Berbekal Modal dari BRI, Pengusaha Songket Yosi Irawati Asal Bukit Tinggi Kembali Bangkit

Kain songket Yosi Irawati sudah dipasarkan ke seluruh Indonesia termasuk ke Papua, Kalimantan dan Sulawesi.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Mei 2021, 18:43 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2021, 18:42 WIB
Pengusaha kain songket Yosi Irawati (43) asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Foto: Dok Pribadi
Pengusaha kain songket Yosi Irawati asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Foto: Dok Pribadi

Liputan6.com, Jakarta Pasca melahirkan anak ketiganya pada 2016, perempuan bernama Yosi Irawati (43 tahun) asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat memilih berhenti dari pekerjaan.

Namun karena terbiasa bekerja, Yosi memutuskan membuka usaha kecil-kecilan. Dimulai dari jualan baju anak-anak hingga perlengkapan dapur.

“Saya sudah terbiasa bekerja, jadi bingung mau ngapain di rumah. Saya coba untuk usaha kecil-kecilan,” kata Yosi kepada Liputan6.com, Selasa (18/5/2021).

Namun setelah beberapa lama menjalankan berbagai usaha tersebut, Yosi merasa tidak ada kemajuan.

Dia pun tertarik dengan usaha UMKM kain songket. Keinginan ada, tapi modal belum di tangan. Yosi memutuskan menabung untuk membeli 1 batang kain songket seharga Rp 2,5 juta.

Bermodal 1 batang kain songket ini, dia memasarkan dengan menawarkan ke teman-temannya. Gayung bersambut, respon rekannya baik dan mulai banyak permintaan. “Coba ditawari ke teman-teman kuliah dulu dan banyak yang minat, disitulah berkembangnya usaha saya,” ujarnya.

UMKM “Bubu Songket” pun kian berkembang dan banyak peminat. Produk songket Yosi kini sudah dipasarkan ke seluruh Indonesia termasuk ke Papua, Kalimantan dan Sulawesi. Untuk ekspor, pasar sudah menjangkau Malaysia dan Turki.

Biasanya dalam sebulan, minimal dia mampu menjual 15 kain songket. Harganya dibanderol mulai dari Rp 2,2 juta hingga Rp 8 juta. Dalam sebulan Yosi mampu meraup untung hingga Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan.

Ditolong BRI

Tak dipungkiri, dalam berusaha tentu ada saja kesulitan. Hal itu juga dialami Yosi. Pada 2018, dia mengalami kebangkrutan karena keterbatasan modal.

Kala itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menjadi penolong. Lewat bantuan modal usaha dari BRI sebesar Rp 30 juta, usahanya bisa bertahan dan berlanjut hingga sekarang.

“Sekitar tahun 2018 saya awal kerjasamanya dengan keluarga suami, sekarang sudah berdiri sendiri. Saya waktu itu keterbatasan modal, kami coba menghubungi teman di BRI dan meminjam dana, akhirnya dana itu cair dari situlah saya merintis usaha songket saya agar lebih maju lagi," ujarnya.

Perempuan berusia 43 tahun ini mengaku sangat terbantu dengan pinjaman BRI. Prosesnya pun cepat dan mudah.

“Saya sangat terbantu sekali waktu saya mengajukan dana itu prosesnya tidak sulit selama dokumen kita lengkap. Saya hanya baru sekali pinjam ke BRI Rp 30 juta, prosesnya cepat dan mudah,” ungkapnya.

 

Saksikan Video Ini

Buah Jerih Payah

Kain songket Bubu Songket. Foto: Dok Pribadi
Kain songket Bubu Songket. Foto: Dok Pribadi

Kini, Yosi mampu memberdayakan 10 orang masyarakat di sekitarnya. 7 orang diantaranya bertugas sebagai perajin tenun songket, sementara sisanya sebagai penjahit dan packaging.

“Jumlah pekerja perempuan 5 orang dan laki-lakinya 5 orang. Untuk penggajiannya tidak sistem target, biasanya saya tugaskan mereka beli benang sendiri, nanti saya langsung jadi mentah saja dan barulah saya kasih dana ke mereka. Setelah jadi baru dikasih upahnya,” tegas dia.

Selain bantuan modal, Yosi juga mendapatkan bantuan berupa pelatihan dari BRI. Pelatihan mengenai cara memasarkan produk di masa pandemi, peluang ekspor keluar negeri dan lainnya.

Berkat kerja keras dan kemauan yang tinggi untuk belajar hal baru, Yosi akhirnya terpilih oleh BRI untuk tampil di pameran BRILIANPReneur 2020. Menurut Yosi itu merupakan pengalaman yang membanggakan.

“Kemarin pernah ikut pameran BRILianpreneur 2020 di Jakarta secara online. Waktu itu saya disuruh mengajukan oleh orang BRI, setelah melakukan tes ternyata usaha saya lolos dan bisa ikut pameran online. Pengaruhnya banyak buyer yang menghubungi saya baik yang luar maupun dalam negeri, sehingga permintaannya meningkat,” lanjut Yosi.

Hasil kerja keras termasuk bantuan dari BRI, kini taraf kehidupan Yosi dan keluarga meningkat. “Alhamdulillah sejak usaha ini kehidupan meningkat otomatis, apapun yang ingin dibeli bisa kebeli hingga saat ini tidak ada kekurangan,” pungkas Yosi.

 

Cerita RM BRI Yusrizal Haryanto

Pengusaha kain songket Yosi Irawati asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Foto: Dok Pribadi
Pengusaha kain songket Yosi Irawati dan RM BRI Yusrizal Haryanto di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Foto: Dok Pribadi

Adalah Relation Manager (RM) BRI Padang bernama Yusrizal Haryanto (35) yang ikut bagian membimbing Yosi, sebagai salah satu nasabah bank BUMN ini.

Yosi termasuk satu dari 200 nasabah BRI yang dikelola Yusrizal. Dari sudut pandangnya selama ini, rekam jejak bu Yosi sangat baik dalam hal angsuran pinjaman.

“Saya dapat rekomendasi dari teman RM lainnya, kalau bu Yosi ini baik dan mau belajar. Dari situ kami menilai kalau bu Yosi layak mendapatkan bantuan modal usaha dari BRI. Selama saya berhubungan dengan bu Yosi komunikasi kami baik dan peminjaman kreditnya maupun urusan lainnya beliau terbuka,” ujar dia.

Tentang Yusrizal, dia sejatinya sudah mengabdikan diri sebagai RM BRI selama 6 tahun lamanya. Lelaki ini mengaku senang bekerja sebagai marketing karea bisa berinteraksi dengan banyak orang.

Dengan begitu bisa membangun banyak relasi dengan banyak orang, khususnya dengan 200 nasabah BRI yang kelolaannya.

“Saya memang suka bekerja yang berhubungan dengan marketing, karena lebih banyak bertemu orang dan bisa membangun relasi. Untungnya di BRI ini saya bisa membantu masyarakat dengan memberikan bantuan pembiayaan untuk usaha mereka,” kata Yusrizal saat dihubungi Liputan6.com.

Dalam menjalankan suatu pekerjaan tentunya selalu muncul kesulitan, namun itu selalu ditanggapi dengan positif.

Yusrizal meyakini jika semua kesulitan tersebut tujuannya tidak lain untuk memajukan usaha nasabah. “Sejauh ini sih tidak ada kesulitan yang berarti buat saya,” imbuhnya.

Dari 200 nasabah yang ia kelola, sebanyak 2 persen ada nasabah yang macet bayar angsuran pinjaman ke BRI. Beberapa diantaranya karena pendapatan usaha mereka yang menurun, lantaran terdampak pandemi covid-19.

“Sekitar 2 persen ada nasabah yang tidak bisa membayar tepat waktu, sektor usaha mereka ada yang terdampak pandemi di mana, di Bukit Tinggi ini banyak sektor usaha di pariwisata dan turunannya sehingga sangat berdampak terhadap usaha nasabah,” katanya.

Berkaitan dengan ini, dia selalu berusaha melakukan pendekatan secara kekeluargaan, untuk mengetahui alasan nasabah sulit membayar angsuran. Dengan begitu bisa mencarikan solusi yang tepat bagi nasabah tersebut.

“Kita harus intens komunikasi dengan mereka dan bertemu langsung, karena kadang kita datang di waktu yang tidak tepat. Oleh karena itu penting untuk mengenal lebih dekat agar kita bisa menyesuaikan jadwal pertemuan dengan nasabah,” kata Yusrizal. (*)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya