Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, produksi gas Indonesia bertambah sebesar 45 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan beroperasinya Lapangan Jumelai.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) selaku operator di Wilayah Kerja (WK) Mahakam dengan dukungan dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) selaku induk usaha meresmikan pengoperasian proyek pengembangan Lapangan Jumelai yang menjadi bagian dari Proyek Jumelai, North Sisi, North Nubi (JSN) di Lapangan Senipah-Peciko-South Mahakam (SPS), Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara.
Baca Juga
Seremoni ini menandakan dimulainya aliran gas dari anjungan JML1 di Lapangan South Mahakam ke Lapangan SPS. Proyek Jumelai merupakan proyek fasilitas produksi pertama dari PHM yang beroperasi pada 2022.
Advertisement
“Estimasi produksi dari proyek ini adalah gas sebesar 45 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) dan kondensat 710 BCPD (barel kondensat per hari). Dengan produksi yang cukup besar, maka produksi dari Lapangan Jumelai menjadi salah satu penopang kebutuhan migas nasional sekaligus sebagai penggerak roda perekonomian bagi Indonesia, khususnya di Provinsi Kalimantan Timur,” kata Julius, di Jakarta, Jumat (20/5/2022).
Secara keseluruhan proyek ini dapat diselesaikan dalam waktu lebih kurang 24 bulan dengan nilai investasi sebesar USD 65 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Target 2022
Hal ini tentu saja merupakan capaian yang sangat baik mengingat pelaksanaan pekerjaan berada pada kondisi pandemi Covid-19. SKK Migas juga untuk memberikan apresiasi atas upaya keras dari semua pihak dalam upaya bersama untuk memenuhi amanah pemerintah di sektor migas.
Julius juga mendorong agar PHM dapat memenuhi target tahun 2022 yakni lifting gas sebesar 498 MMSCFD dan lifting minyak 26 ribu barel minyak per hari (bph).
“Pemenuhan target tersebut akan didukung oleh proyek-proyek fasilitas produksi PHM lain yang akan beroperasi di 2022 yaitu Proyek North Sisi North Nubi di Agustus 2022 dan Proyek Bekapai 3 di November 2022. Oleh karena itu kami berharap agar perwira PHM dapat memberikan segala upaya agar kedua proyek tersebut juga dapat on stream tepat waktu,” imbuh Julius.
Dalam kesempatan yang sama, Senior Manager Project PHM Setyo Sapto Edi menjelaskan, bahwa Proyek JSN merupakan proyek green field pertama yang dikerjakan oleh PHM sejak alih kelola dari operator sebelumnya ke Pertamina.
Proyek ini dimulai setelah mendapat persetujuan rencana pengembangan (Plan of Development/POD) pada Juli 2018, dilanjutkan dengan final investment decision pada Oktober 2019, dan eksekusi proyek saar Juni 2020 melalui penandatanganan kontrak bersama mitra kerja yaitu PT Meindo Elang Indah sebagai pelaksana proyek.
Advertisement
3 Anjungan
Sementara General Manager PHM Raam Krisna mengatakan Proyek JSN adalah bukti nyata komitmen PHM untuk terus berinovasi dan melakukan optimasi dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.
“Hal ini tentu tidak dapat diraih tanpa dukungan penuh dari SKK Migas, PHE, dan PHI selaku induk usaha,” tambahnya.
Krisna juga menyampaikan Proyek JSN telah mencatat sekitar 4,6 juta safe manhour tanpa ada kecelakaan kerja.
“Hal ini menjadi sangat penting karena keselamatan dalam bekerja adalah nilai utama yang dipegang oleh perusahaan khususnya oleh PHM,” ujarnya.
“Diperkirakan on stream pertama sumur JUM-102 di anjungan JML1 ini adalah sebesar 20 MMSCFD, akan terdapat 3 sumur yang nantinya dialirkan ke JML1. Dengan beroperasinya anjungan JML1, kami perkirakan produksi gas PHM akan dapat kembali mencapai produksi tertingginya di tahun 2022 yaitu sebesar 527 MMSCFD,” papar Krisna.
Saat ini anjungan JML1 memiliki desain kapasitas produksi hingga 45 MMSCFD. Dengan rencana beroperasinya 3 anjungan Proyek JSN, diharapkan akan mampu memproduksikan gas sebanyak 135 MMSCFD dan menopang produksi migas dari WK Mahakam sebesar 20 persen pada tahun 2024.