengan menggunakan narasi hitam putih sayap kanan,ā kata dia.
āSaya kira ada kecenderungan deeskalasi juga dari Prancis. Tapi kondisi masih terus berkembang,ā sambungnya.
Lagipula, jika dilihat dari hubungan ekonominya, Prancis cukup kuat dengan negara-negara di Timur Tengah dan Afrika, dibandingkan negara-negara di Asia termasuk Indonesia. Hal ini karena pengaruh historis dan geografis.
āBoikot Prancis lebih signifikan di negara-negara Timur Tengah dan Afrika yang memang hubungan ekonominya sangat kuat dengan Eropa karena faktor historis dan geografis,ā jelas Shofwan.
Kendati tak ada dampak signifikan atas kecaman Jokowi terhadap Macron, Shofwan justru menyinggung perihal sawit. āKasus sawit barangkali malah ganjalan yang lebih serius dalam soal hubungan Prancis dan Indonesia,ā kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jokowi: Indonesia Kecam Keras Pernyataan Presiden Prancis yang Hina Islam
Presiden Joko Widodo atauĀ JokowiĀ menegaskan bahwa Indonesia mengecam aksi kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice. Indonesia juga mengecam pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron karena dianggap telah melukai perasaan umat islam di seluruh dunia.
"Indonesia juga mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam, yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia," kataĀ JokowiĀ saat konferensi pers secara virtual dari Istana Merdeka Jakarta, Sabtu (31/10/2020).
Jokowi menyebut, pernyataan Macron dapat memecah belah persatuan antar umat beragama di dunia. Padahal, saat ini dunia tengah dilanda pandemi virus corona (Covid-19).
"Di saat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi Covid-19," ucapnya.
Jokowi menyatakan, kebebasan berekpresi yang mencederai kehormatan, kesucian, dan kesaklaran nilai-nilai serta simbol agama tidak bisa dibenarkan. Dia menekankan bahwa terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apapun.
"Mengaitkan agama dengan tindakan terorisme sebuah kesalahan besar," ujarĀ Jokowi.
Advertisement
Panggil Dubes Prancis
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Teuku Faizasyah mengatakan, pemerintah Indonesia telah memanggil Duta Besar Prancis Olivier Chambard untuk meminta penjelasan mengenai pernyataan Presiden Macron.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia keberatan terhadap pernyataan Presiden Macron yang mengindikasikan ada kaitan antara agama dan tindakan terorisme.
"(Tindakan yang) mengaitkan agama apapun - dalam hal ini adalah Agama Islam - dengan tindakan terorisme tidak bisa dibenarkan dan sungguh menyakitkan bagi pemeluk agama tersebut," ujar Faizasyah, Kamis 29 Oktober 2020.
Tidak hanya Indonesia, beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim seperti Turki, Arab Saudi, Iran, Bangladesh, Palestina, dan Pakistan juga mengecam pernyataan Presiden Prancis MacronĀ