The Fed Siaga Naikan Suku Bunga, Arus Modal Masuk ke Indonesia Justru Naik

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencermati, rencana normalisasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS)

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 22 Feb 2022, 18:30 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2022, 18:30 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencermati, rencana normalisasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) berupa kenaikan suku bunga banyak mengakibatkan besarnya arus modal keluar (capital outflow) di negara berkembang.

Senada, Indonesia juga sedikit mengalami capital outflow, baik dari sisi surat berharga negara (SBN) maupun untuk pembelian saham. Tapi, situasi itu berubah sejak Januari 2022 lalu.

"Namun semenjak 2022 awal ini, sudah terjadi pembalikan arus modal lagi di Indonesia. Ini tentu menarik, karena di satu sisi probabilitas The Fed akan menaikan suku bunga semakin pasti, namun justru capital kembali flowing back ke Indonesia," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita Februari 2022, Selasa (22/2/2022).

Secara angka, ia menyebut, total nilai pembelian saham maupun surat berharga negara yang cukup signifikan ini berhasil menambah pemasukan arus modal (capital inflow) mencapai Rp 25,9 triliun.

"Ini tentu menyebabkan yield dari Surat Berharga Negara kita masih bisa terjaga dengan baik," ujar Sri Mulyani.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ketegangan Pasar

Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Padahal, dia mencermati, rencana normalisasi kebijakan The Fed akibat inflasi 7,5 persen di Amerika Serikat pada Januari 2022 telah menimbulkan ketegangan di pasar global.

"Banyak yang melihat konsensus bahwa The Federal Reserve kemungkinan akan menaikan suku bunganya antara 5-7 kali pada tahun ini. Ini tentu berakibat pada arus modal di negara-negara emerging," ulas Sri Mulyani.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya