Ketua The Fed Jerome Powell Positif Covid-19, Begini Kondisinya

Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dites positif Covid-19. Simak selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Jan 2023, 10:11 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2023, 10:11 WIB
Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dites positif Covid-19. 

Kabar itu diumumkan langsung oleh pihak The Fed pada Rabu (18/1) wakru setempat. "(Powell) mengalami gejala ringan," demikian pengumuman bank sentral AS, dikutip dari CNBC International, Kamis (19/1/2023).

The Fed memastikan, Powell mematuhi anjuran protokol kesehatan Covid-19 selama menjalani isolasi mandiri.

"Ketua Powell mengetahui informasi terbaru tentang vaksin dan penguat Covid-19. Mengikuti panduan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, dia bekerja dari jarak jauh sambil mengisolasi diri di rumah," terang The Fed.

Sebelum dites postif Covid-19, Powell terakhir kali terlihat dihadapan [ublik saat menghadiri  diskusi panel pada 10 Januari 2023 di Riksbank, Swedia.

Pertemuan pembuatan kebijakan The Fed, Komite Pasar Terbuka Federal akan diselenggarakan pada 31 Januari- 1 Februari 2022.

Pasar secara luas mengharapkan The Fed untuk menyetujui kenaikan suku bunga hingga 0,25 poin persentase yang akan membawa suku bunga pinjaman acuan ke kisaran yang ditargetkan 4,5 persen -4,75 persen.

The Fed Pede Inflasi AS Bisa Melandai Tanpa Harus Korbankan Pertumbuhan Ekonomi

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Pejabat Federal Reserve (The Fed) mengungkapkan keyakinannya bahwa inflasi di Amerika Serikat bisa mereda tanpa memicu penurunan ekonomi yang signifikan. 

Gubernur The Fed Michelle Bowman menjelaskan, hal itu didukung dari rendahnya angka pengangguran di AS, meski suku bunga terus naik. Menurutnya, hal itu bisa menjadi harapan. 

"(Jumlah) pengangguran tetap rendah karena kami telah memperketat kebijakan moneter dan membuat kemajuan dalam menurunkan inflasi," ujar Bowman dalam pidato yang disiapkan untuk sebuah acara di Florida, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (11/1/2023).

"Saya menganggap ini sebagai tanda harapan bahwa kita dapat berhasil menurunkan inflasi tanpa penurunan ekonomi yang signifikan," tambahnya.

Bowman menyebut, meredanya inflasi AS juga didorong oleh kekuatan pasar kerja, bersama dengan tingkat utang yang rendah di antara rumah tangga.

"Utang yang rendah dan neraca yang kuat bersama dengan pasar tenaga kerja yang kuat berarti konsumen dan bisnis dapat terus berbelanja meski pertumbuhan ekonomi melambat," jelas dia.

Suku Bunga Diyakini Bakal Terus Naik

The Fed
The Fed (www.n-tv.de)

Tetapi dia juga memperingatkan bahwa Federal Open Market Committee yang mengatur kebijakan The Fed akan terus menaikkan suku bunga karena masih banyak upaya yang harus dilakukan untuk menurunkan inflasi.

Gubernur The Fed itu menambahkan, suku bunga kemungkinan harus tetap pada tingkat yang "cukup membatasi" untuk beberapa waktu untuk memulihkan stabilitas harga di AS.

Seperti diketahui, The Fed pada Desember 2022 menaikkan siku bunga 0,5 persen, menjadi 4,25 persen -4,5 persen poin persentase. Langkah tersebut menandai kenaikan suku bunga dengan level tertinggi dalam 15 tahun.

Ketua The Fed: Atasi Inflasi AS Butuh Kebijakan Tak Populer

Mengenal Konsep Inflasi dalam Ekonomi
Ilustrasi Konsep Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Bos Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pada Selasa 10 Januari 2023 menekankan bahwa Bank Sentral AS harus bebas dari tekanan politik saat berupaya meredam inflasi yang tak kunjung turun juga.

Powell mengungkapkan bahwa menstabilkan inflasi Amerika Serikat membutuhkan pengambilan keputusan sulit yang secara politik mungkin tidak populer.

"Stabilitas harga adalah landasan ekonomi yang sehat dan memberikan manfaat yang tak terukur kepada publik dari waktu ke waktu," ujarnya, dikutip dari CNBC International, Rabu (11/1/2023).

"Tetapi memulihkan stabilitas harga ketika inflasi tinggi memerlukan langkah-langkah yang tidak populer dalam jangka pendek karena kami menaikkan suku bunga untuk memperlambat ekonomi," sambungnya.

Dia juga menyebut, "Tidak adanya kontrol politik langsung atas keputusan yang memungkinkan kami mengambil tindakan yang diperlukan ini, tanpa mempertimbangkan faktor politik jangka pendek".

Pernyataan Powell disampaikan dalam sebuah forum untuk membahas independensi bank sentral.

Pidatonya diyakini tidak mengandung petunjuk langsung tentang ke mana arah kebijakan Fed selanjutnya, yang telah menaikkan suku bunga hingga tujuh kali pada tahun 2022. 

The Fed pada Desember 2022 menaikkan siku bunga 0,5 persen, menjadi 4,25 persen -4,5 persen poin persentase. Langkah tersebut menandai kenaikan suku bunga dengan level tertinggi dalam 15 tahun.

Bank sentral AS itu juga telah mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih besar akan terjadi tahun ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya