Liputan6.com, Jakarta - Meskipun gagal bayar utang relatif jarang terjadi, sejumlah negara pernah menghadapi potensi default atas utang mereka. Gagal bayar utang dapat terjadi ketika pemerintah suatu negara tidak mampu atau tidak mau membayar kreditor.
Dilansir dari laman Investopedia, Senin (27/6/2022) Argentina, Lebanon, dan Ukraina adalah di negara-negara yang telah gagal membayar utang mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Penyebab default dapat berkisar dari beban utang yang tinggi dan stagnasi ekonomi hingga ketidakstabilan politik atau krisis perbankan.
Advertisement
Lantas, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi risiko gagal bayar?
Stagnasi ekonomi yang terus-menerus melemahkan kemampuan suatu negara untuk membayar utangnya. Masalah ini juga bisa mempersulit ekonomi suatu negara dan menjadi rentan terhadap krisis seperti resesi atau pandemi.
Masalah tersebut juga berisiko mengikis kepercayaan kreditur asing dan domestik, sehingga membiayai kembali utang bisa lebih sulit dan mahal.
Menurut analisis Moody's, stagnasi kronis adalah penyebab utama gagal bayar utang negara seperti yang dialami Rusia dan Ukraina pada tahun 1998, Argentina pada 2001 silam, dan Venezuela pada tahun 2017.
Adapun isu ketidakstabilan politik di suatu negara dan salah urus keuangan yang mendorong katalisator default semakin sering terjadi.
Masalah itu pernah menjadi faktor utama dalam default seperti yang dialami oleh Argentina pada tahun 2014 dan 2019, Ukraina pada 2015 dan Ekuador pada 2008 dan hingga 2021.
Resesi, krisis perbankan atau mata uang, dan pecahnya suatu negara juga bisa menjadi masalah yang dapat meningkatkan risiko gagal bayar.
Konsekuensi dari Kegagalan Bayar Utang
Negara-negara yang default pada utang mereka mungkin mengalami kesulitan meminjam lagi dan kemungkinan harus membayar tingkat bunga yang lebih tinggi jika mereka mendapat kesempatan.
Namun, survei empiris, sebaliknya, telah menemukan bahwa penguasa yang gagal bayar cenderung mendapatkan kembali akses pasar dengan cepat dan tidak membayar tingkat penalti.
Tidak semua orang setuju bahwa investor kredit dapat "memaafkan dan melupakan".
Secara khusus, tingkat kerugian yang lebih tinggi tampaknya menyebabkan periode pengecualian pasar dan tingkat penalti yang lebih lama ketika pengecualian berakhir.
Sebuah default utang negara juga dapat memaksakan biaya ekonomi yang luas dan parah, menurunkan output untuk tahun-tahun ke depan.
Ini juga dapat memberikan bantuan yang terlambat bagi peminjam yang berjuang untuk membayar utang yang tidak berkelanjutan.
Keringanan tersebut cenderung datang dalam bentuk pengurangan biaya pembayaran utang setelah restrukturisasi daripada pengurangan besar dalam pokok utang.
Advertisement
Rusia Gagal Bayar Utang Luar Negeri, Pertama Kali dalam Seabad
Rusia harus menelan pil pahit. Rusia gagal membayar utang luar negeri untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu abad, setelah melewatkan tenggat waktu pembayaran bunga utang senilai USD 100 juta pada Minggu kemarin waktu setempat.
Rusia memiliki uang untuk memenuhi kewajibannya dan bersedia membayar, tetapi sanksi membuat tidak mungkin untuk mendapatkan pembayaran kepada kreditur internasional.
Sejatinya, Kremlin telah bertekad untuk menghindari default, yang merupakan pukulan besar bagi prestise bangsa. Bahkan Menteri keuangan Rusia menyebut situasi itu "lelucon".
Melansir laman BBC, Senin (27/6/2022), terakhir kali Rusia gagal membayar utang luar negerinya adalah pada tahun 1918. Ini terjadi selama Revolusi Bolshevik ketika pemimpin komunis baru Vladimir Lenin menolak untuk membayar utang Kekaisaran Rusia.
Kegagalan utang terakhir Rusia dalam bentuk apa pun adalah pada tahun 1998 ketika negara itu diguncang krisis rubel saat terjadi kekacauan dari rezim Boris Yeltsin.
Pada saat itu Moskow gagal memenuhi pembayaran obligasi domestiknya tetapi berhasil tidak gagal bayar utang luar negerinya.
Rusia tampaknya berada di jalur yang tak terhindarkan untuk gagal bayar sejak sanksi pertama kali dijatuhkan oleh AS dan Uni Eropa setelah invasi ke Ukraina.
Ini membatasi akses negara itu ke jaringan perbankan internasional yang akan memproses pembayaran dari Rusia kepada investor di seluruh dunia.
Pemerintah Rusia telah mengatakan ingin melakukan semua pembayaran tepat waktu, dan sampai sekarang telah berhasil.
Sekitar USD 40 miliar utang Rusia dalam mata uang dolar atau euro, dengan sekitar setengahnya disimpan di luar negeri.
Jatuh Tempo pada 27 Mei
Pembayaran bunga USD 100 juta akan jatuh tempo pada 27 Mei. Rusia mengatakan uang itu dikirim ke Euroclear, bank yang kemudian akan mendistribusikan pembayaran kepada investor.
Tetapi pembayaran itu terhenti di sana, menurut Bloomberg News, dan kreditur belum menerimanya.
Uang belum tiba dalam waktu 30 hari dari tanggal jatuh tempo, yaitu Minggu malam, dan dianggap sebagai default.
Euroclear tidak akan mengatakan apakah pembayaran telah diblokir, tetapi mengatakan bahwa pihaknya mematuhi semua sanksi.
Default tampaknya tak terelakkan ketika Departemen Keuangan AS memutuskan untuk tidak memperbarui pengecualian khusus dalam aturan sanksi yang memungkinkan investor untuk menerima pembayaran bunga dari Rusia, yang berakhir pada 25 Mei.
Advertisement