Minat Investasi Hulu Migas RI Masih Besar, Kenaikan Joint Study Jadi Indikator

Salah satu kunci dari peningkatan produksi migas nasional adalah melalui eksplorasi.

oleh Nurmayanti Diperbarui 24 Apr 2025, 19:42 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2025, 19:42 WIB
Ilustrasi kilang LNG
Ilustrasi kilang LNG (Foto: SKK Migas)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah meyakini iklim investasi sektor hulu minyak dan gas (migas) Indonesia masih bergerak ke arah yang positif. Penandanya sejak beberapa tahun terakhir pemerintah kembali memberikan pilihan kepada perusahaan untuk menggunakan skema cost recovery dalam kontrak bagi hasil migas.

Skema yang diyakini bisa mendorong daya tarik dan agresifitas pelaku usaha untuk melakukan eksplorasi dan meningkatkan produksi migas.

Koordinator Pengawasan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi, Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Yulianto, mengatakan salah satu kunci dari peningkatan produksi migas nasional adalah melalui eksplorasi.

Eksplorasi migas masih sangat dibutuhkan mengingat kebutuhan energi dalam hal ini energi fosil dalam satu dekade ke depan masih cukup besar.

"Eksplorasi ini penting, karena menjadi titik awal dari upaya kita untuk menemukan cadangan-cadangan baru. Tanpa eksplorasi yang agresif dan terarah, sulit bagi kita mempertahankan bahkan meningkatkan produksi migas nasional," jelas dia dalam acara Media Briefing Menuju IPA Convex 2025 dengan judul “Prospektivitas Migas Indonesia untuk Eksplorasi yang Atraktif dan Agresif”, di Jakarta, Kamis (24/4/2025).

Dengan sumber daya alam migas di Indonesia saat ini, menurut dia, seharusnya Indonesia bisa terhindar dari ancaman krisis energi.

"Saat ini industri migas Indonesia masih menarik di tengah berbagai kendala yang terjadi. Pemerintah juga terus mendorong berbagai perbaikan baik dari sisi regulasi maupun fiscal term agar dapat mengakomodir kebutuhan investor," lanjut dia.

Dia mengakui tantangan pada sektor migas masih ada. Beberapa isu klasik seperti perizinan dan regulasi masih menjadi kendala.

Namun, pemerintah terus berupaya memperbaiki iklim investasi dan mempermudah proses-proses yang berkaitan dengan eksplorasi dan produksi migas.

 

Perhatikan Hal Lain

Migas
Media Briefing Menuju IPA Convex 2025 dengan judul “Prospektivitas Migas Indonesia untuk Eksplorasi yang Atraktif dan Agresif”, di Jakarta, Kamis (24/4/2025).... Selengkapnya

Pemerintah, kata Yulianto, juga tetap harus memperhatikan hal seperti berbagai hal yang ditawarkan di negara-negara lain kepada investor, meski daya saing industri hulu migas di Indonesia masih menarik.

"Dilihat dari perkembangan joint study yang ada sebanyak 24 joint study, hal itu menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan bagi minat investasi. Tetapi tidak cukup sampai di situ. Harus terus diupayakan perbaikan term and condition, dan hal-hal lainnya seperti regulasi yang terkait. Koordinasi antar pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah sangat penting dilakukan untuk semakin meningkatkan daya saing Indonesia," jelasnya.

Salah satu langkah konkret adalah revisi undang-undang yang mengatur sektor migas. Proses revisi ini sudah berjalan, dan beberapa poin penting sudah berhasil diperbaiki, termasuk terkait dengan kepastian hukum bagi kontraktor dan investor. Ini diharapkan dapat meningkatkan minat investor untuk masuk dan berinvestasi di sektor hulu migas.

Pemerintah tetap melanjutkan kebijakan yang pernah diprogramkan sebelumnya, karena kebutuhan energi nasional bersifat strategis.

Upaya swasembada energi menjadi salah satu tujuan jangka panjang. "Meskipun dunia menuju transisi energi, kita harus realistis bahwa energi fosil masih akan menjadi bagian penting dari sistem energi nasional untuk waktu yang cukup lama," tutur dia.

Peluang

ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)... Selengkapnya

Sementara itu Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manjemen Data Wilayah Kerja SKK Migas, Asnidar, menilai masih ada peluang untuk meningkatkan daya saing Indonesia dengan beberapa cara.

Pertama, memberikan peluang bagi hasil yang lebih lebar untuk kontraktor khususnya pada lapangan-lapangan frontier.

"Hal ini juga mencakup pemberian insentif yang lebih besar bagi para pelaku industri di area frontier yang memiliki keterbatasan akses dan biaya eksplorasi serta risiko yang lebih tinggi, seperti area laut dalam dan area dengan topografi yang menantang," katanya.

Berdasarkan data, saat ini ada sekitar 65 dari 128 basin yang belum dieksplorasi namun diyakini memiliki potensi cadangan hidrokarbon yang besar.

Agresifitas eksplorasi menurut Asnidar terlihat dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya dengan telah disiapkannya budget mencapai USD 300 juta untuk melakukan kegiatan eksplorasi di area terbuka. “Jadi, ini momentum yang tepat," tegasnya.

Kata Investor

Sementara itu, Senior Manager Exploration PETRONAS Indonesia, Ruszaidi B Kahar, yang mewakili anggota perusahaan IPA, menjelaskan bahwa PETRONAS berkomitmen untuk terus berkontribusi aktif dalam mendukung pengembangan sektor energi dan target produksi nasional.

"Kami berkomitmen untuk secara konsisten berkontribusi secara positif terhadap pengembangan sektor energi nasional," katanya.

Sebagai investor, dia mengatakan bahwa setiap perusahaan selalu memegang prinsip dalam menjalankan bisnisnya. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan oleh perusahaan terkait dengan potensi migas di suatu negara, di antaranya: kemudahan menjalankan bisnis, stabilitas nasional, kebijakan fiskal, dan kepastian hukum.

"Kami harap ada fleksibilitas dari pemerintah, termasuk fiscal term. Jika berdasarkan karakteristik wilayah kerja yang ada, misalnya low risk, mid risk dan high risk, maka wilayah yang high risk sebaiknya diberikan fiskal term yang lebih fleksibel," ujarnya.

Menurut dia, dengan banyaknya potensi migas yang belum dieksplorasi di Indonesia memberikan keyakinan kuat bahwa kegiatan eksplorasi ke depannya akan membuat Indonesia bisa menjadi negara pilihan yang menarik bagi pemain energi global. Sehingga, para investor akan memilih untuk berinvestasi dalam proyek-proyek jangka Panjang di Indonesia.

"Dari sisi country risk, Indonesia termasuk beruntung karena letaknya cukup strategis dengan sumber daya alam yang berlimpah. Sekarang tinggal bagaimana memonetasi kedua hal tersebut," harapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya