Kemenparekraf Ungkap 4 Keunggulan Desa Wisata

Desa wisata sesuai dengan tren smaller in size yaitu saat ini terjadi pergerakan-pergerakan yang semakin individu bukan massal.

oleh Andina Librianty diperbarui 24 Mar 2021, 17:40 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2021, 17:40 WIB
Wisata Desa Adat di Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 bagi wisatawan yang berkunjung
Wisata Desa Adat di Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 bagi wisatawan yang berkunjung. (Liputan6.com/Ika Defianti)

Liputan6.com, Jakarta - Staf Ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Frans Teguh, mengungkapkan bahwa desa wisata ideal dengan fenomena perubahan perilaku pasar saat ini atau pasca pandemi Covid-19. Hal ini mencakup dari sisi kearifan lokal, personalisasi, smaller in size hingga kontrol kualitas.

Dijelaskan Frans, desa wisata itu berorientasi lokal. Kedua, dari sisi personalisasi tentu ada relasi kemanusiaan di masyarakat dengan wisatawan seperti bisa menemui aktivitas budidaya rumput laut.

"Desa wisata ini adalah tempat yang sangat ideal untuk kita belajar mengenai lokalitas dan kearifan lokal," tutur Frans dalam Talkshow Desa Wisata: Ikon Andalan Baru Wonderful Indonesia pada Rabu (24/3/2021).

Selain itu, desa wisata juga sesuai dengan tren smaller in size yaitu saat ini terjadi pergerakan-pergerakan yang semakin individu bukan massal. Konsep desa wisata, kata Frans, memang bukan untuk menampung pengunjung dalam jumlah yang sangat besar karena dikhawatirkan akan merusak.

Keunggulan keempat desa wisata yaitu dari sisi kontrol kualitas. "Artinya kita bersama dengan Pemerintah Daerah, mari kita memastikan kontrol kualitasnya," tutur Frans.

Salah satu bentuk perhatian pada kualitas di tengah pandemi saat ini adalah para pelaku pariwisata harus memiliki sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment). Sertifikasi ini akan semakin meningkatkan kepercayaan para pengunjung terhadap destinasi pariwisata.

"Jadi sangat penting memastikan kepercayaan. Ini bisnis kepercayaan, jadi semakin pasar percaya maka Desa Bilebante (salah satu desa wisata) saya kira akan tumbuh dengan kualitas berkelanjutan dan berkesinambungan," ungkap Frans.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jurus Menparekraf Agar Desa Wisata Masuk Ekosistem Digital

Desa Sade
Desa Sade salah satu objek wisata yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno ingin agar desa wisata masuk ke dalam ekosistem digital. Sejumlah langkah telah disiapkan Sandiaga untuk mewujudkan hal tersebut.

Pertama, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan melakukan pendampingan pada desa-desa wisata di Indonesia. Pendampingan ini bertujuan agar UMKM di desa wisata dapat memasarkan produk mereka baik melalui media sosial maupun marketplace.

"Nanti ada dua deputi yang diterjunkan. Deputi yang membidangi pengembangan destinasi yaitu Deputi 3 dan Deputi 7 yang membidangi teknologi digital," kata Sandiaga dalam keterangan resminya, Kamis (11/3/2021).

Sandiaga memastikan pihaknya akan totalitas dalam melakukan pendampingan. Ini demi terjadinya perbaikan ekonomi dari sektor pariwisata di masa pandemi COVID-19.

Dalam proses pendampingan ini, pria yang akrab disapa Mas menteri ini mengatakan bahwa Kemenparekraf tak bekerja sendiri. Pihaknya akan bekerja sama dengan pemerintah daerah.

"Kita ingin pendampingan segera. Pokoknya kita akan all out mendampingi, karena saya menyakini, selain pelatihan harus didampingi, di on boarding. Setelah itu kita pastikan mereka memiliki akses ke pasar, akses kepada permodalan dan juga akses untuk mereka skill up," kata Sandiaga.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya