Liputan6.com, Jakarta - Indonesia gencar mencari investor untuk berbagai proyek yang sedang dan akan dibangun. Beberapa proyek tersebut terkait sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) dan hilirisasi tambang.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menawarkan berbagai kemudahan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya ke proyek di Indonesia. Asalkan, syaratnya, niatan investasi itu serius direalisasikan.
“Ini adalah tawaran dari kami yang akan masuk ke Indonesia, kalau bapak ibu semua serius untuk investasi ke Indonesia, biarkanlah seluruh izin dan insentif nanti kami, pemerintah yang urus. Saya langsung atas perintah Pak Menko (Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan) yang akan mengurus izin-izin bapak ibu semua,” terangnya dalam Grand Launching Proyek Investasi Berkelanjutan di Jakarta, Kamis (17/3/2022).
Advertisement
“Tidak perlu datang ke kementerian lembaga, nanti saya sendiri yang urus, selama investasinya serius,” imbuh Bahlil.
Namun, di sisi lain, ada syarat yang perlu dipenuhi para calon-calon investor ini. Di depan para duta besar berbagai negara, Bahlil meminta investor yang masuk membawa teknologi, kapital atau dana, dan sebagian pasar. Selanjutnya, akan dilakukan kolaborasi.
“Saya pastikan bahwa Indonesia berada dalam posisi strategis sebagai negara populasi terbesar di Asia Tenggara. Jumlah populasinya kita 43 persen dan pendapatan kelas menegah kita semakin membaik,” katanya.
Ia menekankan Indonesia saat ini tengah mendorong proyek EBT sebagai salah satu instrumen investasi yang ramah lingkungan. Atas dasar itu, pemerintah telah membatasi sejumlah barang mentah untuk diekspor ke luar negeri, salah satunya adalah nikel.
“Kami hari ini melarang ekspor nikel salah satunya untuk membangun industri baterai salah satu yang terbesar di dunia, itu cita-cita kami,” katanya.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proyek IBC
Bahlil mengklaim hal ini telah mulai berjalan dari dimulainya proyek kolaborasi antara LG dan Indonesia Battery Company (IBC) yang disebutkan memulai dari hulu hingga hilir.
“Kemarin kita sudah resmikan dengan merek Hyundai, mobil listrik di Asia Tenggara dan di Indonesia baru pertama, jadi ini bukan ‘baru-akan-nanti’ tapi sudah kita lakukan,” tegasnya.
Bahlil menambahkan, sebagai target pencapaian salah satu proyek tersebut, produksi baterai dari IBC ditarget mulai pada akhir 2023 mendatang. Di samping itu, ia menekankan tahun ini akan mulai melarang ekspor barang mentah bauksit.
Advertisement