Reindustrilisasi Jadi Kunci Transformasi Ekonomi Setelah Pandemi COVID-19

IDF tak hanya membahas tentang masa depan industrialisasi Indonesia dan perannya untuk mencapai Visi Indonesia 2045.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 21 Nov 2022, 18:38 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2022, 18:38 WIB
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam acara puncak Indonesia Development Forum di Bali, Senin (21/11/2022).
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam acara puncak Indonesia Development Forum di Bali, Senin (21/11/2022).

Liputan6.com, Badung - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Suharso Monoarfa mengungkapkan, reindustrialisasi akan menjadi kunci penting transformasi ekonomi Indonesia pasca pandemi COVID-19

Hal ini seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, peningkatan pangsa pasar industri pengolahan terhadap produk domestik bruto (PDB) juga menjadi prioritas. 

"Industrialisasi ke depan harus menjawab kebutuhan lifestyle baru, yang sustainable, smart, and functional. Konsumen-konsumen kita semakin pandai, semakin smart, maunya affordable dan canggih,” kata Suharso dalam acara puncak Indonesia Development Forum di Bali, Senin (21/11/2022). 

Demi membahas hal ini, Kementerian PPN/Bappenas menyelenggarakan acara puncak Indonesia Development Forum (IDF) 2022 yang mengusung tema “The 2045 Development Agenda: New Industrialization Paradigm for Indonesia’s Economic Transformation” di Bali, pada 21-22 November 2022. 

“Kementerian PPN/Bappenas ingin mengajak pemangku kepentingan untuk mari kita berpikir kembali, menyusun kembali strategi kita ke depan, dalam rangka reindustrialisasi, menempatkan industri dalam peta Indonesia, makro Indonesia, untuk percepatan pembangunan, untuk kesejahteraan,” ujar Suharso.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan IDF tak hanya membahas tentang masa depan industrialisasi Indonesia dan perannya untuk mencapai Visi Indonesia 2045.

"IDF 2022 memberikan ruang interaksi dan bertukar ide serta gagasan terkait masa depan industrialisasi untuk pembangunan Indonesia,” kata Amalia.

Acara Puncak IDF 2022 digelar sebagai penutup rangkaian IDF IDEA Series 2022: Inspire, Imagine, dan Innovate yang telah berlangsung sepanjang 2022.

IDF menghasilkan masukan bagi strategi pembangunan untuk meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan nasional. IDF juga menjadi ajang partisipasi publik dan mitra pembangunan untuk ikut aktif terlibat dalam diskursus pembangunan nasional. 

 

Empat Sektor yang Dapat Dorong Indonesia Jadi Negara Maju

Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) 2016-2019, Bambang Brodjonegoro pada acara Indonesia Development Forum di Bali, Senin (21/11/2022) (Foto: Liputan6.com/Gagas Y.P)
Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) 2016-2019, Bambang Brodjonegoro pada acara Indonesia Development Forum di Bali, Senin (21/11/2022) (Foto: Liputan6.com/Gagas Y.P)

Sebelumnya, Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) 2016-2019, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan ada empat sektor yang dapat mendorong Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2045.

Empat sektor tersebut adalah Manufaktur, ekspor di bidang jasa, ekonomi digital, dan Green Economy (ekonomi hijau). Bambang memaparkan, Indonesia telah berhasil melakukan transformasi ekonomi pada 1990-an. 

“Waktu itu, Indonesia berhasil melakukan transformasi dari sektor primer seperti pertanian, ke sektor sekunder seperti manufaktur,” ujar Bambang dalam acara puncak Indonesia Development Forum di Bali, Senin (21/11/2022). 

Bambang menambahkan, pada saat itu kontribusi manufaktur terhadap PDB hampir menyentuh 30 persen dari PDB. Namun saat ini, PDB dari manufaktur berada di bawah 20 persen dari PDB.

Pencapaian Indonesia tahun itu, Menurut Bambang, menjadi pencapaian yang luar biasa karena Indonesia naik kelas dari low income country menjadi middle income country.

Maka dari itu, Bambang menyarankan agar sektor manufaktur bisa membuat produk dengan tingkat kompleksitas yang tinggi agar dapat mendorong Indonesia kembali naik kelas ke high income country.

“Indonesia menjadi negara dengan cadangan nikel yang banyak. Jadi selain hanya menjual nikel, kita seharusnya membuat produk dengan kompleksitas tinggi dari nikel, misalnya stainless steel. Karena Untuk jadi negara maju, Indonesia harus jadi negara yang punya basic metal yang kuat salah satunya stainless steel,” jelas Bambang. 

Perhatikan Ekspor di Bidang Jasa

Bambang juga menekankan saat ini Indonesia masih kurang perhatian pada ekspor di bidang jasa, jika dibandingkan Korea Selatan. 

“Di Korea Selatan mereka memiliki Kpop sebagai salah satu ekspor di bidang jasa. Di Indonesia sendiri ada sektor jasa yang potensial yaitu dari pariwisata. Kita juga punya potensi ekspor kultur di Indonesia,” pungkas Bambang.

Penyebab Industri Indonesia Kalah dari Malaysia hingga China

Data Pertumbuhan Ekonomi G20 per Kuartal III 2022
Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) 2016-2019, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan alasan mengapa industri di Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. 

Menurut Bambang salah satu penyebab yang membuat industrialisasi Indonesia tidak sesukses negara tetangga adalah karena Indonesia masih terjebak di industri garmen.

“Hal yang membuat industri kita tidak secepat dan sesukses negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Korea dan China adalah karena kita terjebak di garmen, sedangkan negara lain maju di industri mesin dan elektronik,” ujar Bambang dalam acara puncak Indonesia Development Forum di Bali, Senin (21/11/2022). 

Adapun Bambang memaparkan alasan kenapa industri garmen masih kurang potensi dibandingkan industri mesin dan elektronik salah satunya dipengaruhi faktor kompleksitas. 

“Kunci keberhasilan negara jika berhasil membangun industri yang kompleks atau susah bukan produk yang gampang,” jelas Bambang.

Adapun dari segi peringkat Industri permesinan dan elektronik berada di urutan atas, sementara garmen ada di urutan menengah.

“Kalau menggunakan istilah dalam manufaktur, kita tidak boleh hanya menjadi assembly atau merakit saja, tetapi kita harus sudah bisa jadi produsen. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya