Liputan6.com, Jakarta - Harga emas pada pekan ini diperkirakan seperti pekan sebelumnya yaitu tak mampu menorehkan kenaikan dan diperkirakan bakal mencetak penurunan mingguan ketiga berturut-turut. Alasannya, selama dua pekan kemarin harga emas terus mengalami pelemahan dan tak mampu menembus level USD 1.800 per ounce.
Namun, survei Kitco beberapa analis melihat bahwa masih ada kesempatan bagi harga emas untuk naik pekan ini tetapi untuk jangka pendek. Sedangkan jangka panjang, para analis masih melihat berbagai data yang ada dahulu termasuk kenaikan bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
Baca Juga
Pada pekan kemarin, Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengeluarkan data bahwa 528 ribu pekerjaan diciptakan pada selama Juli 2022. Data tersebut secara signifikan mengalahkan ekspektasi ekonom yang memperkirakan kenaikan pekerjaan hanya di angka 250 ribu saja.
Advertisement
Laporan yang sama juga memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan upah yang solid dalam periode satu bulan terakhir.
Beberapa analis melihat ada potensi kenaikan. Namun survei Kitco banyak yang mengambil sikap lebih netral dan bearish. Sedangkan investor ritel tetap solid bullish pada harga emas.
"Pasar emas telah memberi kita gambaran seperti apa poros The Fed akan terlihat, tetapi poros sebenarnya belum ada di sini," kata kepala analis mata uang Forexlive.com, Adam Button.
Dia melihat bahwa kemungkinan besar harga emas akan lebih rendah dalam waktu dekat. "CPI minggu depan adalah risiko besar untuk emas dan hampir semua hal lainnya." kata dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hasil Survei Kitco
Pada pekan ini, sebanyak 16 analis di Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Di antara peserta, empat analis atau 24 persen optimis terhadap emas dalam waktu dekat atau memperkirakan harga emas akan naik pekan ini.
Pada saat yang sama, tujuh analis atau 41 persen melihat harga emas akan bearish. Sementara itu enam analis atau 35 persen memberikan suara netral minggu ini.
Sementara itu, 579 suara diberikan dalam jajak pendapat Main Street online. Dari jumlah tersebut, 379 responden, atau 65 persen menginginkan harga emas untuk naik minggu ini.
Selain itu, 124 responden lainnya atau 21 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah. Sementara 76 pemilih atau 13 persen memilih untuk netral dalam waktu dekat.
Advertisement
Kata Analis
Analis mengatakan bahwa laporan ketenagakerjaan AS pada Juli 2022 telah mengubah sentimen pasar karena investor sekarang mengharapkan The Fed untuk mempertahankan sikap kebijakan moneter yang agresif pada September 2022.
"Data pekerjaan AS berarti Fed lebih mungkin untuk menaikkan lagi 75 basis poin bulan depan. Kilauan emas lebih redup," jelas Marc Chandler, Direktur Bannockburn Global Forex.
Ia melihat harga emas akan menembus USD 1.750 per ounce. Namun tidak bisa dipungkiri harga emas juga bisa jatuh di USD 1.700 per ounce.
Presiden Adrian Day Asset Management Adrian Day mengatakan, dia mengambil sikap netral terhadap emas untuk minggu ini karena data ketenagakerjaan terbaru akan membuat investor emas lebih berhati-hati. Namun, dia menambahkan bahwa dalam jangka panjang, dia tetap bullish.
Dealer logam mulia di Alliance Financial Frank McGee mengatakan, dia memprediksikan bearish pada emas dalam waktu dekat karena logam mulia tidak dapat melawan The Fed.