Cadangan Devisa RI Turun per Mei 2021, Gara-Gara Bayar Utang Luar Negeri

Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2021 sebesar USD 136,4 miliar

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 08 Jun 2021, 11:32 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2021, 11:13 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2021 sebesar USD 136,4 miliar. Turun USD 2,4 miliar dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 138,8 miliar.

"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2021 tetap tinggi sebesar 136,4 miliar dolar AS, meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir April 2021 sebesar 138,8 miliar dolar AS," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, Jakarta, Selasa (8/6/2021).

Erwin menjelaskan penurunan posisi cadangan devisa dipengaruhi pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Meski begitu posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Penurunan posisi cadangan devisa pada Mei 2021 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah," kata dia.

Selain itu cadangan devisa tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga. Seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BI Akui Nilai Tukar Rupiah Masih Undervalued, Ini Prediksi Besaran di 2021

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa nilai tukar rupiah masih undervalued terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun tetap ada berbagai pontensi untuk menguatkan rupiah.

"Apakah nilai tukar kita masih undervalued secara fundamental? iya karena inflasi kita rendah, defisit transaksi berjalan rendah, dan juga ekonomi kita yang membaik," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (2/6/2021).

Kendati demikian, ada potensi-potensi nilai tukar menguat. Namun juga ada ketidakpastian dan risiko tekanan nilai tukar dari sisi global, termasuk kenaikan US treasury yield.

"Kami akan terus melakukan stabilitas nilai tukar rupiah, dan ini juga didukung oleh cadangan defisa kami yang akhir bulan lalu adalah USD 138,8 miliar," tutur Perry.

Secara keseluruhan, BI memproyeksikan nilai tukar rupiah pada tahun ini berada di level Rp 14.200 - Rp 14.600. Kemudian diprediksi akan terus menguat pada tahun depan.

"Untuk nilai tukar di 2022, kami prediksi dikisaran Rp 14.100 sampai dengan Rp 14.500. Masih menguat dari 2021 karena ketidapastian global itu penguatannya memang tidak seperti mengarah betul kepada fundamental," ungkap Perry.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya