Jaga Harga Beras, Kementan Gandeng BUMN Pertani Serap Gabah Petani Banyuwangi

Pertani akan mengambil gabah petani dengan harga yang komersial untuk mencegah harga tidak anjlok.

oleh Athika Rahma diperbarui 25 Mar 2021, 10:27 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2021, 10:27 WIB
Musim Kemarau, Harga Gabah Petani Alami Kenaikan
Petani memisahkan bulir padi dari tangkainya saat panen di sawah yang terletak di belakang PLTU Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (4/8/2019). Kurangnya pasokan beras dari petani akibat musim kemarau menyebabkan harga gabah naik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Badan Ketahan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian dan PT Pertani berkolaborasi menyerap gabah petani di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (23/3/2021). Program yang pertama kali di gelar di Banyuwangi ini merupakan tindak lanjut atas arahan Menteri Pertanian dalam menggalakkan gerakan penyerapan gabah petani untuk menjaga harga beras.

Kepala BKP Agung Hendiradi mengatakan, kegiatan ini merupakan suatu bentuk kepedulian pemerintah terhadap stabilisasi harga gabah di tingkat petani.

"Ini adalah suatu bentuk kepedulian dan kehadiran pemerintah merespon ketidakstabilan harga gabah di tingkat petani. Kementerian Pertanian dalam hal ini bekerja sama dengan PT Pertani melakukan penyerapan gabah produksi petani kita, dan tentunya diatas HPP sehinga petani dapat menikmati keuntungan yang wajar," ujar Agung dalam keterangannya, Kamis (25/3/2021).

Dengan potensi sarana dan prasarana yang dimiliki seperti dryer dan Rice Milling Unit (RMU) yang tersebar secara nasional, Agung optimis Pertani mampu menyerap gabah petani saat panen raya sekitar 300 ribu ton GKP.

"Dengan kapasitas dryer rata-rata 30 ton per hari dan kapasitas RMU 2-3 ton per jam, serta peluang pasar beras yang masih terbuka lebar khususnya antar pulau ke wilayah timur Indonesia, saya yakin PT Pertani bisa menyerap gabah petani hingga 300 ribu ton," ujar Agung.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertani Maryono, menjelaskan pihaknya akan mengambil gabah petani dengan harga yang komersial untuk mencegah harga tidak anjlok.

"Sebagai BUMN di bidang pangan, kami ingin hadir di tengah masyarakat, khususnya petani yang intinya tidak boleh dirugikan. Ketika panen raya kita juga mengambil gabah dengan harga komersial. Petani jangan sampai merugi, kita siap untuk offtake menyerap gabah petani," ujar Maryono.

Khusus di Banyuwangi, PT Pertani memiliki 2 lokasi Unit Pengolah Padi (UPP) yang berlokasi di Desa Kalistel Kecamatan Sempul dan di Desa Blambangan Kecamatan Muncar.

"Kami memiliki hampir 30 kantor cabang serta belasan Pabrik Unit Penggilingan Padi yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan begitu diharapkan penyerapan gabah hasil panen petani dapat merata menyerap gabah petani semaksimal mungkin sesuai kemampuan kita," terangnya.

 

Saksikan Video Ini

Jadi Harapan Petani

Musim Kemarau, Harga Gabah Kering Naik
Petani melakukan panen padi jenis Ciherang di kawasan Pantai Sukawayana, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Minggu (1/12/2019). Saat ini harga gabah kering mencapai Rp 5600/ kg dari harga semula Rp Rp 4700/kg. (merdeka.com/Arie Basuki)

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan, program ini menjadi harapan bagi petani terutama ditengah pandemi Covid-19 seperti ini.

"Kami sangat bersyukur dan banyak petani berterima kasih kepada PT Pertani (Persero) yang sudah banyak membantu serta kami akan terus mendukung program itu agar dapat mensejahterakan petani," pungkasnya.

Diketahui dalam program serap gabah petani, PT Pertani juga bekerja sama dengan Bank BNI melalui penandatangan MoU dalam rangka kerjasama pembiayaan dan juga disiapkan opsi bekerja sama dengan Jasiondo untuk asuransi jika terjadi gagal panen.

Agung menilai kerjasama ini perlu dikembangkan ke seluruh wilayah karena PT Pertani akan menjadi offtaker dari petani yang memproduksi gabah, terlebih yang dibiayai oleh BNI.

Saat memproduksi gabah, petani dapat mengambil kredit perbankan di BNI melalui KUR. Jika terjadi gagal panen maka Jasindo akan menjaminnya dengan asuransi usaha tanaman pangan.

"Jadi kalau semua pihak sudah bersinergi, petani sudah terjamin karena bila ingin memproduksi sudah diberi modal oleh KUR BNI, kemudian produksinya dijamin oleh asuransi Jasindo, dan hasilnya nanti diambil dan dibeli oleh PT Pertani. Ini merupakan salah satu upaya kita sebagai bagian Pemerintah untuk mensejahterakan petani," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya