Daftar Wilayah Terdampak Kemarau Ekstrem Melanda Indonesia, Berlangsung Mei-Agustus 2023

Musim kemarau 2023 diprediksi lebih kering apabila dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. Selain itu, juga ada potensi El Nino atau fenomena pemanasan suhu muka laut hingga 60 persen.

oleh Winda Nelfira diperbarui 08 Mar 2023, 11:16 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2023, 12:40 WIB
ilustrasi kemarau dan kekeringan
Musim kemarau 2023 diprediksi lebih kering apabila dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. Selain itu, juga ada potensi El Nino atau fenomena pemanasan suhu muka laut hingga 60 persen. (Foto: Tama66/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Musim kemarau 2023 diprediksi lebih kering apabila dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. Selain itu, juga ada potensi El Nino atau fenomena pemanasan suhu muka laut hingga 60 persen.

Hal tersebut sebagaimana diperkirakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Apalagi ada potensi El Nino 50-60 persen, seandainya tidak ada El Nino pun ada wilayah yang musim kemaraunya lebih kering dari normalnya. Apalagi plus ada potensi El Nino," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi daring, Senin (6/3/2023).

Dwikorita menyampaikan bahwa pada 2023 ini puncak musim kemarau di Indonesia tidak terjadi secara bersamaan. Awal musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada April dan menyebar di seluruh wilayah pada Mei-Agustus 2023.

Beberapa wilayah yang awal kemaraunya diprediksi maju meliputi:

  • Sebagian wilayah Sumatera Utara
  • sebagian wilayah Jawa
  • Sebagian kecil Bali
  • Sebagian Nusa Tenggara
  • Sebagian Kalimantan
  • Sebagian Sulawesi.

Adapun wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di bawah normal atau jadi lebih kering yaitu:

  • Aceh bagian utara
  • Sebagian Sumut
  • Riau bagian utara
  • Sumatera bagian selatan
  • Sebagian besar Jawa
  • Bali
  • Sebagian Nusa Tenggara
  • Kalimantan bagian selatan
  • Sebagian Sulawesi
  • Maluku Utara
  • Papua Barat bagian selatan
  • Papua bagian selatan.

"Ini perlu diantisipasi wilayah tersebut yang diprediksi lebih kering dari normalnya dikhawatirkan akan mengalami resiko bencana kekeringan metereologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih," kata dia.

Oleh sebab itu, BMKG memberikan rekomendasi menghadapi musim kemarau 2023 terutama pada wilayah yang mengalami musim kemarau di bawah normal atau lebih kering dari biasa agar lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau.

"Ini adalah peringatan dini potensi kemarau yang relatif lebih kering daripada tiga tahun terakhir atau dibandingkan biasanya agar kita lebih bersiap menampung air hujan yang melimpah saat ini masih terjadi," ungkapnya.

 

BMKG Imbau Masyarakat Panen Hujan Guna Hadapi Kemarau 2023

Kemarau Panjang, Kali Bekasi Hampir Kering
Warga menjala ikan di aliran Kali Bekasi yang menyurut di kawasan Margahayu, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/10/2019). Menurunnya debit air mengakibatkan banyak ikan mati dan rawan tercemar limbah karena Kali Bekasi menjadi sumber air baku utama bagi PDAM Tirta Patriot. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Mengantisipasi kemarau tahun ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengajak masyarakat panen air hujan. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau hal tersebut pada pekan lalu.

"Mumpung saat ini hujan masih turun, maka kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya menggunakan tandon air atau bak penampung," ujarnya di Jakarta, Kamis, 16 Februari 2023, dilansir Antara.

BMKG memprediksi, musim kemarau pada 2023 akan lebih kering bila dibandingkan dengan periode tiga tahun terakhir, yakni pada 2020 - 2022.

Menurut Dwikorita, air hujan yang telah dipanen bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saat kemarau.

"Pada saat kemarau nanti, air tersebut bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau," jelasnya.

Sektor-sektor yang terdampak seperti sumber daya air, kehutanan, pertanian, dan kebencanaan, kata Diwkorita, perlu melakukan langkah antisipatif untuk meminimalisir potensi dampak kekeringan sebagai konsekuensi kondisi curah hujan yang rendah.

Kondisi cuaca yang kering, menurutnya juga berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan. Langkah pencegahan harus dilakukan semua pihak.

"Langkah pencegahan harus dilakukan semua pihak terkait sebagai bentuk mitigasi dan antisipasi," lanjut Kepala BMKG.

Plt Deputi Bidang Klimatologi MBKG Dodo Gunawan merinci wilayah yang diprediksi mendapat potensi curah hujan bulanan dengan kategori rendah. Pada Maret, peluang besar hujan terjadi terjadi di bagian tengah Sulawesi Tengah. Sedangkan pada April, hujan berpeluang turun di sebagian NTB, sebagian NTT, dan bagian tengah Sulawesi Tengah.

Peluang Hujan pada Mei 2023

Potensi Cuaca Ekstrem di Akhir Tahun, Pemprov DKI Kaji Penerapan WFH
Sejumlah pengendara menerjang hujan deras di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (9/12/2022). Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut pihaknya akan mengkaji penerapan bekerja dari rumah atau work from home (WFH), hal ini berkaitan dengan arahan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang potensi cuaca ekstrem pada penghujung 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pada Mei, potensi hujan dengan kategori rendah berpeluang terjadi di bagian selatan Sumatra Selatan, pesisir utara Banten, DKI Jakarta, pesisir utara Jawa Barat, bagian timur Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian NTB, dan sebagian NTT.

Sedangkan pada Juni, peluang hujan terjadi di sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Jambi, sebagian Sumatra Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, dan sebagian Papua bagian selatan.

Infografis Kemarau Panjang, Indonesia Terancam Kekeringan
Infografis Kemarau Panjang, Indonesia Terancam Kekeringan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya