PTPN Gandeng BUMN Malaysia Genjot Komoditas Sawit di Wilayah Perbatasan

Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) bekerja sama dengan FGV Holdings Berhard (FGV) terkait hulu dan hilir komoditi non kelapa sawit, sektor hilir komoditi kelapa sawit, sektor hulu komoditi kelapa sawit di wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 10 Jan 2023, 13:30 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2023, 13:30 WIB
PTPN III
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjalin kerja sama dengan FGV Holdings Berhard (FGV), perusahaan BUMN Malaysia yang juga salah satu produsen sawit terbesar di dunia dan commercial arm dari Federal Land Development Authority (FELDA). (Dok. PTPN)

Liputan6.com, Jakarta Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjalin kerja sama dengan FGV Holdings Berhard (FGV), perusahaan BUMN Malaysia yang juga salah satu produsen sawit terbesar di dunia dan commercial arm dari Federal Land Development Authority (FELDA).

Kerja sama kedua belah pihak, dilakukan dengan membentuk kemitraan strategis, antara lain meliputi sektor hulu dan hilir komoditi non kelapa sawit, sektor hilir komoditi kelapa sawit, sektor hulu komoditi kelapa sawit di wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia, sektor ketahanan pangan nasional, pasar internasional, dan peningkatan kapabilitas SDM, serta transfer teknologi.

Penandatanganan kesepakatan kerja sama tersebut, dilakukan oleh Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani bersama Dato’ Mohd. Nazrul Izam Mansor, sebagai Group Chief Executive Officer (Senior Management FGV), di sela kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim di Jakarta pada Ahad (8/01/2023).

“Ini adalah salah satu upaya kita untuk semakin menguatkan bisnis sawit Indonesia di tingkat global, serta peningkatan kemampuan SDM dan teknologi di bidang agroindustri kedua belah pihak, dan tidak kalah penting adalah menjadi sebagian dari program ketahanan pangan di negara masing-masing,” ujar Abdul Ghani, dikutip dari Antara, Selasa (10/1/2023)..

Ghani berharap, Memorandum of Collaboration ini dapat meningkatkan tata kelola industri kelapa sawit yang berkelanjutan bagi kedua perusahaan, dimana PTPN merupakan perusahaan perkebunan yang memiliki komitmen sangat kuat dalam menerapkan konsep bisnis yang berorientasi pada ESG (Environmental, Social and Corporate Governance).

Seiring dengan semakin baiknya kepedulian terhadap lingkungan, sertifikasi yang berorientasi pada sustainability, berdampak juga pada peningkatan harga produk PTPN yang dihasilkan.

“Seiring dengan komitmen yang sangat kuat terhadap ESG, tahun ini kami menergetkan seluruh kebun dan pabrik PTPN mendapatkan sertifikat berkelanjutan berstandar internasional, yakni RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil),” tambah Ghani.

 

Kelayakan Obyek Kerja Sama

Salah satu kebun petani sawit mitra PTPN V di Kabupaten Kampar yang baru diremajakan.
Salah satu kebun petani sawit mitra PTPN V di Kabupaten Kampar yang baru diremajakan. (Liputan6.com/M Syukur)

Abdul Ghani menyampaikan, bahwa Memorandum of Collaboration (MOC) tersebut berlaku selama satu tahun. “Artinya, dalam kurun waktu satu tahun tersebut masing-masing pihak akan menyusun kelayakan obyek kerja sama di bidang yang telah disepakati dalam MOCuntuk ditingkatkan kedalam perjanjian kerja sama yang lebih definitive,” terangnya.

Kerja sama ini berpotensi memperkuat posisi Indonesia dan Malaysia untuk dapat berperan sebagai market-maker dalam bisnis sawit di dunia karena keduanya akan menguasai 88% dari produksi CPO dunia dan 32% dari produksi edible oil dunia.

FGV mengelola lahan produksi lebih dari 439,725 Ha dan memiliki lebih dari 45.000 pekerja serta telah listed di Bursa Malaysia sejak tahun 2012 yang menjadi IPO terbesar ketiga dunia pada saat itu yang mencapai RM10,4 miliar.

Kegiatan usaha yang menjadi Core business FGV diantaranya kelapa sawit (hulu dan hilir), karet (hulu), bio-renewable energy, bisnis gula, dan logistic (transportasi, tangki minyak nabati dan liquid terminal) yang tersebar di banyak negara di benua Amerika, Eropa, hingga Asia.

Penandatanganan Memorandum of Collaboration ini juga turut dihadiri oleh Group Chief Strategy Officer FGV Holdings Salman Ghazali, Executive Assistant to GCEO FGV Holdings Azwa Affendi Bakhtiar, Wakil Direktur Utama PTPN III (Persero) Denaldy Mulino Mauna, Direktur Pemasaran PTPN III (Persero) Dwi Sutoro, Direktur Umum PTPN III (Persero), Doni P. Gandamiharja dan Direktur PT Perkebunan Nusantara V Jatmiko Krisna Santosa.

 

IPO Palm Co Bakal Maksimalkan Potensi PTPN Group

Ilustrasi CPO 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Rencana sub Holding PTPN Group, Palm Co, melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) di bursa efek tahun ini dinilai sebagai langkah yang tepat untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki perusahaan.

"Saya melihat inisiasi menjadi sub holding ini kemudian berlanjut ke IPO adalah langkah yang tepat. Dengan Palm Co, perusahaan telah membuat klaster yang lebih jelas dan kompetitif," jelas Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (7/1/2023).

Dari sisi fundamental perusahaan, menurutnya, Palm Co akan diminat investor karena memiliki aset besar dan akan signifikan menambah kapitalisasi pasar saham domestik. Luas lahan Palm Co diketahui di atas 500 ribu hektare dan ada land bank yang bisa dikembangan.

"Kalau kondisi fundamental perusahaan saya kira bagus karena bisa dilihat dari total aset. memiliki kapitalisasi pasar besar, sehingga menggerakkan aktivitas saham. Apalagi nilai asetnya bisa di atas Rp100 triliun," ujar Lukcy.

Nilai aset Holding PTPN Group hingga Semester II/2022 mencapai Rp149 triliun meningkat sebesar 10,32 persen dari periode yang sama tahun lalu. Sejak melakukan reorganisasi, nilai aset PTPN Group menunjukkan tren naik. Sementara itu, Palm Co akan mengelola bisnis kelapa sawit dari PTPN I hingga PTPN IV.

Porsi Porsi bisnis sawit di Holdin PTPN Group yang akan dikelola oleh Palm Co sekitar 73 persen dalam laporan keuangan perusahaan per Juni 2022.

"Aset ini jagoan ini karena penguasaan lahan. Penguasaan lahan sekian banyak itu bukan menjadi pembeda, justeru menjadi satu keunggulan yang belum dapat dicapai oleh entitas lain karena memang latar belakang penggabungan lahan usaha PTPN," jelasnya.

Setelah unggul dari sisi aset, jelasnya, Palm Co harus bisa menjawab apakah lahan yang luas itu menjadikan perusahaan agresif mencapai target kinerja, pertumbuhan nilai buku, laba per saham, kebijakan menerbitkan dividen, serta alat ukur keberhasilan kinerja emiten lain.

Keunggulan Palm Co

Ilustrasi CPO 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Selain aset, ujarnya, satu lagi yang menjadi keunggulan Palm Co adalah rencana pengembangan bisnis energi terbarukan (ET) dengan memproduksi biodiesel. Energi Terbarukan, menurutnya, sangat relevan dengan arah kebijakan Pemerintah dan korporasi, sehingga menjadi momentum juga bagi Palm Co melakukan percepatan pengembangan bisnis.

Bisnis Energi Terbarukan Palm Co, tambahnya, akan menjadi daya tarik khusus bagi investor serta publik karena bisnis bahan bakar ramah lingkungan adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan yang menjadi visi jangka panjang semua negara di dunia.

"Energi terbarukan sangat relevan dengan pipe line antara Pemerintah dan korporasi karena peran dari CPO untuk substitusi energi dan sumbernya dari alam. Ini momentum bagi Palm Co untuk melakukan akselerasi karena ada kebijakan Pemerintah yang menyertai," terangnya.

Lucky mengatakan jika ingin melakukan IPO, waktu yang tepat adalah sekitar Maret atau April 2023, jangan dilakukan di awal tahun karena saat ini pelaku pasar masih melakukan konsolidasi terhadap prediksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya